Bella melangkah masuk ke rumah yang sudah lima tahun tidak ia kunjungi. Tidak ada yang berubah dari rumah itu, warna cat dan tata letak di ruang tamu masih sama. Namun, ia menyadari sesuatu yang berbeda di ruang tengah. Posisi piano bergeser menjadi lebih dekat dengan jendela besar yang menghadap halaman samping. Mata besar Bella langsung tertuju pada Zian yang tengah berbaring di sofa. Ia menatap pria yang berpenampilan preman itu lebih lama dari seharusnya.
"Tumben Zian tidur di luar?" Bella bertanya dengan suara pelan, takut mengganggu tidurnya Zian.
Alka langsung menahan Bella yang hendak mendekati saudaranya. "Kita ngobrol di belakang dulu."
Bella sempat terkejut karena Alka menggandeng tangannya, tetapi ia menurut dan mengikuti Alka ke halaman belakang. "Gue kira dia bakalan berubah setelah lima tahun, ternyata masih kayak preman."
Pria berkacamata itu duduk di kursi yang ada di halaman belakang. Ia segera melepaskan genggaman tangannya setelah tiba di sana. "Penampilannya yang kayak gitu cuma dia lakuin setahun sekali. Katanya, biar seseorang nggak lupa sama dia. Dia berubah, kok. Dia berhasil lulus dengan IPK 3.2. Dia juga udah kerja. Hidupnya kelihatan baik-baik aja, tapi nyatanya enggak."
Bella turut duduk di samping Alka. "Kenapa?"
Alka kembali menghela napas, kelihatan tidak berminat menjawab pertanyaan Bella. Wajahnya berubah serius. "Kenapa lo dateng?"
Wanita berambut panjang itu mengerjap. Ia tidak menduga pertanyaan seperti itu dari Alka.
"Gue tanya, kenapa lo dateng? Kalo lo cuma mau nengok Zian sebentar, terus ngilang kayak waktu itu, gue saranin lo pergi sebelum Zian bangun. Gue nggak mau saudara gue tambah sakit karena ketemu lo." Suara Alka semakin keras.
"Zian sakit?" Bella malah salah fokus.
Alka langsung buang muka. Ia melihat Zian dan memastikan kalau pria berpenampilan preman itu tidak terbangun dari tidurnya.
"Ka, gue nanya lo. Zian sakit?"
Akhirnya, Alka melepaskan kacamatanya dan menatap Bella dalam. "Dia selalu sakit setiap tanggal 27 April. Lo inget, 27 April? Dia selalu milih untuk nggak tidur buat ngelewatin hari itu."
Awalnya Bella bingung, tetapi ia langsung paham begitu ingat hari itu. 27 April adalah tanggal ketika ia dan Zian sepakat untuk mengakhiri kontrak tutorial. Bella menjawab dengan terbata-bata. "Gue nggak tau, kalo Zian sampe kayak gitu."
"Sekarang lo udah tau, kan? Kalo niat lo cuma mau nyapa Zian doang, lebih baik kalian nggak ketemu. Lo bisa sampein semua ke gue."
Bella tidak lagi melihat Alka, kini matanya tertuju pada punggung pria yang tengah tertidur di sofa. "Zian begitu setiap tahun, karena gue?"
Lagi-lagi, Alka menghela napas. "Menurut lo karena apa?"
Tangan Bella mulai gemetar. Air matanya meluncur tanpa peringatan lebih dulu. Sebelumnya, ia kira hanya dirinya sendiri yang menderita karena perpisahan itu. Ia kira, hanya dirinya yang menahan semuanya sendirian. Ternyata Zian juga merasakan hal yang sama, bahkan kelihatan lebih menderita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why ✓
RomanceApa yang kamu lakukan jika terjebak dengan berandalan nomor satu di kampus? Bella, mahasiswi semester akhir Universitas Jatayu, harus menggantikan ayahnya menjadi tutor Zian. Kontrak yang sudah dibayar di muka, tidak bisa dibatalkan dengan alasan ap...