first fuck for second love

56 19 1
                                    

Sanna tengah merapikan alat alat yg baru saja ia gunakan untuk melukis. Hari sudah sore namun ia masih saja berada diruang praktek fakultasnya.
Sanna benar benar dikejar dateline.

Profesornya beberapa kali terus mendesak Sanna cepat menyelesaikan projeknya. Dengan karya Sanna yg sudah diakui, pihak kampus berharap dapat menarik para investor untuk berinvestasi dikampus mereka.

Jadi orang pintar memang susah.

"Hahhh, sepertinya aku harus lembur" Sanna sedikit frustasi dengan tema yg akan ia angkat. Semua tema sudah pernah ia gunakan dulu.

"Lelah sekali" gumamnya seraya dengan tubuh yg merosot pada tembok. Beberapa kali ia harus memutar otak dan mencari inspirasi agar lukisannya kali ini dapat diterima dengan mudah oleh investor.

"Aarghh, aku buntu" teriak Sanna frustasi. Ia kemudian memilih bangkit dan melepaskan baju kerjanya. Beberapa kali ia melirik ponsel yg sempat ia abaikan tadi.

Ada beberapa pesan masuk dan salah satunya adalah Taehyung.

Sudah selesai?

Sanna tersenyum dan membalasnya, setelah selasai dengan urusannya ia kemudian berjalan dan masuk kedalam mobil milik Taehyung.

Iyaa, pria itu sudah berjanji akan menunggu Sanna dan membawanya pulang.

"Sudah?" Sapa Taehyung kala Sanna baru saja mendudukan bokong sintalnya pada jok. Sanna pun mengangguk "Langsung pulang saja" lanjutnya.

Taehyung hanya mengangguk dan kemudian melajukan mobil menuju rumahnya.
"Jimin pergi dengan siapa?" Tanya Sanna.

Beberapa jam yg lalu Jimin memberitahunya kalau akan pergi keluar kota. Ada beberapa peralatan yg harus dia beli katanya.

"Dengan Daehwi" balas Taehyung tanpa melihat Sanna "Besok mungkin baru dia akan pulang" tuturnya menjelaskan.

Sanna hanya menganggukkan kepalanya dua kali dan kembali terdiam menatap hamparan aspal yg mulai sepi. Matahari sudah hilang sedari tadi membuat jalanan sedikit lengang. Maklum saja, ini bukan seoul yg tidak pernah sepi meskipun tengah malam.


•••

"Mau masak apa?" Tanya Taehyung, tadi sebelum pulang aku sempat mampir ke minimarket dan membeli beberapa fastfood disana.

"Hanya memanasi ini" tunjukku pada nasi gulung dan beberapa lauk kemasan.

Taehyung mengangguk kemudian berdeham pelan.
"Baiklah, aku tunggu dimeja makan ya" sesaat sebelum beranjak, Taehyung mengecup pipi dan leherku bergantian membuatku sedikit menahan geli.

"Emt" jawabku.

"Besok ada kelas pagi?" Tanya Taehyung ditengah acara makan malam kami. Makan malam yg sedikit terlambat sebenarnya.

Aku menggeleng "Aku tidak ada kelas besok, kamu?" Jawabku balik bertanya. Sekilas Taehyung terlihat berfikir.

Mulutnya yg terpout maju karena penuh dengan makanan terlihat begitu menggemaskan. Apa dia lupa usia? Hei dia itu sudah tua.
Siapapun tolong ingatkan Taehyung!!

"Ada, siang.. tapi cuma satu jadi kuanggap tidak ada saja lah" gerutunya dengan mulut yg kembali ia isi makanan. Lucu sekali.. bagaimana ini? Aku sepertinya tidak kuat lagi menahan gemas didalam jiwaku.

"Heh, kenapa begitu?" Tanyaku kemudian. Walaupun kami satu fakultas tapi aku tidak ikut mengambil kelas itu "Kau harus tetap masuk" ujarku. Namun Taehyung tetap menggeleng

"Aku mau seharian denganmu, ini kali pertama kita dan mumpung Jimin tidak ada sayang" rengeknya.

Ada perasaan aneh saat mendengar panggilan Sayang dari Taehyung secara langsung.

Telinga ini masih terasa asing dan belum terbiasa.

