Seorang laki-laki dengan telinga penuh tindik, berdiri di tengah rapat yang sedang berlangsung. Ia mengenakan kaus oblong lusuh dan celana sobek-sobek. Hampir semua mata yang memandangnya tidak berniat menghakimi atau mencibir. Mereka sudah terbiasa. Ketua tim mereka akan berpenampilan seperti itu pada tanggal 26 sampai 28 April. Ia juga akan memulai rapat dengan normal dan bekerja lebih banyak dari biasanya.
Tidak peduli sedang di kantor atau di lapangan, Zian akan berpenampilan seperti itu ketika tanggal tersebut tiba. Pada awal masa bekerjanya, bahkan Alka pernah menggantikan Zian untuk memimpin rapat di timnya karena sudah lelah dengan hujatan banyak orang.
"Nggak kerasa udah tanggal 26 April lagi." Salah satu anggota tim Zian berbisik pada rekannya.
"Siap-siap, kerjaan kita hari ini bakalan kayak neraka."
Alka tersenyum kecut. Tidak ada yang tidak tahu, jika tanggal itu tiba, mereka akan bekerja lebih keras dari biasanya. Bukan dua kali, tetapi sepuluh kali lebih keras. Zian akan memeriksa semua laporan dan perkembangan selama beberapa bulan terakhir, mengevaluasinya dan mulai mencari kesalahan dari pekerjaan tersebut dan memperbaikinya.
"Ada pertanyaan?" Zian bertanya sambil menatap satu per satu anggota timnya.
Anak baru yang merupakan anggota magang terlihat mengangkat tangan ragu. Akhirnya, ia mengangkat tangan tinggi-tinggi meski mendapat pelototan dari semua seniornya. "Pak Zian, kok tumben penampilannya begitu?"
Zian tersenyum. “Mungkin karena kebiasaan.”
Senior yang duduk di samping anak magang tersebut langsung menyenggol dan memberi kode untuk diam. Anak magang tersebut memang berbicara santai karena Zian terbiasa tidak menggunakan bahasa formal dengan rekan satu timnya.
Alka langsung mengganti topik pembicaraan. “Sepertinya tidak ada pertanyaan mengenai project selanjutnya."
Sadar kalau Alka berusaha mengganti topik, Zian segera menutup rapatnya. "Rapat selesai. Silakan kembali ke meja masing-masing. Untuk tim lapangan, kita akan survey setengah jam lagi. Silakan dipersiapkan."
Hampir semua orang yang ada di sana langsung meninggalkan ruangan rapat, kecuali Alk. Laki-laki berkacamata itu tetap duduk di tempatnya dan menatap Zian dengan tatapan menyelidik.
"Lo mau ngomong apa?" Zian bertanya sambil merapikan beberapa kertas yang ada di hadapannya.
"Kira-kira, kapan lo stop pake baju modelan kayak gini?" Alka melihat Zian dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Lo bukan lagi mahasiswa yang dijuluki preman kampus. Sekarang lo itu tim leader di perusahaan ternama."
"Biar gue koreksi. Gue cuman salah satu karyawan biasa yang kebetulan jadi tim leader. Lagian, nggak ada juga peraturan tertulis di kantor ini yang nyebut kalo gue nggak boleh pake tindik atau celana sobek-sobek. Abis ini gue juga bakal ke lapangan, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why ✓
RomansaApa yang kamu lakukan jika terjebak dengan berandalan nomor satu di kampus? Bella, mahasiswi semester akhir Universitas Jatayu, harus menggantikan ayahnya menjadi tutor Zian. Kontrak yang sudah dibayar di muka, tidak bisa dibatalkan dengan alasan ap...