"Jangan jatuh cinta padanya, Kai. Tak akan ada jalan bagi kalian berdua.."
"Aku tahu. Akan kuingat semuanya. Aku pergi."
Tapi satu yang ia tahu, ia mulai nyaman dan terbiasa dengan kehadiran Kai disisinya.
.
.
.
.
.
Belakangan ini, Kai menjadi lebih sibuk. Ia lebih sering berada diruangannya dan mengunci pintu. Setidaknya itulah yang ditangkap Soojung.
Tapi tidak. Kai melakukan ini bukan semata-mata demi pekerjaannya. Urusan pekerjaannya tak semendesak itu sehingga membuatnya harus lebih sering mengunci diri, bukan karena itu.
Pekerjaan hanya pengalih perhatiannya. Hanya pelarian. Ia masih merenungkan kata-kata Kris. Entah mengapa, kalimat itu terus saja berputar dalam memorinya, tak mau hilang.
'Jangan jatuh cinta padanya, Kai. Tak akan ada jalan bagi kalian berdua' kata-kata itu terus saja mengganggu Kai beberapa hari terakhir.
Ia memang tak mencintai gadis itu, takkan pernah. Tapi entah mengapa, kalimat Kris seakan menancap di memorinya, membuatnya berpikir jauh ke depan. Mungkin sekarang tidak, tapi siapa yang tahu seperti apa masa depan itu?
Kai memikirkan segala kemungkinan yang ada. Ia tahu ia menaruh 'sedikit' perhatian pada kepolosan Soojung, membuatnya bersikap lebih lunak dan tak bisa mengontrol dirinya, dan ia tak suka hal itu. ia tak suka ada orang yang memberinya pengaruh sebesar itu disaat seharusnya dialah yang mempengaruhi semua targetnya.
Lagipula, diantara mereka ada tembok besar yang dibangun Kai selama ini. Pertahanannya. Kai takkan pernah membiarkan siapapun melewati tembok yang jadi pembatas dirinya dan orang lain selama ini. Ia tak boleh terikat dengan siapapun atau apapun, walaupun ia ingin.
Jauh disana, entah dimana, Kai sangat menginginkan seseorang mengisi hari-harinya. Tapi selama ini, ia menutupi keinginan itu dengan bekerja keras.
Dan sekarang saat ia sudah hampir melupakan impian mustahil itu, Soojung hadir. Ia tak tahu lagi...
Tok. Tok. Tok.
Ketukan di pintu itu berhasil membuyarkan lamunan Kai. "Kai? Kau ada didalam?" tanya Soojung.
"Aku sibuk, Krystal-ssi. Waegeurae?" tanya Kai tanpa membuka pintu, bahkan beranjak dari duduknya saja tidak.
"Ani eobseo.." jawab Soojung, "aku hanya khawatir padamu. Kau selalu mengunci dirimu didalam sana."
"Aku bisa menjaga diri. Pergilah.." usir Kai.
"Tapi, Kai..." Soojung terdengar cemas.
"PERGI KUBILANG!" bentak Kai. Sepersekian detik kemudian, Kai sedikit menyesali perbuatannya. Soojung adalah manusia yang sangat sensitif.
"Ba.. baiklah. Aku takkan mengganggumu lagi, maafkan aku.." lirih Soojung dan pergi dari sana.
.
.
Malamnya, Kai merasa ada yang janggal. Kenapa tak ada suara Soojung yang biasa melewati pintu ruang kerjanya?
Akhirnya ia keluar dan menatap sekelilingnya, sepi.
Tanpa pikir panjang, Kai segera berlari menuju kamar Soojung dan membuka kuncinya. 'Jangan-jangan..' batin Kai.
Pintu menjeblak terbuka dan apa yang Kai dapatkan? Jendela yang terbuka dengan selimut menjuntai hingga tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill Me, My Murderer [KaiStal Fanfiction]
FanfictionKai, pembunuh bayaran dengan masa lalu kelam yang takkan pernah dilupakannya. Masa lalu yang telah membuatnya buta akan ambisi balas dendam. Soojung, gadis yang diculiknya sebagai bidak untuk membalaskan dendamnya. Tapi ada yang aneh. Soojung membua...