Teahyung kembali menatapku memohon hingga membuatku tak tega dan akhirnya membiarkan nya melakukan apa yg dia inginkan. "Aku tidak boleh pilih kasih" batinku dalam hati.

"Terimakasih sayang" aku mengangguk, kukecup bibirnya sekilas dan beranjak seperti kebiasaan ku saat bersama Jimin. Itu spontan.

Niatnya aku akan mennyingkirkan piring kotor bekas kami berdua, tapi belum sempat aku berdiri sempurna Taehyung dengan cepat menarik pinggangku dan mendudukkannya diatas pangkuannya.

"Eenghhh"

Desahnya tertahan kala aku menduduki pusat dirinya, aku bergeming. Ini bukan salahku, dia sendiri yg cari penyakit.

"Kenapa?" Tanyaku berlagak polos.

Taehyung meringsut melingkarkan tangannya. Kepalanya ia bawa mendusel pada ceruk leherku. Aku merasakan beberapa kali Taehyung menghirup tengkukku hingga membuatku sedikit merinding.
Aku memang sedikit sensitif, lebih tepatnya sedikit mudah tergoda.

Aku tidak tahan dengan sentuhan.

"Sayang.." panggil Taehyung lirih, wajahnya masih bersembunyi namun sekarang berada diatas kedua gunung kembarku.

"Hemm" jawabku sebagai respon, Taehyung mendongak. Aku yg berada diatas pangkuannya membuatku sedikit lebih tinggi darinya. "Boleh minta sesuatu?" Lanjutnya.

Aku terdiam, mengerti kemana arah Taehyung akan menuju. Sejenak kutatap kedua bola matanya yg mendadak menyayu. Dia berkabut. Tanda dia tengah on.

"Mau apa?" Tanyaku memancing.

Sial memang, aku ini bukan gadis lugu yg tidak tahu apa-apa. Aku bahkan tak menunggu 100 hari untuk mengizinkan Taehyung menyentuhku seperti pasangan-pasangan pasa umumnya.

Kugerakan sedikit bokongku berniat menggodanya. Kurasakan benda tumpul dibawah sana semakin mengeras menusuk nusuk sisi selangkanganku.

"Aku ingin ini" Taehyung melirik kearah bawah selatan kami yg saling menempel. Meski masih dengan fabrik masing masing aku dapat merasakan miliknya berkedut menandakan ia pada batasannya. "Boleh?" Ulangnya.

Ia menatapku seperti anak anjing yg begitu imut. Kalau sudah begini apa ada yg bisa menolak pesonanya? Kurasa tidak. Hehe

Aku sadar betul, hal semacam ini tidak akan terhindarkan dan aku suka. Aku gadis kecil yg haus akan sentuhan.

Ku akui itu.

"Disini?" Tae menggeleng "Aku tidak suka, sempit" lanjutnya.

Aku tersenyum sesaat mendengar jawabanya, berbeda dengan Jimin yg bisa bercinta dimana saja.
Taehyung sepertinya adalah tipe orang yg pemilih jika soal tempat seperti aku.
Namun  karena lawanku adalah Jimin,  Itu jadi membuatku tak bisa berbuat banyak selain menurutinya. Toh aku juga tidak rugi sebenarnya.

"Kita kemar ya?" Ujarnya meminta consent padaku.

Aku mengangguk, tidak ada alasan untuk aku menolaknya. Kita sama sama dewasa dan saling membutuhkan, Jadi ku iyakan saja. Lagipula dia kekaksihku juga, dia berhak mendapatkan apa yg Jimin juga dapatkan.

"Iya sayang" jawabku dengan senyum.

Baru kusadari, ternyata menyenangkan melakulan hal seperti ini. Bersembunyi dan main belakang, membuat adrenaline ku sedikit lebih tertantang.

Selain takut katahuan, aku juga takut akan merusak persahabat Taehyung dan Juga Jimin. Aku tidak mau mereka bertengkar gara gara diriku, tapi disisi lain sepertinya aku mulai serakah. Aku mau Jimin dan Taehyung juga.

Aku gila, kurasa aku benar benar sudah gila. Semoga saja tidak ada yg aku rugikan dan aku berharap Jimin tidak tau apa yg aku lakukan dibelakangnya.

Aku berdoa untuk itu.

HIDE AND SHAKE (BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang