Chapter 10 - Sickening.

673 101 6
                                    

hening menyelimuti keadaan selagi salah satu dari ketiga pasang iris itu terkatup tenang. sedangkan yang lainnya berusaha untuk tak saling pandang, seolah sedikit gesekan saja mungkin bisa menimbulkan keributan.

namun bukannnya duduk saling berjauhan mereka justru tidur dikasur yang sama—dengan Akuji sebagai pemisah jarak diantara mereka. pun rasanya sempit luar biasa. meski begitu Akuji bahkan tak merasakan apa-apa, mungkin karena memang sudah terlalu lelah untuk merasakan dua tubuh yang mengapit setiap sisi tubuhnya.

"Kenapa kau tidak pergi juga?" Janghyun akhirnya memecah keheningan dengan berbisik karena benar-benar bosan.

"Aku masih harus membayar hutang, lagipula kenapa kau ikut menempeli Akuji seperti ini?"

"Kau pikir aku akan percaya begitu saja bahkan setelah kau bersikap sekasar itu pada Akuji kami?" dengan sarkas Janghyun terkekeh, "Tidak akan!"

sengit keadaan diantara mereka langsung pecah begitu Akuji bergerak tak nyaman. masing-masing tersentak karena khawatir memperburuk keadaan Akuji yang baru mendapatkan istirahat setelah tak tidur semalaman. pun setelah Akuji membali tenang, Yohan membalas kalimat Janghyun dengan nyalang, "Kau boleh pergi jika bosan, jangan malah membuat keributan."

"Aku tidak—"

"Ah, gila.. apa yang kalian lakukan disini?" Akuji akhirnya kembali terjaga. ditatapnya dua orang yang kini tidur berbantalkan kedua lengannya. pun saat irisnya bergerak memeriksa jendela, iris kelabu Akuji mendapati teriknya matahari siang menyapa, sepertinya ia telah tidur cukup lama.

"Apa aku mengganggumu?" Janghyun bertanya khawatir.

"Ya! kau sangat mengganggu." Yohan merespon dengan kasar.

"Yohan, tidak boleh begitu." larangan itu hanya direspon dengan dengus tak suka yang berasal dari Yohan. pun kalau mereka sendirian, Akuji secara impulsif pasti sudah menciumnya karena kegemasan.

"Tidak ada yang menggangguku." Akuji menjawab lembut pertanyaan Janghyun barusan. "Tapi apa yang kalian lakukan di kasurku? kalian tau 'kan ini single bed? dipakai berdua untuk bergerak saja sudah cukup menyesakkan."

bukannya merespon, keduanya justru bungkam dan membiarkan keheningan lagi-lagi menguasai keadaan. seolah keduanya enggan mengakui kekhawatiran yang menerpa masing-masing insan, lantaran Akuji yang nampak seperti berada diambang kematian.

"Yohan?"

"Jangan tanya aku, kau tau aku berhutang karenamu. tanya saja pria disebelahmu itu." Yohan membalas sarkas, pun enggan bertukar pandang dalam warna kelabu iris itu.

"Hyun?"

Janghyun juga sama, enggan menatap Akuji yang bertanya. mungkin kali ini dengan alasan yang berbeda, karena samar-samar Akuji mampu melihat semburat merah itu menguasai wajahnya. "Aku.. hanya tak ingin Yohan memperlakukanmu dengan kasar seperti tadi."

Janghyun jujur soal ia yang peduli, dan itu cukup mengesankan bagi Akuji—apalagi fakta bahwa Janghyun tak ingin orang lain melukainya lagi.

"Sikapku tadi impulsif." Yohan bersuara.

"Tidak menutup kemungkinan kalau kau akan melakukannya lagi."

sumbu keributan lagi-lagi terbakar perlahan. tak lama kemudian Akuji mengusap surai hitam si cantik agar lebih tenang. sedangkan di sisi lain, Yohan tak berminat untuk membalas kalimat Janghyun—lantaran memang ada benarnya, mereka harus waspada terhadap Yohan yang sempat berusaha merebut daerah Gangdong dari mereka.

ngomong-ngomong soal itu—

"Sejak kapan kau menjadi bagian dari Hostel?" Yohan bertanya. sedangkan Akuji melirik Janghyun di sisi kanannya.

[✓] "Stand by me." [ Seong Yohan x Readers/Male OC ] [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang