Setelah diabaikan oleh Cewek Ular yang terkenal seantero kampus, Zian jadi tidak semangat untuk melanjutkan kegiatannya menodong mahasiswa lain. Ia tetap berdiri di tempat itu dan menatap punggung Bella dengan sengit. Tatapan penuh dendam itu perlahan memudar ketika Alka menepuk pundaknya.
"Jangan berurusan sama cewek itu." Alka melepas kacamatanya, lalu benda tersebut digantung di saku kemeja.
"Gue enggak pengen berurusan sama dia, tapi dia cari gara-gara sama gue!" Laki-laki berpotongan rambut cepak itu berseru penuh emosi.
"Dia bukan cewek biasa." Melihat tatapan penuh emosi dari Zian membuat pria yang tidak lagi menggunakan kacamata itu menarik tangannya cepat.
Zian menyeringai. Ia menggeser tubuhnya agar berhadapan dengan Alka. "Jangan bilang, lo suka sama dia?"
Alka cukup terkejut mendengar pernyataan sahabatnya, tetapi ia tidak menunjukkan perubahan ekspresi yang signifikan. Laki-laki berambut cukup panjang itu malah menyibak rambut. "Dari sekian banyak cewek yang gue kenal, Arabella adalah orang yang paling sedikit mengeluarkan suara. Ngomongnya selalu kelewat irit. Makanya lebih baik lo nggak berurusan sama dia, katanya orang pendiam itu jauh lebih nyeremin daripada orang yang banyak ngomong."
Bukannya fokus pada ceramah Alka, pria bermata sipit itu malah tertawa kecil. "Gue juga nggak mau berurusan sama cewek aneh kayak gitu."
"Kita ada kelas lima belas menit lagi. Kalo mau makan bakso dulu, lo harus makan buru-buru."
Zian mendengkus. Ia malah melepaskan tas ranselnya. Kemudian ia melemparkan benda itu ke rumput. Gerakannya itu disusul dengan sebuah jaket yang melayang. Zian menggunakan jaket tersebut untuk alasnya dan tas ranselnya sebagai bantal. Laki-laki yang mengenakan kaos rombeng dan celana sobek-sobek itu malah tertidur dengan posisi terlentang.
"Zi, kita ada kuliah 15 menit lagi. Lo nggak ada waktu buat tidur di sini." Alka berbicara setelah menghela napas panjang.
"Gue nggak mood kuliah, mending lo aja yang berangkat kuliah. Gue mau tidur di sini."
Alka diam di tempatnya. Ia tidak bicara hingga 10 menit berlalu. “Zi, kalau lo nggak mau dapat E di mata kuliah ini, gue saranin lo harus masuk kelas sekarang.”
“Persetan dengan semua nilai itu! Gue enggak peduli. Mending lo aja yang kuliah, gue nggak minat.”
Alka tidak lagi mendebat. Laki-laki berambut cukup panjang itu malah menyibak rambutnya. Kacamata yang semula berada di saku, kembali ia kenakan. Tanpa banyak bicara, Alka duduk di samping Zian. Diam di sana, bersama sahabatnya dan melewatkan satu kelas penting.
Setelah petang tiba, barulah keduanya beranjak dari bawah pohon besar itu. Zian bangkit lebih dulu. Ia mengulurkan tangannya dan membantu Alka berdiri.
"Kenapa lo malah duduk di sini? Mau bolos kuliah? Padahal lo bisa aja ninggalin gue dan masuk kelas. Gue tau, lo punya minat untuk kuliah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why ✓
RomanceApa yang kamu lakukan jika terjebak dengan berandalan nomor satu di kampus? Bella, mahasiswi semester akhir Universitas Jatayu, harus menggantikan ayahnya menjadi tutor Zian. Kontrak yang sudah dibayar di muka, tidak bisa dibatalkan dengan alasan ap...