[ Bagian revisi About With You ]
Cerita sebelum nya telah di unpublish pada 21 Mei, 2021
❛❛ Aku kira hanya semesta yang senang mengajak ku bercanda, ternyata kamu juga❜❜
Written by @Ayzna_
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝ Aku selalu mengerti dirimu, serumit apapun kamu menyembunyikan nya dariku. ❞
—Nap of a Star byTXT
__________________________________
Happy Reading!
"Kalau kamu terluka, seharusnya kamu katakan padaku. Jangan pintar menyembunyikan masalah, itu tidak akan membuat mu bahagia."
Aku hendak memeluk nya lebih erat, akan tetapi anak laki-laki itu justru beringsut dari duduknya. Dia memandang ku dengan air muka nya yang memerah, terlihat kacau.
Lantas, ia mengambil ponsel nya, dan menekan bel pada sisi jendela bus— isyarat untuk turun di halte berikutnya.
Seketika, bus berhenti. Dan anak laki-laki itu mengambil melangkah.
Namun, aku mencekal pergelangan nya lebih dulu. Mencegah nya untuk pergi dan bertanya untuk terakhir kali.
"Kamu mau kemana?" tanya ku dengan gerakan yang cepat.
Dia hanya diam, menggeleng pelan sembari berusaha menjauhkan cengkraman ku. Tetapi, aku kembali mencegah nya, memaksa nya untuk menjawab.
Hingga pada akhirnya dia menghela nafas, "Maaf, tapi aku harus pulang."
Dan lantas setelah kalimat itu terucap. Dia menjauhkan cengkraman ku. Berjalan begitu saja, tanpa menoleh ke belakang.
Ku lihat dari jendela bus yang saat itu kembali berjalan, kedua netra ku menangkap sosok Huang Renjun yang berlari selepas turun dari bus.
Ia berlari sangat cepat, menembus kegelapan tanpa rasa takut.
Kemudian, memandangi nya yang mendadak seperti itu. Dada ku berdenyut nyeri, entah kenapa— tetapi saat Renjun menangis sembari menahan sesak nafas tadi. Rasa itu tertular langsung padaku.
✧✧✧
Malam itu langit tampak cerah, purnama melingkar dengan indah di temani beberapa bintang yang gemerlap. Membuat sang angkasa menjadi terang benderang, bak siang.
Namun, ber-balikan dengan perasaan anak laki-laki yang duduk di kursi taman.
Perasaan nya tidak seindah langit malam ini, ia tampak diam, merenung. Mengayun kan kaki sembari memandangi ponsel nya selama berpuluh-puluh menit.