a/n: Part yang sangat mengecewakan. Maaf.
---
Membuat Kai merasa bersalah. Tak tahu kenapa. Perasaan itu muncul begitu saja dan kali ini ia mengakui rasa itu. Ia cukup lelah untuk berbohong. Ia cukup lelah dengan semua kepalsuannya. Tapi bukankah ia memang ditakdirkan untuk hidup dalam kepalsuan?
Soojung menatap kepergian Kai dengan pandangan kosong. Kenapa pria itu selalu berubah-ubah? Soojung lelah memikirkannya. Sikapnya yang terkadang kasar, dan terkadang sangat manis, apa yang sebenarnya diinginkan pria itu?
Karena mereka memang hanya berteman. Atau dalam konteks ini, Kai menyebutnya sebagai ... partner.
.
.
.
.
.
Pagi itu Kai terbangun dengan kepalanya yang terasa berdenyut-denyut. Ia tak merintih maupun mengeluh. Karena rasa sakit seperti ini begitu familiar bagi Kai.
Ia menundukkan kepalanya dan menemukan Victoria sedang terlelap di lengannya. Kepala wanita itu menempel di dada terbuka Kai. Kai bangkit dari tidurnya lalu beranjak dari ranjang, tak peduli Victoria akan bangun atau tidak.
Ia memakai kaus dan celananya lalu pergi meninggalkan kamar itu. Meninggalkan Victoria yang tengah terlelap di dalamnya.
Ia berjalan menyusuri koridor-koridor markasnya dengan santai. Masih sepi. Terlebih lagi kamarnya terletak di daerah yang cukup terpencil di markas ini.
Dan apa yang ia temukan dalam kamarnya? Soojung yang masih terlelap dengan polosnya di atas ranjang milik Kai. Pria itu mendekati Soojung yang tengah tertidur dan duduk di tepi ranjangnya. Menatap wajah polos gadis itu. Satu-satunya gadis yang dapat membuatnya kehilangan kendali atas dirinya. Entah kenapa, saat menatap wajah Soojung yang seperti ini membuatnya ingin melindungi gadis itu.
Saat berada di dekat Soojung, rasa ingin melindungi itu ada. Rasa nyaman yang tak dapat ia pungkiri lagi. Rasa yang telah lama hilang dalam dirinya. Walaupun ia merasa nyaman dengan Victoria, tapi rasa yang ditimbulkan gadis ini amat berbeda. Seperti ... lebih hangat dan aman.
Kai menarik sedikit ujung bibirnya, membentuk sebuah senyuman yang teramat kecil. Senyum yang terasa kaku karena Kai tak pernah tersenyum seperti itu lagi.
Tangan pria itu terangkat ke udara, bermaksud membelai wajah cantik Soojung. Tapi gerakannya terhenti. Begitu saja. Seakan ada sesuatu yang menahannya untuk tak melanjutkan itu lagi. Tangan Kai yang menggantung di udara itu perlahan mengepal. Menunjukkan urat tangannya.
Tidak. Tidak boleh seperti ini.
Soojung berbeda dengannya. Sangat berbeda.
Kai adalah hitam. Dan Soojung adalah putih. Kai tak bisa menyeret gadis polos seperti Soojung untuk masuk ke dunia gelapnya. Ia tak bisa. Ia tak ingin membahayakan gadis itu.
Di tengah lamunannya, Kai akhirnya sadar jika seseorang tengah memperhatikannya. Siapa lagi jika bukan Soojung?
Soojung memberikan tatapan yang teramat datar padanya dengan mata sembab. Apa gadis itu menangis tadi malam?
Soojung beranjak dari posisinya dan melangkah ke kamar mandi. Menghiraukan keberadaan Kai yang tengah menatapnya lekat. Gadis itu keluar tak lama kemudian lalu beralih untuk membuka jendela.
"Apa?" tanya Soojung saat Kai masih saja menatapnya dengan lekat. "Jika kau berpikir aku akan kabur. Tenang saja, aku tak pernah mengingkari janjiku. Termasuk pada orang sepertimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill Me, My Murderer [KaiStal Fanfiction]
FanfictionKai, pembunuh bayaran dengan masa lalu kelam yang takkan pernah dilupakannya. Masa lalu yang telah membuatnya buta akan ambisi balas dendam. Soojung, gadis yang diculiknya sebagai bidak untuk membalaskan dendamnya. Tapi ada yang aneh. Soojung membua...