SEBUAH RAHASIA TERKUAK

430 13 0
                                    

“Kenapa kami, Mbah?” tanya Saimah dan Kesi hampir bersamaan.

“Nanti Mbah jelaskan. Sekarang minumlah air itu!”

Pria tua ini menunjuk sebuah kendil yang terletak di atas punden. Keduanya pun meminum cairan dari kendil secara bergantian. Cairan kental serupa darah dan berbau amis telah masuk ke kerongkongan mereka. Itu menyisakan rasa getir dan anyir di mulut serta lidah

“Kini kalian telah jadi pengikut utama. Tanpa ikut ritual, kekayaan kalian akan setara dengan pelaku ritual yang kalian dampingi dan bonus seperti Saimah.”

“Bonus seperti Saimah?” Kesi seketika menoleh ke arah sahabatnya dengan ekspresi ingin tahu. 

Saimah hanya tersenyum dan mengangguk. Ia tahu kuncen akan memberi penjelasan karena dirinya pun tak pernah menyangka kejadian yang sempat membuat syok adalah bonus untuknya. Saimah segera mencubit kecil tangan sahabatnya.

Saimah agak mendekat ke telinga Kesi lalu berbisik, “Sst, dengerin kuncen!”

“Dengerkan dulu! Saya akan jelaskan semua.”

“Baik, Mbah.Maaf,” kata Saimah dan Kesi barengan.

Keduanya menunduk karena merasa bersalah telah berani berisik di punden. Untuk sesaat pria tua berjenggot memutih dan berambut digulung menatap tajam kedua wanita tersebut.

Kemudian, pria ini memandang langit yang bertaburan bintang. Sesaat setelahnya, mata rentanya mengikuti seberkas cahaya mirip pedang kuning kebiruan memanjang dari arah langit menuju tengah punden.

Tepat di cekungan punden berisi tanah, sinar tersebut lenyap. Pria renta berudeng hitam yang menutupi hampir semua bagian kepala dan hanya menyisakan gelungan kecil rambut beruban. Tangan keriputnya mengambil sesuatu dari cekungan tanah.

“Ulurkan tangan kalian!”

Kedua wanita segera menyodorkan tangan masing-masing. Kuncen memberi sesuatu ke telapak mereka.

“Segera genggam dan ikuti mantra ini!”

Kuncen mengucapkan mantra diikuti oleh kedua wanita bersahabat ini. Setelah mantra selesai diucapkan, pria renta ini menyuruh mereka menempelkan genggaman pada dada sebelah kiri.

Begitu keduanya selesai melakukan, dada mereka berasa hangat dan tergigit sesuatu lalu menempel erat ke dalam jaringan dalam daging.

“Itu tanda khusus dari Sang Ratu. Akan kalian bawa sampai ajal kalian. Seperti yang saya jelaskan sejak awal. Kalian akan mendapat bonus dari harta pasangan ritual yang telah saatnya menghadap Sang Ratu.”

Kesi yang mendapat penjelasan terlihat terkesiap mendengarnya dan masih menyisakan rasa penasaran. Sementara Saimah yang telah menerima bonus semakin tahu jawaban dari semua pertanyaan yang menggantung di benak.

“Sekarang kalian bisa pulang.”

Kedua wanita ini berdiri lalu menghampiri kuncen.

“Terima kasih banyak, Mbak,” ucap Saimah sambil menggenggamkan sebuah amplop coklat tebal ke tangan pria renta di hadapan.

Kesi mengikuti perbuatan sang teman, tapi amplop yang diberikan tak setebal punya Saimah.

Setelah berpamitan, keduanya beranjak meninggalkan punden menuju anak tangga. Saat langkah keduanya menuruni anak tangga, Kesi sudah tak tahan dengan rasa pengetahuannya.

“Im, berapa bonus kamu? Kapan itu?”

“Lumayan, bisa dibuat beli vila kontan. Dapat dari pemilik kafe.”

“Pemilik kafe yang ilang?”

“Iya.”

“Berarti kamu tau, dia menghilang ke mana?”

RITUAL lain GUNUNG KEMUKUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang