Ch. 10 | Geschichte

291 40 11
                                    

Keesokan harinya setelah beristirahat, aku dan Erika pergi berjalan-jalan untuk membeli makanan dan mandi, tujuan kami kali ini adalah untuk pergi ke perpustakaan, tentu saja untuk mencari informasi tentang dunia ini.

Perpustakaan itu tampak seperti sebuah gereja kecil yang sangat sepi. Tidak ada pengunjung lain selain kami.

Seorang kakek pustakawan menyapa kami.

Pustakawan : "Guten morgen, apakah ada yang bisa saya bantu tuan?"

"Ah tidak, kami kemari hanya untuk membaca buku dan beristirahat."

Pustakawan : "Wah, sungguh tak biasa. Perpustakaan ini selalu sepi, jarang sekali jika ada yang berkunjung."

"Kalau boleh tau, apakah setiap hari memang sangat sepi seperti ini? Kenapa tidak ada yang datang."

Pustakawan : "Hahaha, setiap hari memang selalu seperti ini."

Pustakawan : "Itu karena kurangnya tingkat kesadaran akan pendidikan di masyarakat kita, sehingga masih banyak masyarakat yang tidak mau belajar dan tidak bisa baca tulis."

Pustakawan : "Karena itu perpustakaan ini selalu sepi, sehingga perpustakaan ini biasanya digunakan untuk menyimpan mantra mantra sihir."

Benar juga, peradaban di dunia ini masih kuno sehingga pendidikan masih sangat jarang. Mungkin aku harus mengajari Erika baca dan tulis mulai sekarang.

"Begitu ya, pak, apakah anda punya beberapa buku sejarah?"

Pustakawan : "Tentu saja, sebentar saya ambilkan."

Kakek itu memberikan beberapa buku sejarah kepadaku dan mempersilahkan ku untuk membacanya bahkan memperbolehkan ku untuk meminjamnya.

Pustakawan : "Ini dia, silahkan dibaca tuan, nikmati waktumu."

"Terimakasih banyak pak."

Kami duduk di sudut perpustakaan itu, aku mulai membaca buku sedangkan Erika menggambar lukisan dengan alat lukis yang kami beli kemarin.

Tak lama kemudian kakek pustakawan kembali menghampiri kami dan membawakan kami teh dan biskuit.

Erika : "Waah, biskuit!"

Pustakawan : "Silahkan dinikmati selagi hangat."

"Ah, terimakasih banyak pak. Tetapi anda tidak perlu repot repot seperti ini."

Pustakawan : "Tidak apa apa jangan dipikirkan, silahkan."

Kemudian kakek pustakawan pergi meninggalkan kami.

Sungguh baik sekali kakek itu sampai menyuguhi kami dengan teh dan biskuit.

Aku menyeruput secangkir teh itu dan kembali membaca buku sejarah.

Tertulis bahwa dahulu kala seluruh dunia hanya ditinggali oleh hewan hewan dan monster.

Hingga pada suatu ketika muncullah dua makhluk pertama berwujud raksasa bernama Ask dan Embla, mereka memiliki empat anak yang bernama Pandora, Modsognir, Iluvatar, dan Garroraz.

Keempat anak dari Ask dan Embla juga berwujud raksasa tetapi memiliki keunikannya masing masing.

Pandora memiliki tubuh yang tinggi, telinga pendek dan tubuh yang tegak.

Modsognir memiliki tubuh yang lebih pendek dari pada ketiga saudara nya, tubuhnya bungkuk tetapi memiliki kecerdasan melebihi ketiga saudara nya.

Iluvatar memiliki kulit yang putih, rambut berwarna kuning, mata hijau dan telinga yang panjang.

Dan Garroraz memiliki kulit yang gelap, mata berwarna merah dan juga memiliki telinga yang panjang.

Hingga suatu ketika Ask dan Embla meninggal dan keempat anak mereka mulai bertarung satu sama lain. Mereka bertarung dengan brutal hingga tubuh mereka sampai tercabik-cabik dan terlepas lepas hingga mereka berempat tewas tanpa adanya pemenang dan yang berhasil selamat.

Führer : In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang