"Chan bangun"
"Nanti"
Jonatan sudah hampir menyerah membangunkan bungsu nya, hampir kelima kali nya terhitung sejak pukul enam pagi tadi hingga sekarang, tujuh lewat tiga puluh dua.
"Nanti kapan??"
"Dingin"
"Anak perjaka bangun telat nanti jodohnya dipatok Ayam"
Bukan karena kalimat Jonatan yang mengatakan jodohnya dipatok Ayam, Haekal memang hanya ingin bangun dan menyudahi acara tidur nya lantaran mimpi nya diganggu oleh Jonatan untuk kesekian kali nya.
Sejak dini hari, Banjarmasin memang gerimis sehingga bermanja manja dengan selimut terasa sangat menggiurkan ketimbang bangkit lalu mandi, makan, dan beraktivitas. Haekal sendiri sudah memiliki niat untuk melewatkan kelas pukul 10.15 nanti jika saja Ayahnya tidak rewel membangunkan diri nya.
"Aku skip kelas hari ini ya, Yah?"
"Loh?"
"Gerimis nya ini awet, ga akan berenti nih pasti sampai siang nanti"
Arka yang kebetulan lewat didepan kamar milik Haekal menghentikan langkah nya sejenak menyembulkan kepala nya di antara daun pintu bercat oren dengan tulisan didepan pintu; Awas anjing galak!!.
"Tuhan lo?"
"Kan prediksi"
"Lo bilang 'pasti'. Bukan prediksi itu nama nya"
"Gatau lah, berisik lo"
"Mandi!"
"Kayak lo mandi aja, ngaku aja kalau lo cuman basahin kepala terus cuci muka gosok gigi. Yakan?"
"Tau dari mana?"
"Kamar mandi ada kamera tersembunyi di deket rak sabun"
"HEH UDAH GILA LO!!?"
Bukan hanya Arka, Jonatan yang sedari tadi sibuk menyingkap tirai jendela Haekal menatap sama terkejutnya ke arah Haekal. Orang gila mana yang memata-matai orang rumah dengan kamera pengawas dikamar mandi.
"Becanda, serius amat"
Haekal bangkit membawa diri nya ke kamar mandi, sekedar untuk membasahi rambut dan cuci muka gosok gigi. Karena jujur saja, hari ini terasa sangat dingin. Bahkan, Haekal curiga diluar bukan nya gerimis malah hujan salju saking dingin nya.
Masih terlalu pagi untuk bersiap ke Kampus, ia memilih ke Dapur menemui Ibu nya yang sedang menikmati satu cangkir teh hangat dengan aroma melati yang menguar di penjuru ruangan, bau nya seperti aroma kuburan baru. Membuat Haekal merasa ingin bertaubat dan beribadah sepanjang hidupnya setiap kali mencium aroma teh milik ibunya
"Suka banget sama teh kuburan gitu, serem tau"
"Kamu aja yang ga ngerti selera. Kampungan selera kamu tuh, Chan"
"Ya Allah anak sendiri ini lho di bilang kampungan"
"Seleramu ga next level"
"Selera Mama aja yang jadul, orang mah sekarang matcha, greentea, thaitea, bukan teh melati"
Kalau ditanya, darimana datang nya sifat menyebalkan seorang Haekal maka jawaban nya ya dari Mawar;Ibunya. Dengan begitu saja, Arka yang terverifikasi makhluk ter-receh seangkatan saudara-saudara nya sudah tertawa kencang di ujung sudut dapur. Sedari tadi Haekal tidak menyadari kalau ada satu makhluk lain di Dapur.
"Sibuk ga, Bang?"
"Ga"
"Anterin nanti"
"Ogah"
YOU ARE READING
ℙ𝕝𝕦𝕧𝕚𝕠𝕡𝕙𝕚𝕝𝕖 [LEE HAECHAN]
Teen Fiction___________________________________________________________________ Apa yang lebih buruk dari hujan di hari Senin? Kenyataan bahwa aku masih betah hidup di masa lalu yang kelam. ©Lhc ©rbdwxyz_