15. Hari Berkesan

111 26 4
                                    

Setelah lewat lima menit dari jadwal, ruangan itu masih sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah lewat lima menit dari jadwal, ruangan itu masih sepi. Udara terasa menebal setelah dosen pembimbing dan dosen penguji memasuki ruangan. Bella berdiri sambil menghitung jumlah peserta seminarnya. Hitungannya berhenti pada angka delapan. Ia butuh setidaknya dua belas orang lagi untuk bisa memulai seminar.

Menit demi menit berlalu. Satu per satu mahasiswa yang entah datangnya dari mana, mulai memasuki ruangan itu. Diam-diam gadis berambut terikat itu menunduk dan membuka ponselnya. Ketika melihat grupnya dengan dosen pembimbing utama, Bella tersenyum.
Ternyata, Pak Sopar mengirimkan pesan pada anggota grup yang berisi mahasiswa bimbingan dan mahasiswa perwalian. Ia menatap Pak Sopar yang tengah sibuk menyapa mahasiswa yang baru tiba, dalam hati ia menyerukan terima kasih.

Bella kembali menghitung jumlah peserta seminarnya, ia mulai panik ketika dosen pengujinya kelihatan gelisah. Kurang dua orang lagi. Bella membuka ponselnya dan berniat mengirim pesan pada Alka dan Zian, tetapi belum sempat ia mengetikkan pesan, keduanya sudah mucul di pintu masuk.

"Selamat siang, maaf kami terlambat." Alka berbicara sambil menunduk beberapa kali.

Kedatangan partner in crime itu membuat suasana menjadi senyap. Semua mata tertuju pada keduanya, bahkan tiga dosen yang ada di hadapan Bella juga turut menoleh. Bella hampir melonjak ketika mendapati kedua orang itu tersenyum dan melenggang masuk untuk duduk di barisan paling depan.

Dasar tukang cari perhatian. Bella bersuara dalam hati. Ia tidak habis pikir pada Alka dan Zian yang datang tanpa undangan. Untuk Alka, Bella merasa berterima kasih karena laki-laki berkacamata itu datang dengan pakaian layak dan bersikap sopan ketika orang-orang menatapnya.

Berbeda dengan Alka, Zian malah muncul dengan pakaian terburuknya. Laki-laki berambut cepak itu datang dengan celana sobek-sobek dan kaus hitam butut yang warnanya sudah luntur parah. Untungnya ia mengenakan kemeja merah kotak-kotak untuk melapisinya. Ah, kemeja itu. Bella langsung tersenyum ketika sadar kalau itu adalah kemeja yang pernah dipinjamkan Zian.

"Saya rasa, sudah bisa dimulai seminarnya." Dosen penguji yang sedari tadi gelisah, berbicara sambil tersenyum.

Bella melaksanakan seminarnya dengan baik. Ia juga mampu menjawab hampir semua pertanyaan yang diberikan oleh dosennya. Pertanyaan dari peserta seminar juga bisa dijawab dengan baik. Begitu menutup seminarnya, Bella berniat langsung menghampiri Alka dan Zian. Namun, belum juga ia melangkah, Pak Sopar sudah memanggilnya.

"Bella, bisa diskusi sebentar?"

"Bisa, Pak." Bella menjawab cepat, tetapi matanya masih tertuju pada dua laki-laki yang kini ia sebut sebagai teman.

Gadis yang mengenakan almamater itu berbicara dengan Pak Sopar cukup lama. Beliau membahas hal-hal yang perlu ditambahkan pada draft skripsi milik Bella. Ketika Bella melihat ke tempat yang tadinya ditempati Zian dan Alka, mereka sudah tidak ada di sana.

Tell Me Why ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang