Chapter 11 - Homesickness.

905 95 7
                                    

"Oh, benarkah? Apa ini benar-benar Akuji dan bukannya malaikat mautmu, Pelatih?" Pertanyaan itu keluar dengan penuh percaya diri. sedangkan yang diajak bicara terkikik geli, seolah dalam sekali lihat ia sudah mampu melihat segala alasan kotor yang Akuji bawa kemari.

"Kau yakin mau membalas dendammu?"

"Well, kupikir kau pasti sangat merindukanku 'kan?" Akuji memutar tongkat baseball cacat yang ia bawa setelah memungutnya dari tempat sampah, dan langsung menghantamkannya pada si pelatih. sedang pria yang berumur hampir setengah abad itu kini mulai kembali menampilkan senyum ramah khasnya—senyum yang Akuji harap setelah ini takkan pernah lagi dilihatnya. pun dengan begitu cepat ia mencengkram tongkat kayu yang Akuji hantamkan kearahnya, tongkat itupun lantas hancur seketika.

namun si pelatih sama sekali tak mampu menemukan ketakutan dalam iris kelabu milik Akuji, justru senyum miring itulah yang terpatri. seolah sadar bahwa Akuji tak terintimidasi dengan kekuatan, pria licik itu pun memulai cara lain.

"Masa depanmu bisa hancur loh, Akuji."

Akuji tau betul ia akan menghadapi resiko macam apa. terlebih karena GYM dipenuhi dengan CCTV di setiap sudutnya. Akuji juga baru saja membangun masa depan dengan mengenyam ranah sekolah. namun bahkan jika hari ini ia harus kehilangan nyawa demi membalaskan dendamnya, Akuji bersumpah ia takkan menyesalinya.

toh Seong Yohan takkan pernah membalas perasaannya—tentu karena sangat melenceng dari norma. sedangkan tujuan hidup Akuji cuma ada dua. balas dendam dan cintanya.

"Sejak awal bukannya sudah kau hancurkan?"

bulan malam ini nampak begitu cantik dengan bentuk tubuhnya yang bulat sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bulan malam ini nampak begitu cantik dengan bentuk tubuhnya yang bulat sempurna. cahaya yang dipantulkannya pun berbeda, lebih terang dari yang terakhir kali sempat menyapa Yohan. pun Yohan kini berkubang dalam selimutnya sendirian. sudah hampir fajar dan tak sekalipun matanya bisa terpejam dengan nyaman. setelah beberapa menit usahanya untuk terlelap selalu menyapa kegagalan.

seolah semesta tengah berusaha menyampaikan sebuah pesan.

padahal rembulan pun sudah hampir meninggalkan cakrawala. namun Yohan hanya bisa menyaksikan pamitnya lewat jendela, berharap semesta mau memberikannya lebih banyak waktu agar bisa sejenak mengistirahatkan mata dan pikirannya.

Tok! tok! tok!

ketukan ringan atas pintu kayu rumah sewa yang sebenarnya begitu sederhana, namun entah mengapa justru mengejutkan si empunya. tentu saja responnya tak biasa, tak seorangpun tau tempat dimana ia tinggal selain dirinya. pun tanpa perlu berlama-lama, Yohan segera bangkit membukakan pintu untuk entah siapa yang menunggu di balik sana.

karena siapapun yang mengetuk pintu di jam selarut ini pasti orang gila.

namun ada satu hal yang terpaku dalam benak Seong Yohan begitu pintu ia buka, yaitu lautan darah. dimana ujung kepala sampai ujung kaki dari sosok yang berdiri dihadapannya itu dimuarai oleh cairan kental berwarna merah, yang amis luar biasa. Yohan bisa memastikan dengan jelas bahwa itu adalah darah.

[✓] "Stand by me." [ Seong Yohan x Readers/Male OC ] [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang