Haekal punya satu pegangan yang tidak akan ia lepas selama hidup nya, sebisa mungkin akan ia genggam tanpa sedikitpun ingin melepas. Dan pegangan nya sama dengan Arka;kakak nya. Satu kalimat sedikit panjang dari Kakek beberapa tahun silam yang masih keduanya simpan jauh dalam diri mereka. Ucapan Kakek mereka ketika kedua nya masih berusia 7 tahun dan 9 tahun.
'Berhasil itu dari diri kita, berjuang seperlu nya, kunci nya begini. Lakukan dan konsisten. Kedengaran nya memang mudah tapi sebenarnya sangat sulit. Arka, Chandra lakukan apa yang kalian senangi untuk menjalani hidup lalu konsisten jika ingin kesenangan kalian menjadi sesuatu yang membanggakan diri kalian'
Haekal masih sakit, sedikit. Tapi tidak menghalangi langkah lebar nya untuk menelusuri setiap tempat yang menarik perhatian nya, dengan Kamera yang ia gantungkan pada leher nya. Kaki nya terus melangkah membawa nya semakin menelusuri setiap ruas Kota Banjarmasin.
"Chan!!"
Rama, melambai heboh di seberang jalan dengan menenteng satu pop ice berwarna merah muda, Haekal tebak itu rasa Strawberry dilihat dari warna nya yang imut, seperti Rama. Lelaki yang lebih pendek dari Haekal itu menghampiri nya dengan wajah sumringah dan gagang kacamata di punggung hidung nya yang tanpa kaca, hanya bingkai nya saja. Haekal dan Jevan sampai sekarang masih bertanya-tanya apa fungsi kacamata yang bertengger di hidung Rama itu.
"Lo ngapain?"
"Menikmati hidup"
"Gaya lo menikmati hidup"
"Lo sendiri ngapain kesini?"
"Jajan, tadi nya mau ngajak Bang Arka tapi dia gamau"
"Lo gamau ngajak gue, Ram?"
"Gue kira lo masih sakit"
Kedua nya diam, Haekal mengarahkan Kamera nya pada objek acak yang ada didepan nya. Kedua nya menyusuri jalan yang memanjang mengikuti aliran Sungai Martapura dengan tepian jalan yang di hias sedemikian rupa, orang lokal mengenal nya dengan Taman Siring Banjarmasin. Lalu memutuskan untuk duduk menghadap ke arah hamparan Sungai yang cukup luas.
"Akhir-akhir ini cuaca nya ga beres, tadi pagi perasaan cerah aja. Sekarang udah mendung lagi"
"Biasalah"
"Lo jangan kelamaan diluar, Chan. Nanti kehujanan lagi sakit"
"Lo jangan kelamaan diluar, Ram. Nanti diculik kan lo kecil"
"Kalau disandingin sama Setan, lo juara satu nya"
Kedua nya tertawa menatap lalu lalang kapal-kapal kecil milik orang-orang sekitar yang disewakan untuk menyusuri Sungai, ada juga yang memang warga sekitar berlalu lalang untuk sekedar menangkap Ikan.
"Lo lagi kasmaran ama siapa?"
Haekal menoleh, membidik Rama dari samping mengakibatkan anak itu mengamuk lantaran angel Rama dari kiri dan Haekal membidiknya dari kanan.
"Ama anak tukang rujak"
"Anjir, mau beli rujak nya ga?"
"Ayo ah, dari tadi kek lo ngajak"
----------
Naya tidak pernah sekalipun berpikir untuk menyukai orang lain selain kakak kelas nya yang sekarang sudah bertunangan, tapi belakangan ini sosok tengil yang tempo lalu meminjamkan Jaket pada nya seringkali tiba-tiba mampir dalam pikiran nya. Tidak lama, hanya sebentar. Paling beberapa detik lalu pergi lagi.
Seperti sekarang, Naya menggeleng saat melihat bayangan Haekal di ujung sana dengan Kamera di lehernya tidak lupa Topi hitam dan kaos oblong hitam yang seperti biasa lelaki itu pakai. Ia pikir halusinasi sampai tiba-tiba tepukan di bahu nya menyadarkan bahwa itu bukan halusinasi.
YOU ARE READING
ℙ𝕝𝕦𝕧𝕚𝕠𝕡𝕙𝕚𝕝𝕖 [LEE HAECHAN]
Teen Fiction___________________________________________________________________ Apa yang lebih buruk dari hujan di hari Senin? Kenyataan bahwa aku masih betah hidup di masa lalu yang kelam. ©Lhc ©rbdwxyz_