21. Bubaran

76 17 0
                                    

Ruangan kelas yang dapat menampung seratus orang, terasa sangat penuh karena suara yang berdengung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan kelas yang dapat menampung seratus orang, terasa sangat penuh karena suara yang berdengung. Suara itu berasal dari mahasiswa yang sibuk membicarakan gosip terkini dari akun Lambe Jatayu. Bella kira setelah satu minggu, berita itu akan surut dengan sendirinya, tetapi dugaannya salah. Berita itu malah semakin besar. Kini Bella bisa tahu dampak dari sebuah popularitas.

Tiba-tiba namanya menjadi pembicaraan seantero Jatayu. Kemana ia melangkah, maka di situ akan ada bisik-bisik yang mengganggu, tatapan menghakimi, kadang juga ditambah cibiran merendahkan.

Bella tidak peduli selama hal itu tidak mengganggu aktivitasnya, tetapi kini ia mulai merasa terganggu karena waktu jadi terasa sangat lambat ketika ia hendak menunggu waktu masuknya kelas. Gadis bersepatu kets putih itu menggerakkan kakinya untuk menenangkan diri. Untungnya, waktu masuk kelas segera tiba.

"Selamat sore, saya Arabella asisten dosennya Pak Sopar." Suara keras Bella berhasil membuat kelas tersebut tenang. Ia memberikan instruksi dengan baik dan segera membagikan kertas berisi soal.

Hari itu, Bella menjalankan tugasnya sebagai asisten dosen. Ia membuat kuis dadakan dan membagi mahasiswa di kelas itu menjadi lima kelompok. Kemudian ia memberikan bahan diskusi untuk mereka. Sesekali, ia berkeliling untuk mendengarkan diskusi yang berlangsung di masing-masing kelompok.

Setelah satu jam, Pak Sopar muncul dan segera mengambil alih kelas tersebut. Bella tetap di sana hingga kelas tersebut usai.

"Kak, Kakak beneran pacaran sama preman kampus itu?" Salah satu mahasiswa menghampiri Bella yang tengah merapikan meja. Anak ini adalah satu-satunya adik tingkat yang tanpa ragu mau menyapa Bella.

Bella tersenyum. "Kalo iya, emangnya kenapa?"

"Hah! Beneran, Kak? Sayang aja, Kakak cantik terus pinter banget, masa pacaran sama preman kampus?"

Bella berdecak. "Dia punya nama. Zian. Tampilannya memang kayak preman, tapi dia baik banget."

"Ini yang namanya dibutakan cinta."

Bella menggeleng. "Enggak, dia memang baik. Baik banget malah."

"Jadi, beneran, Kak?"

"Enggak, kami cuma temenan aja."

Mahasiswa itu tersenyum. "Katanya teman bisa saling mempengaruhi, lho, Kak. Jangan sampe Kakak jadi preman juga, ya."

Bella tertawa karena ucapan adik tingkatnya. Laki-laki berjaket almamater itu tersenyum dan melenggang keluar dari ruangan itu, meninggalkan Bella sendirian.

Bella tengah berjalan sambil membawa tumpukan kertas hasil kuis adik tingkatnya. Gadis yang mengenakan blus krem itu berjalan melalui lorong kelas. Ia kembali mendengar bisik-bisik yang serupa seperti sebelumnya. Seperti kata Bella, tidak ada kata terbiasa dalam hidupnya. Ketika hari pertama berita itu muncul, Bella berani membalas perkataan orang yang menghujat ia dan Zian, tetapi kini rasanya ia tidak bisa menutup semua mulut orang. Akhirnya gadis berponi itu memilih untuk kembali diam.

Tell Me Why ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang