Puluhan menit terhitung sejak pertama kali Naya terdiam di dekat jualan milik nya dan Ayah nya, hanya diam tanpa melakukan apapun. Sesekali mengedarkan pandangan nya mana tau ia menemukan objek yang sedari tadi ia tunggu.
Haekal, objek utama yang sedari tadi membuat nya menunggu dan uring-uring an lantaran tidak terlihat padahal beberapa hari belakangan jam-jam siang seperti ini adalah jam nya Haekal bertandang ke tempat nya untuk memesan satu porsi rujak buatan nya. Tapi, sekarang belum ada tanda-tanda kehadiran lelaki itu. Menunggu tanpa persetujuan dan tanpa pemberitahuan memang adalah suatu keputusan bodoh dengan tingkat keberhasilan kurang dari 10% tapi Naya yakin, anak laki-laki dengan kaos oblong hitam andalan nya itu pasti akan muncul.
"Anak nya belum dateng?"
"Belum, Yah. Biar aja deh kalau ga dateng hari ini Naya bantu jualan"
"Duduk aja, biar Ayah yang jualan hari ini"
Menyerah, duduk menatap setiap pergerakan yang dilakukan sang Ayah. Naya berpikir bisa kah suatu saat nanti ia menikmati tiap gerak gerik lelaki yang sudah mulai dimakan usia itu dengan leluasa seperti ini lagi, atau apa yang ia lihat hari ini justru hanya akan menjadi cerita manis yang ia simpan rapat.
——————————
"Ya Allah mau resign jadi manusia"
"Terus mau apply jadi apaan kalau udah resign?"
"Terserah, jadi debu buat orang tayamum juga gapapa"
Jevan membetulkan letak Kacamata betulan miliknya yang melorot sedikit dari punggung hidung nya sambil mengetik kata demi kata di layar Laptop miliknya, sudah terhitung lebih dari lima kali Haekal mengeluh perihal ia menjadi manusia sejak awal mereka--Haekal,Arka,Jevan,Rama--duduk di sebuah Gazebo yang sengaja dibuat oleh Jeffri untuk bersantai.
"Lo penuh najis, Can. Ga lolos persyaratan buat jadi debu tayamum"
"Mentok juga lo jadi ekor Cicak"
"Ekor Cicak ya berarti Cicak juga dong"
"Beda, lo semua pernah liat ekor Cicak goyang-goyang sendiri gara-gara melepas diri dari badan Cicak ga?"
Arka menghentikan aktivitas dari menatap tumpukan berkas yang kata nya ladang duit, melepas kacamata asli miliknya lalu menyeruput Teh Sisri Gulabatu milik nya sembari memikirkan perkataan Rama barusan perihal Cicak dan ekor nya. Sebetulnya, Arka sama sekali tidak ingin menambah kapasitas berpikir untuk otak nya hanya demi Cicak dan ekor nya. Tapi, ucapan Rama memaksa nya untuk berpikir.
"Bukan nya itu lepas gara-gara buat nyelametin diri? Bukan melepas diri"
"Sama aja, Bang"
"Beda, Ram. Bego lo ya ternyata"
"Sama anjir ga ada beda nya, pikirin dah"
"Gini, lepas dan melepas tu jelas-jelas punya tafsiran beda"
"Bener tu kata si Jevan, Ram. Kalau lepas kan ga sengaja kalau melepas berarti emang sadar kalau mau ngelepas"
"Ending nya tetep pisah kan?"
"Ya iya"
"Nah ya udah. Bego lo semua ya ternyata"
YOU ARE READING
ℙ𝕝𝕦𝕧𝕚𝕠𝕡𝕙𝕚𝕝𝕖 [LEE HAECHAN]
Teen Fiction___________________________________________________________________ Apa yang lebih buruk dari hujan di hari Senin? Kenyataan bahwa aku masih betah hidup di masa lalu yang kelam. ©Lhc ©rbdwxyz_