Bella tidak banyak bicara ketika mengantar Ayah ke dokter. Gadis itu hanya mengangguk ketika mendengar penjelasan dokter. Setelah bertemu dokter, Bella menebus obat dan melakukan pembayaran. Ketika ia berbalik, ia mendapati kalau Ayah tengah memejamkan mata sambil bersandar di tembok. Pria beruban itu berdiri sambil melipat tangan di dada.
"Ayah." Bella menyentuh tangan Ayah dan tersenyum setelahnya.
Ayah menghela napas dan turut tersenyum. "Maaf, ya. Ayah jadi ngerepotin kamu."
Bella menggandeng tangan Ayah, lalu menepuknya pelan. "Ayah pokoknya harus cepat sembuh."
Ayah tersenyum, lalu mengeratkan genggaman tangannya. Genggaman yang begitu erat membuat Bella menatap pria itu lebih lama dari yang seharusnya. Sorot mata Ayah kelihatan sendu. Entah karena demam yang diderita atau karena sesuatu yang lain.
Sepanjang perjalanan dari dokter hingga ke rumah, Bella menghabiskan waktunya dengan mengamati Ayah. Pria bertubuh tinggi itu tidak lagi terlihat muda, wajah tampannya sudah dihiasi berbagai kerutan di berbagai tempat. Tangannya juga sudah dipenuhi keriput dan bintik hitam.
"Kiri, Bang." Ayah berseru pada sopir angkutan umum yang mereka tumpangi.
Tadinya, Ayah mau mengendarai motornya untuk pergi ke dokter, tetapi Bella ngotot melarang. Setelah perdebatan panjang, akhirnya mereka menaiki angkutan umum. Bella tidak bisa mengendarai sepeda motor karena pernah menabrak anak kucing ketika belajar. Hal itu membuatnya memutuskan untuk tidak lagi mengendarai sepeda motor.
"Ayah liat, dari tadi kamu ngelamun aja."
Bella yang berjalan di samping Ayah, hanya bisa cengar-cengir.
"Jadi ke kampus?" Ayah kembali bertanya setelah mereka sudah berada di rumah.
Bella menutup pintu depan dan langsung menyiapkan obat Ayah. Sambil membuka bungkus obat yang ada di tangannya, Bella menjawab, "Kayaknya enggak. Aku harus gantiin Ayah untuk ngajar di lembaga, kan?"
"Ayah bisa izin, lho." Ayah turut duduk di samping Bella. Ruang tamu yang langsung terhubung ke meja makan dan dapur itu membuat Ayah bisa duduk di samping Bella dengan cepat. Rumah mereka memang tidak besar. Ukurannya tidak jauh berbeda dengan perumahan sederhana yang memiliki dua kamar.
Bella menyodorkan obat yang sudah siap minum dan segelas air. "Kalau Ayah izin, berarti nggak akan dibayar. Mendingan aku yang gantiin. Coba Ayah tanya dulu sama lembaga, kalau diizinin, aku aja yang ngajar."
Ayah meminum semua obat yang sudah disiapkan putri semata wayangnya. Setelahnya, Ayah berdehem. Kemudian ia menelepon lembaga tempatnya mengajar. Telepon itu berlangsung cukup lama dan akhirnya Ayah menutup telepon setelah mengucapkan terima kasih.
"Gimana, Yah?" Bella bertanya antusias.
"Untuk kelas hari ini, kamu boleh gantiin Ayah, tapi untuk yang besok, pengajar lain bakal gantiin Ayah sementara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why ✓
RomanceApa yang kamu lakukan jika terjebak dengan berandalan nomor satu di kampus? Bella, mahasiswi semester akhir Universitas Jatayu, harus menggantikan ayahnya menjadi tutor Zian. Kontrak yang sudah dibayar di muka, tidak bisa dibatalkan dengan alasan ap...