toilet? 🔞

193 41 25
                                    

"Hi Ji" sapaku saat tiba dikantin. Jimin memandangku sesaat kemudian menyapaku dengan senyuman khas dirinya. "Hi sayang"

Jimin menepuk kursi kosong disebelahnya, kuanggukan kepalaku dan duduk disampingnya. "Aku lapar" ucapnya kembali tersenyum.

Aku sungguh sungguh menyukainya manakala ia tersenyum seperti ini. Bagaimana bisa bibirnya tersenyum namun matanya ikut memberi andil didalamnya. Membuat ketampanan Jimin bertambah 10x lipat.

"Lapar?" Ulangku yg ia balas dengan anggukan. "Baiklah mau makan apa big baby?"

Jimin kembali menarik sudut bibirnya keatas, namun bukan senyuman yg ia berikan saat ini melainkan sebuah seringai yg sudah sangat aku hafal.
"Memakan mu" jawabnya.

Kuputar bola mataku malas, aku terlampau paham dengan semua kode yg ia berikan kepadaku membuatnya tersenyum lebar yg justru terlihat menyebalkan "Ini kampus Ji" jawabku.

"Lalu kenapa?"

"Kamu gila? Mau dimana?"

Jimin kembali menyeringai dan meraih tanganku cepat, ia membawaku kesebuah Toilet yg jarang sekali ada orang memakainya karena letaknya yg agak jauh dari keramaian. Bahkan aku baru tau kalau ada toilet seperti ini dikampus.

Kupandang sesaat pintu toilet tersebut dan beralih pada Jimin "Disini?" Tanyaku ragu namun Jimin menganggukkan kepalanya antusias.

Kubuang nafasku berulang kali dan akhirnya hanya bisa pasrah. "Sebentar saja yaa?"

Jimin kembali mengangguk dan membawaku masuk kedalam, baru saja menutup pintunya Jimin tiba tiba saja meraup bibirku dengan terburu.
Matanya berkabut dan menatapku penuh nafsu. "Ji pelan pelan" pintaku yg sudah pasti tidak ia hiraukan.

"Aauww" pekikku karena dengan cepat Jimin mengangkatku dan mendudukanku pada meja wastafel disana tanpa melepas tautan dibibirnya.

"Eemmhh"

Lidah panjang Jimin bergerak lihai didalam rongga mulutku saat berhasil memasukinya. Beberapa kali ia menggelitik seisi bibirku dengan gerakan tak beraturan.

Jimin membuka kancing kemejaku satu persatu dan membenamkan wajahnya ketika berhasil meraih kancing ketiga.

"Ahhghh" gigi tak rata miliknya beberapa kali menyentuh puncak dadaku yg membuat aku menggelinjang kenikmatan. Kuraih tengkuk Jimin berusaha membuatnya lebih dalam menghisap buah hawaku. "Iya begitu sayang".

Jimin mendongakkan matanya memantau wajahku yg terlihat begitu sexy kala ia menyapukan lidahnya ditiap inchi tubuhku. Ia tersenyum puas  dan menjalarkan ciumannya kebawah hingga menuju perut rataku.

"Ji.. ahhhh" Kugigit bibir bawahku sekuat tenaga menahan desahan yg mungkin saja akan terdengar sampai luar. "Kenapa sayang? Ayo mendesah yg kuat" pinta Jimin yg semakin gencar memainkan lidahnya.

"Ji stop jangan menyiksaku" pintaku manakala sudah tak dapat menahan hasrat yg ingin segera dipuasakan karena ulah Jimin.

Jimin menurunkan tubuhku dan membuka reseleting celananya, ia mengeluarkan miliknya dan memijatnya sesaat sebelum memasangkan pengaman disana. "Angkat rokmu sayang"

Tanganku tergerak patuh dan menuruti permintaan Jimin. "Berbalik sayang"
Kuhadapkan tubuhku pada cermin dan menuruti apa yg Jimin katakan. "Aku masukkan yaa" pintanya yg kujawab dengan anggukan.

"Ssssshhh" Jimin mendongakkan kepalanya kala setengah miliknya memaksa masuk pada pusat diriku.

"Always, sempit sayang.. enakk"

"Aahhhh" desah kami berdua bersamaan "Kugerakan ya??"

Jimin meraih pinggang rampingku dan menjadikannya sebagai tumpuan. "Ahhh ahh Ji, pp-pel lannn Sayang"

Pinggul Jimin bergerak maju mundur seirama dengan bunyi cipakan pelan dari kedua benturan tubuh kami, gerakanya tak beraturan membuatku semakin frustasi.

"Ahh sayangg, iniihh niggkmathhhh" Jimin meracau berulangkali kala kenikmatan mendera pusat tubuhnya. Sesekali ia meraih buah hawaku dan meremasnya perlahan yg semakin membuatku tak karuan.

"Ji ayoo, sudahhhh.. a-aku hampirr akkgu"

"Aahhh ahahh, iya sayang ayoo bersamahh"

Pergerakan Jimin dua kali lebih cepat ketika ia hampir pada pelepasannya, aku sudah tidak bisa bertahan lebih lamapun akhirnya menumpahkan bersama dengan dirinya. "Ahhh Jiiiii"

"Eeemmnhh, iya sayangggg i love you"

Jimin mengecup pundakku berulangkali dan berterima kasih setelah itu membantuku merapikan pakaian milikku. "Nanti pulang aku antar yaa?"
Tanya Jimin seraya membelai lembut pipiku.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Ini gila, sensansi nikmat dan khawatir membaur menjadi satu.

Jimin benar benar nekat jika sudah menyangkut libid0nya. Dia bahkan bisa memintanya saat itu juga kala dirinya tiba tiba menginginkannya. Seperti saat ini.

"Aku kekelas dulu yaa"

"Iya sayang" Jimin meraih tengkukku dan mengecup bibirku sekilas.

"Ah melelahkan sekali" Batinku dalam hati setelah memastikan sekeliling aman dan  keluar lebih dahulu.

HIDE AND SHAKE (BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang