“Saimah! Datanglah, temui aku di punden!”
Saimah tak ada jadwal ke Gunung Kemukus sampai minggu depan karena tak ada hari pasaran untuk ritual. Otomatis, tempat tersebut sepi. Tak bisa mencari pelanggan. Namun, suara barusan telah dua kali menghampirinya. Ada sesuatu yang harus ia tahu soal ini.
Saimah pun harus cari alasan ke suaminya agar malam ini bisa pergi ke Gunung Kemukus lagi. Selagi ia sibuk berpikir, taksi telah sampai di depan sebuah swalayan yang dituju. Wanita berpenampilan menarik tak kalah dengan artis di televisi ini segera turun dari taksi.
Entah karena wajah dan tubuhnya yang menarik mata para pria terpana atau memang daya seksual telah menyatu di dirinya. Semua pria yang ia lewati seakan-akan enggan berkedip. Bahkan, satpam swalayan sempat mencolok dagunya saat wanita berambut hitam arang ini melewati pintu akan masuk.
Saimah berbisik lembut di telinga satpam tersebut.
“Kamu mau mati jam berapa, Bang?”
Seketika wajah satpam tersebut pucat pasi begitu mendengar suara nenek-nenek yang keluar dari mulut Saimah. Aroma amis darah segar berbaur dengan kapur barus khas mayat menguar memenuhi rongga pernapasan pria berseragam ini.
Sang satpam segera menjauh dari hadapan Saimah diiringi senyum manis wanita berkulit bersih ini. Pria berseragam ini hanya mampu menatap tanpa kedip dan geming di dekat pusat informasi.
Saimah melenggang anggun menuju salah satu mesin ATM. Sebuah kartu dimasukkan ke mesin lalu Saimah memilih tombol cek saldo. Pada saat nominal saldo tertera di layar mesin, mata wanita cantik ini melotot seakan-akan tak percaya dengan penglihatannya.
“Hah? Sebelas milyar!”
Seketika telapak tangan kanannya menutupi mulut. Akhirnya Saimah segera menyelesaikan transaksi lalu memasukkan kartu ATM ke dalam dompet. Wanita ini teringat dengan nomor pin yang ditulis di surat Pak Brahim.
Ia mengambil kartu ATM dari dompet almarhum lalu memasukkan ke dalam mesin dan memencet nomor pin. Kartu bisa dipakai dan Saimah mencoba cek saldo, rupanya hanya tersisa seratus ribu saja. Pak Brahim tak bohong telah mentransfer semua isi saldo ke nomor rekening Saimah.
Kini hatinya telah lega dan tinggal menghubungi penjaga vila untuk rencana renovasi. Ia telah memesan gambar kepada salah seorang arsitek dan tinggal menunggu gambar denah selesai baru diserahkan kepada penjaga vila.
Biar mereka yang mengurusi soal renovasi. Saimah tak mau ketahuan punya vila. Ia telah berpesan kepada penjaga vila agar merahasiakan soal jati dirinya.
Terdengar nada dering ponsel dari dalam tas. Ia segera merogoh barang pipih tersebut dari dalam tas. Tertera di layar ponsel nama sahabat akrabnya. Panggilan segera diterima.
“Hallo.”
“Hallo, kamu di mana, Im?”
“Swalayan. Jadi ketemuan?”
“Batal, Im. Aku udah telepon gak mau jadi istri kedua.”
“Yodah. Aku mau jalan ke tempat lain.”
“Im, aku mau ikut.”
“Gak bisa. Lagi ada janji dengan pelanggan ritual terakhir.”
“Udah slametan?”
“Semalam.”
“Wah, panen tuh. Bagi dong!”
“Halah, kamu juga barusan dapat, kan?”
“Udah habis.”
“Habis? Buat apaan?”
“Nambahin tanah dikit.”
KAMU SEDANG MEMBACA
RITUAL lain GUNUNG KEMUKUS
ParanormalGunung Kemukus sendiri berada di wilayah sabuk hijau Waduk Kedungombo. Gunung tersebut masuk ke wilayah Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen-Jawa Tengah. Ritual seks bebas untuk mencari kekayaan di Gunung Kemukus sudah menjadi rahasia umum. K...