[ Bagian revisi About With You ]
Cerita sebelum nya telah di unpublish pada 21 Mei, 2021
❛❛ Aku kira hanya semesta yang senang mengajak ku bercanda, ternyata kamu juga❜❜
Written by @Ayzna_
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝ Bagaimana jika aku, sebenarnya mulai menyukai mu? walau hanya sekecil jarak pandang ku pada dunia, namun perasaan ini ada. ❞
— Na Jaemin, 2018
________________________________
Happy Reading!
Aku hanya bisa tersenyum hari ini, membolos kerja bukan hal yang buruk rupanya. Ini adalah pertama kalinya aku melakukan tindakan bolos di dalam hidup.
Setelah sekian tahun berlalu, dan aku hanya terus patuh pada aturan yang berlaku.
Bersenang-senang rupanya menyenangkan.
Menghabiskan waktu dengan Renjun seharian, rasanya seperti mimpi. Bahkan waktu berlalu begitu cepat, satu hari terasa seperti hanya satu jam.
Kini, kami sedang duduk di sebuah bangku, menghadap sungai Han.
Sepanjang hari kami menghabiskan waktu di taman bermain, menaiki beberapa wahana dan permainan yang seru. Lalu membeli jajanan yang di jual di kedai-kedai pinggir kota.
Heol, itu tidak menghabiskan banyak uang. Karena Renjun kebetulan memiliki kupon gratis untuk taman permainan yang ku sebut tadi.
Membeli makanan ringan pun, kami membeli nya dengan uang sendiri-sendiri.
Meskipun begitu, rasanya tetap menyenangkan.
Jantung ku tak berhenti berdebar saat gelak tawa anak laki-laki itu menguar, dia terus berceloteh sembari memakan odeng yang di genggam nya.
Memandangi matahari yang mulai tenggelam.
Di samping itu aku masih sibuk memperhatikan anak itu berkelakar. Ini lucu, juga mendebarkan.
"Kamu tahu? paman yang tadi sangat takut menaiki bianglala."
Aku ikut tertawa tanpa suara, entah kapan terakhir kali aku menghabiskan waktu libur seperti ini. Itu sudah sangat lama.
"Hei.."
Kemudian panggilan dari Renjun membuat ku menoleh.
"?"
"Aku tidak pernah merasa seperti ini." Renjun kembali berkelakar. Pandangan nya menatap lurus pada hamparan air sungai didepan sana.
"Walaupun aku telah mengunjungi tempat ini berulang kali—" lanjutnya terpotong.
Lantas pandangan itu tiba-tiba berputar kearah ku. "Mengapa dengan mu rasanya berbeda?"
Aku tercekat, bola mata ku seakan tak beralih pada sorot mata seteduh malam milik Renjun.