Chapter 4 - Traitor.

607 112 8
                                    

berminggu-minggu berlalu, dan tak sekalipun waktu mampu memperbaiki perasaan Akuji sejak hari itu. sesak yang mendera, masih terus saja terasa. dan sialnya, hidup dalam satu lingkup kecil yang terbatas bersama Seong Yohan hanya mampu memupuk perasannya.

Akuji sadar ia tak bisa berhenti menyukainya, meski sudah berkali-kali ditampar oleh fakta bahwa Yohan memiliki seksualitas yang berbeda, dimana selama ini dia juga telah menyukai seorang wanita. Makanya, belakangan ini ia lebih banyak menghabiskan waktu diluar dengan bekerja.

dalam sehari Akuji bisa mengambil dua sampai tiga shift dengan gaji tak seberapa. tentu karena ia bahkan tak sekolah. kala sore hingga malam Akuji akan bekerja disebuah restoran mewah, sedangkan paginya, ia banyak menghabiskan waktu bekerja disebuah salon tua—yang hampir bangkrut katanya. itupun masih diselingi profesi sebagai pengantar makanan siap saji bersepeda.

Akuji benar-benar sudah gila. padahal tangannya pun masih terluka. ia jadi harus menipu semua orang dengan bersikap seolah lengannya baik-baik saja.

"Akuji?"

"Saya di sini, nyonya."

"Ah, sudah kubilang tak perlu memanggilku begitu. panggil saja aku bibi." wanita pemilik salon itu mengembalikan mesin potong yang ia minta beberapa saat lalu kepada Akuji. sedangkan si pria cukup terusik tentang fakta kenapa gadis itu datang ke mari, "Tolong bersihkan leher nona cantik ini, lalu beri sedikit bedak supaya tidak gatal atau iritasi."

Akuji melakukan persis seperti apa yang dikatakan oleh si wanita, sebelum kemudian gadis yang sedang ditanganinya berkata, "Aku mati-matian membiarkan wanita buta itu menghancurkan rambutku, lho. kau tak mau memberikanku nomormu sebagai kompensasi?"

dalam tiga minggu ini, banyak sekali perempuan seperti dia yang datang hanya demi menemui Akuji. entah apa yang dia cari, padahal Akuji pun tak tertarik sama sekali. "Maaf, tolong datanglah lain kali." ujar Akuji yang pergi merapikan gaduh dari hasil karya bibi tadi.

"Apa lain kali kau akan memberikan nomormu?"

sangat tidak tahu malu.

"Maaf, nona, saat ini masih jam kerja." meski kesal Akuji tetap mengantar wanita itu menuju kasir dengan ramah.

"Lalu kapan kau akan pulang?"

"Setelah salon tutup." Akuji mempercepat pembayaran, menyerahkan kembalian, lalu mengantar si wanita kedepan. Akuji tau betul bahwa wanita macam ini takkan pergi meski keberadannya tak dipedulikan, maka mau tak mau Akuji harus mengusirnya dengan sopan.

"Apa nona itu menyukaimu juga, Akuji?" wanita yang tadi disebut buta, tersenyum sembari bertanya.

"Tidak, Bibi. Dia hanya.. tanya jalan."

jawaban Akuji yang ragu tak lantas membuat senyum si wanita luntur. terlihat begitu bahagia secara kasar. namun entahlah, senyumannya membuat Akuji merasa bersalah.

 namun entahlah, senyumannya membuat Akuji merasa bersalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] "Stand by me." [ Seong Yohan x Readers/Male OC ] [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang