1 - Our First Meet

6.7K 388 17
                                    

Derasnya hujan sore itu tak menghentikan langkahnya untuk menerobos hujan. Ia tak peduli akan bajunya yang nyaris basah kuyup karena hujan. Baginya itu tak penting sekarang. Tadi ia menerima telepon dari ibunya untuk pulang ke rumah secepatnya. Ada sesuatu yang penting, katanya. Dan ia tak mungkin membantah, kan?

Ia berjalan tergesa dengan pandangan kabur karena hujan, sampai ia menabrak seseorang hingga menjatuhkan payungnya.

"A.. ah.. Jweosonghamnida.. aku sedang terburu-buru sekarang. Aku harus pergi" ia menunduk dan akan segera pergi ketika sebuah tangan menahan lengannya.

"Terburu-buru bukan berarti mengabaikan kesehatan, bukan? Ambil payungku" suara berat orang itu menyapa indra pendengarannya. Ia menyukai suaranya. Dan kepeduliannya. Tak pernah ia bertemu orang yang peduli dengan orang tak dikenalnya bahkan saat pertama bertemu di Seoul.

Ia mendongak, dan bluushh. Pipinya memerah, matanya bertemu dengan mata elang si namja. Benar-benar mengagumkan. Dan ia mengambil kesempatan itu untuk memperhatikan detail wajah namja itu.

'Dia sempurna. Apa dia malaikat?' gumamnya dalam hati dengan kekaguman yang luar biasa. Sejenak, ia nampak sangat terpana dengan kerupawanan namja yang ada dihadapannya ini sampai akhirnya keterpanaannya buyar saat namja itu memanggilnya.

"Mmm.. Nona, gwaenchanayo? Apa kau sakit? Apa aku harus mengantarmu? Mukamu kelihatan memerah" tanya namja itu.

"Ahh.. Na gwaenchana. Kalau begitu, aku pergi dulu. Dan terima kasih atas payungnya, omong-omong"

"Bukan masalah besar. Baiklah, sampai jumpa" namja itu berbalik dan berlalu dari hadapan si yeoja. Kembali membaur dengan keramaian kota Seoul.

"Sesange... akh! Aku lupa, aku harus cepat sampai rumah!!" yeoja itu sadar dari keterpanaannya dan berlari kembali. Kali ini dengan sebuah payung putih ditangannya.

———

"Aku pulang!" sahut seorang yeoja saat memasuki rumahnya _yang sebenarnya lebih pantas dikatakan sebagai mansion atau manor_.

"Aah.. akhirnya kau pulang, sayang. Kenapa kau basah kuyup? Bersihkan dirimu lalu temui eomma dan abeoji diruang keluarga, dear. Understand?" sambut seorang wanita paruh baya menyambut yeoja tadi.

"Ne.. eomma" yeoja itu dengan patuhnya langsung naik kekamarnya untuk membersihkan diri.

———

Dan ternyata, topik pembicaraan keluarga itu adalah masalah perjodohan anak mereka dengan anak seorang pengusaha yang sangat berpengaruh di dunia bisnis Korea.

Dan sebagai anak yang baik, Soojung tentu takkan menolak keinginan kedua orangtuanya, bukan?

.

.

"Jung Soojung. 22 tahun. Tinggi 170 cm. Kuliah di Seoul University, jurusan bisnis. Ayahnya adalah Jung Tae Yong, dan ibunya adalah Kim Shin Ha. Pewaris tunggal Jung Group. Menurut informasi, ia akan bertunangan dengan..." mata Kai terpaku pada marga 'calon' tunangan Soojung, ah Krystal. Sudut bibirnya berkedut menekan seringai serigalanya.

'Hey. Aku yakin anak bernama Park Chanyeol ini ada hubungannya denganmu, Mr. Park. Bagaimana menurutmu, hm?' senyum iblis terkembang diwajah iblis Kim Kai. 'Aku benar-benar akan menemukanmu selangkah demi selangkah. Diam, bersantai, dan nikmatilah hidupmu selagi kau bisa, Mr. Park. Karena sebentar lagi, aku sendiri yang akan memastikan kau takkan pernah melihat bintang lagi.'

Kai bangkit dari kursi kerjanya dan menatap keluar jendela dengan senyum iblis yang masih terpampang jelas diwajahnya.

.

.

'Perjodohan? Bagaimana ini?'

Soojung baru saja kembali kekamarnya dan langsung merebahkan tubuh diranjang.

Ia termenung menatap langit-langit. Ia diam dan tak bergerak sesenti pun. Sebenarnya, ia masih ragu dengan keputusannya. Walaupun begitu, ia tak ingin menolak. Ah, bukan. Bukan tak ingin. Tetapi takut. Ia takut untuk menolak. Takut untuk melawan. Sepanjang hidupnya, ia tak pernah membantah dan menolak semua perintah dan keinginan orangtuanya. Ia terlalu takut.

"Haaaah... kepalaku akan meledak memikirkannya" ujarnya. Ia menelungkupkan badannya dan sesaat kemudian, tertidur.

.

.

Kai sekarang sedang duduk bersantai ditaman sebuah kampus, Seoul University. Tiga hari ia mengintai kegiatan dan kebiasaan targetnya dikampus ini membuatnya terbiasa dengan lingkungan kampus ini. Ia adalah orang yang sangat cepat beradaptasi.

Ia tentu melakukan hal ini diam-diam. Menyamar dan berbaur adalah makanan sehari-hari baginya, hal sepele. Ia bisa menjadi tak terlihat dimanapun, menjadikan keberadaannya seolah terlupakan, itu adalah keahliannya. Jangan meremehkan seorang Kim Kai.

Mata elang Kai menangkap sosok targetnya berjalan tepat didepannya, tampaknya yeoja itu akan pulang. Kini hari telah sore.

Kai yang hafal dengan kebiasaan yeoja itu yang senang berjalan melewati daerah yang cukup sepi sendirian ketika pulang, menyeringai lebar. Hati kecilnya bersorak penuh kemenangan. 'Selangkah lagi menuju kematianmu, Mr. Park' batin Kai.

.

.

Soojung merasa gelisah. Ia sendirian dijalan ini, dijam sepuluh malam. Ia baru saja pulang dari perpustakaan kota ketika menyadari malam telah larut. Ia merutuki kebiasaannya sendiri, membaca hingga lupa waktu dan berjalan sendirian dijalan yang sepi.

Hal ini biasa baginya. Berjalan sendirian, hingga tengah malam pun tak masalah. Tapi entah mengapa, kali ini terasa berbeda. Suasananya terasa sangat mencekam, tak tahu apa sebabnya. Dan ia merasa, sesuatu atau seseorang sedang mengikutinya.

Ia mempercepat langkahnya ketika mendengar suara ketukan sepatu dibelakangnya. Semakin cepat.

Makin cepat.

Makin cepat.

Soojung berlari hingga peluh membasahi pelipisnya. Ia berhenti sejenak untuk mengambil napas. Tapi sedetik kemudian ia begitu menyesali keputusannya.

Seseorang membekap mulut dan hidungnya kuat dengan selembar kain dari arah belakang. Membuatnya kehabisan napas.

Ia sempat merasakan tubuhnya seakan melayang, ia digendong. Ia sempat melihat rahang tegas penculiknya.

Sebelum gelap datang menyerbunya. Mengambil alih seluruh kesadarannya.

.

.

.

.

.

To Be Continue...

.

.

Gimana? Jelek ya? Maapin deh.

Mianhae for the typo(s), everyone.

Please don't be silent reader.

Vomment, ne?

Kill Me, My Murderer [KaiStal Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang