lilac

27 14 6
                                    

"Lilac?"

Goresan perlahan dari tangan Sanna terhenti beberapa saat, menoleh siapa gerangan yg baru saja berbicara.

"Emt" angguk Sanna sebagai jawaban. Tahu bahwa Dina adalah pelakunya membuat ia kembali berkutat.

Dina dengan acuh menarik kursi dan duduk disamping gadis tersebut.

"Sudah berapa hari kau lembur? Kantung matamu bahkan bisa untuk menggantung kuas cat" ejeknya.

Sanna mencibik tanpa minat, sesekali dia hanya melirik Dina yg nampak bosan tengah memainkan ujung ujung kukunya.

Tak berniat menjawab, Sanna berusaha mengalihkan topik pembicaraannya.

"Kau tidak berkencan?" Tanya Sanna kemudian, agak aneh memang. Tidak biasanya gadis Kang itu berdiam diri diakhir pekan seperti ini. Bahkan dia sekarang dikampus, dihari sabtu? Wahh daebakk!

Dina menipiskan bibir lalu mengeluarkan ponsel dari dalam ranselnya. Menghela nafas sesaat kemudian menjawab "Aku baru saja putus" cicitnya

Apa yg baru saja Dina katakan ternyata tak cukup membuat Sanna terkejut. Sudah sering gadis itu seperti ini, dia itu sudah seperti jalang berkedok sebagai mahasiswa. Hobi tidur dengan banyak pria dan meninggalkannya jika sudah tidak memuaskan.

Dia adalah definisi buaya wanita yg sesungguhnya.

Namun hal itu tak lantas membuat Sanna risih dengan apa yg sahabatnya lakukan. Itu adalah haknya, dia justru sangat menyayangi Dina layaknya seorang saudara. Ya, mereka memang sedekat itu.

"Lagi?" Tanya Sanna, Dina mengangguk kemudian menggeram perlahan meregangkan tubuhnya beberapa kali.

"Ayo pergi dari tempat ini"

Sanna menoleh tanpa suara, matanya sudah mengisyaratkan sebuah pertanyaan "Kemana?" untuk Dina.

Maldina menegakkan tubuhnya dengan lesu.

"Ayo ke club!" Ajaknya dengan bibir yg melorot turun, sudah dipastikan hatinya kini tengah tidak baik baik saja dari raut wajahnya.

"Kamcaghi?"

Mata Sanna memandang kanan dan kiri pada beberapa kanvas disekelilingnya. Setelah itu pandangannya kembali tertuju pada lukisan bunga didepannya.
Belum terlalu jelas, namun sudah tertoreh samar samar hamparan bunga lilac pada kertas A4 miliknya.

Kenapa Lilac? Sanna kembali bertanya pada dirinya, bunga ungu dengan wujud hampir mirip dengan anggrek namun berbeda itu memiliki arti yg dalam. Arti yg menggambarkan perasaan tulus pada orang terkasih yaitu cinta pertama.

Tak tahu apa yg coba Sanna sampaikan melalui lukisan Lilac yg belum sempurna itu, yg jelas wajah Jimin lah yg tiba tiba hadir saat memikirkan tema apa yg akan ia usung.
Dan Jimin adalah jawabannya, Jimin adalah cinta pertamanya.

"Hufftt" Sanna mendesah, bahu sempit itu turun mengamati hasil coretannya. Ia merasa aneh kala mulai menoreh pensil pada permukan kertas, 'Lilacnya' tak benar benar Jimin. Taehyung bahkan ikut muncul pada imajinasinya. "Persetan dengan cinta pertama" gerutunya mengkesal. Sepertinya Sanna butuh inspirasi baru.

Kepala yg semula ia topang akhirnya menegak, dengan satu tarikan nafas iapun akhirnya mengiyakan ajakan sahabatnya.

"Ok, kita pergi" itulah jawaban yg sedari tadi Maldina Kang nanti nanti, dengan senyum lebar dan mata berbinar, gadis itu bergerak secepat kilat membantu Sanna merapikan alat alat kerjanya.

Sanna berdecih remeh, ada maunya saja baru dia mau membantu. "Ckk, dasar licik"

"Sudah ayo, kau itu butuh Inspirasi" kasar Dina menarik kedua tangan Sanna, dia dengan pasrah tanpa mengaduh mengikuti langkah Dina.

HIDE AND SHAKE (BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang