Wajah Bella masih dirambati dengan rona merah ketika Zian melangkah mendekat dan menampilkan senyum yang masih terasa asing. Gerakan laki-laki berkemeja merah itu membuat Bella menunduk semakin dalam.
“Nggak usah ngelak, lo pasti laper.” Zian menyandarkan tubuhnya di rak buku yang ada di dekat Bella.
“Enggak kok, lo pasti salah denger.” Kepalang malu, Bella buru-buru merapikan tasnya. Kemudian, ia kembali berdiri tegak.
Sikap Bella yang kelihatan salah tingkah, membuat senyum Zian semakin lebar. “Gue nggak bakal ngeracun lo. Lagian masakan Alka, tuh, enak banget. Lo harus nyobain. Yakin, nggak mau?”
“Jadi, kalian beneran tinggal bareng?” Bukannya menjawab pertanyaan Zian, fokus Bella malah teralih padahal lain.
“Mau tahu? Lo nyebelin banget. Apa susahnya jawab pertanyaan gue, nggak pake fokus ke yang lain?” Wajah Zian yang tadinya ceria, berubah menjadi suram.
Menyadari perubahan ekspresi Zian, Bella langsung menggigit bibirnya. “Eh, nggak gitu maksud gue. Gue beneran penasaran sama hubungan lo sama Alka. Gue nggak bermaksud buat nggak jawab pertanyaan lo.”
Zian menyeringai. Seringai yang muncul sama seperti waktu pertama kali Bella melihat laki-laki itu. “Gue anggep lo nolak makan malam di sini.”
Melihat tatapan sengit dari Zian, membuat Bella tidak tahu harus melihat ke arah mana. Akhirnya, gadis itu hanya bisa terdiam karena suara keras Zian.
“Kenapa lo yang dateng, bukan Pak Jaya?” Zian berbicara setelah kembali duduk di kursi dan kini ia mengangkat satu kakinya seperti di warkop.
Pertanyaan Zian membuat mata Bella membelalak. Ia tidak menduga kalau pertanyaan semacam itu akan diajukan oleh laki-laki bertindik itu. Bella yang sudah merasa tidak terintimidasi, mengepalkan tangan dan balik menatap Zian sinis. “Menurut lo, anak mana yang akan ngizinin ayahnya untuk berurusan sama cowok kayak lo?”
Zian tertawa. Tawa laki-laki berambut cepak itu terdengar seperti mengejek. "Emangnya, gue cowok yang gimana?"
Mendengar tawa Zian yang menyebalkan, membuat Bella buru-buru menjawab. "Lo cowok yang nggak berperasaan. Bisa-bisanya lo nggak biarin Ayah masuk ke rumah ini selama hampir tiga bulan!"
Zian tidak berniat membantah, ia malah duduk diam dan mendengarkan Bella hingga selesai.
"Lo tahu, kenapa gue dateng ke sini untuk gantiin Ayah gue?” Suara Bella mulai bergetar. Mata besar gadis berponi itu mulai berkaca-kaca. Ia juga mengepalkan tangan yang kuat untuk membantu menahan tangisnya. “Ayah gue sakit karena lo biarin dia keujanan, untuk nunggu jam belajar lo selesai! Bahkan besoknya, Ayah sempat pingsan. Lo nggak akan pernah tahu gimana rasa takut yang gue rasain waktu itu!”
Tanpa sadar Bella meluapkan semua emosinya, padahal sebelumnya ia tidak pernah bertingkah seperti ini di depan siapapun. Biasanya, Bella hanya akan bercerita pada Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why ✓
RomanceApa yang kamu lakukan jika terjebak dengan berandalan nomor satu di kampus? Bella, mahasiswi semester akhir Universitas Jatayu, harus menggantikan ayahnya menjadi tutor Zian. Kontrak yang sudah dibayar di muka, tidak bisa dibatalkan dengan alasan ap...