“Aku tinggal melunasi pembayaran ritual terakhir. Sebentar ...,” kata Sarto sambil mengetik layar ponsel beberapa saat kemudian ia berucap,”Sudah masuk. Coba cek.”
“Udah masuk, Mas. Terima kasih banyak.”
Saimah akhirnya berpamitan kepada Sarto, padahal akan diantar pulang, tapi tak mau. Begitu turun dari mobil pria tersebut, sebuah taksi online telah datang menjemput. Mereka pun akhirnya berpisah.
Kini Saimah telah bersiap melanjutkan perjalanan ke Gunung Kemukus untuk memenuhi panggilan dari bisikan gaib yang ia terima. Ia terpaksa mencarter taksi tersebut karena transportasi dari Gunung Kemukus ke arah pulang tak tersedia.
Saimah tak lupa menghubungi suaminya untuk memberitahu kalau dirinya akan menginap di rumah orang tua Kesi di luar kota. Tak lupa dirinya segera menghubungi sahabatnya tersebut. Sengaja Saimah mengajak Kesi untuk alibi saja.
“Imah, udah sampe mana?’
“Udah deket. Tunggu depan toko. Biar bisa langsung naik.”
“Okey! Aku berdiri di pinggir jalan. Mobil apa?”
“Xenia. Udah mau ke kamu.”
Saimah memutuskan sambungan telepon lalu membukakan pintu untuk Kesi. Sang teman tersenyum seraya naik dan duduk di sebelah Saimah.
“Kirain kamu lupa, Im. Hampir aja mau pulang. Sejam nunggu.”
“Ya, maaf. Habisnya tadi pas ketemuan dengan pelangganku, ada Mas Parman datang.”
“Kok bisa tau?”
“Kebetulan kafe tempat pertemuan itu milik orang yang kasih proyek suamiku. Bos ini menghilang dan kebetulan nomor Mas Parman yang menghubungi terakhir.”
“Oh, gitu. Emang suamimu gak nyariin nih?”
“Aku udah pamit, mau nginap di luar kota sama kamu. Dia sedang lembur di ruko pelangganku.”
“Wah, keren banget. Lihai juga kamu, Im.”
“Pelangganku yang punya inisiatif, biar Mas Parman gak curiga. Ya masak, aku mau alasan pelangganku ini beli skin care.”
Mereka pun tertawa terbahak-bahak hingga sopir ikut tersenyum.
“Lah, terus mobil ini, kamu carter?”
“Iyalah! Gak mungkin juga, pesan taksi online dari sana.”
“Kenapa sih, kamu gak beli mobil aja, Im?”
“Bisa heboh seperumahan, kalo aku beli mobil. Mas Parman kerjanya nguli, Kes. “
“Biar nguli, kalo dapat proyek besar. Bisa beli mobil, kan?”
“Enggaklah! Males jadi omongan tetangga. Biar gini aja. Pas butuh, tinggal pesen taksi. Gampang!”
Mobil telah beranjak memasuki kawasan menuju Gunung Kemukus. Udara malam makin membuat gigil sekujur tubuh. Bagi kedua wanita di kursi belakang, hal yang sudah biasa cuaca dingin seperti ini. Namun, bagi sopir taksi adalah pengalaman baru. Tampak raut muka pria bertopi ini memucat dengan gigi gemerutuk.
“Dingin banget, Pak?”tanya Saimah begitu mendengar suara gigi sang sopir.
“Ya, Bu. Gak biasa kena dingin. Maaf.”
“Ngapain maaf? Saya harus berterima kasih pada Bapak. Entar saya kasih bonus.”
“Terima kasih banyak, Bu. Gak papa, lumayan dapat tambahan pemasukan. Lagi sepi juga ini aplikasinya.”
“Gini aja, Pak. Entar tolong kasih nomor pribadi. Biar bisa saya hubungi setiap saat pas butuh taksi.”
“Alhamdulillah. Terima kasih, Bu.”
![](https://img.wattpad.com/cover/306431806-288-k394596.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RITUAL lain GUNUNG KEMUKUS
ParanormaalGunung Kemukus sendiri berada di wilayah sabuk hijau Waduk Kedungombo. Gunung tersebut masuk ke wilayah Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen-Jawa Tengah. Ritual seks bebas untuk mencari kekayaan di Gunung Kemukus sudah menjadi rahasia umum. K...