15 - Whisky

1.2K 97 12
                                    

"Kau benar. Seharusnya aku tak mencoba untuk peduli, Kai. Kau tak pernah menghargai siapa pun yang peduli padamu."

Kai balas menatap Kris. Mata pria itu masih penuh dengan pertimbangan. Ia menghela napasnya sejenak sebelum mengatakan keputusannya.

"Entahlah," lirih Kai seraya mengembalikan atensinya pada Soojung, "Menurutmu ... bagaimana?"

.

.

.

.

.

Kim Jongin. 25 tahun.

Chanyeol menatap foto dalam genggamannya. Pria inilah yang bersama Soojung saat di Edinburgh.

Ia mengusap wajahnya lelah. Memikirkan semua ini akan membuat kepalanya meledak. Mulai dari reaksi Soojung yang tak terduga, dan terbatasnya informasi tentang Kim Jongin ini.

Informasinya terlampau sedikit. Seakan pria itu tak pernah hidup di sini dan tak ada yang mengenalnya. Seakan ada yang menghapus segala sesuatu tentangnya.

Kenapa semua ini menjadi lebih rumit dari perkiraannya?

Lama sekali ia duduk dan tak melakukan apa-apa. Kebingungan dan hilang arah.

"Aku tidak yakin dengan hal ini. Tapi tak ada salahnya, kan?" gumamnya pada dirinya sendiri seraya menyambar kunci mobilnya.

Pria itu mengemudi dengan kecepatan biasa, berbanding terbalik dengan jantungnya yang berpacu seiring makin dekatnya jarak antara dirinya dan rumah ayahnya.

"Apa Ayah ada?" tanyanya pada salah satu pelayan yang menyambutnya begitu ia menginjakkan kakinya di pintu utama.

"Tuan Park ada di ruang kerjanya."

Kaki panjang milik pria itu melangkah tergesa, tak menunggu bibirnya untuk mengucap sekadar terima kasih.

"Ayah," sapanya begitu membuka pintu ruang kerja ayahnya. Park Sung Jin menolehkan kepalanya ketika mendengar suara Chanyeol, sepenuhnya teralihkan dari percakapan dengan tamunya.

"Kau ada perlu?" Park Sung Jin mengangkat alis. Anak ini tak biasanya datang jika tak memiliki keperluan, terlebih lagi berkunjung ke ruang kerjanya secara sukarela.

"Menurut Ayah, untuk apa aku ke sini?" Chanyeol bertanya balik.

"Tunggulah di kamarmu. Aku masih ada urusan dengan Tae Yong," ujar ayahnya dengan gestur mengusir yang membuat Chanyeol mati-matian menahan makiannya.

Chanyeol menatap ayahnya datar, berusaha tetap sopan. Jika bukan karena ayah Soojung berada di sini, ia bahkan takkan repot menahan diri.

"Tidak, Sung Jin-ssi. Bicaralah dengan anakmu, masih ada yang harus kuurus di kantor." Pria paruh baya itu tersenyum kalem seraya beranjak dari duduknya, berjalan pelan menuju ambang pintu tempat Chanyeol berdiri.

Chanyeol memerhatikan Jung Tae Yong, wajah pria itu terlihat baik-baik saja selama anaknya menghilang. Masih tetap berwibawa dan karismatik. Tapi lingkaran di bawah mata yang begitu hitam tak bisa mengelabui Chanyeol.

"Aku hampir mendapatkannya. Maaf," lirih Chanyeol dengan kepala menunduk ketika pria itu sampai di hadapannya.

"Bukan salahmu. Bicaralah dengan ayahmu, kau dan Sung Jin membutuhkannya," pria itu meremas bahunya menguatkan seraya tersenyum, "Dan terima kasih."

Ada keheningan yang sangat pekat di antara sepasang ayah dan anak di ruangan itu begitu punggung Jung Tae Yong menghilang di balik koridor rumah.

Park Sung Jin mengambil salah satu buku di rak dan membacanya di kursi kerjanya. Mengabaikan Chanyeol yang tak tahu harus berbuat apa.

Kill Me, My Murderer [KaiStal Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang