Xion menggendong Dinda dengan gaya bridal style menuju kamar mereka, lalu menaruh Dinda di atas kasur dengan sangat hati-hati.
Xion mengambil baju untuk Dinda, lalu mendekat ke arah Dinda, dan membuka satu persatu kancing seragam Dinda.
"Sebenernya Xion lebih milih Dinda gak bisa jalan aja, biar nanti pas Xion study tour Dinda gak macem-macem"
Dinda hanya terdiam.
"Cuman sayang, mommy udah nyiapin terapis, buat kaki Dinda"
Xion memasangkan baju untuk Dinda, dengan ekspresi yang sangat kesal.
"Biasanya Xion bisa nge lawan mommy"
Xion menatap tajam kearah Dinda.
Seringai terbentuk di wajah Xion."Bukannya Dinda harusnya tahu apa yang jadi alasannya?" Xion semakin mendekat kearah Dinda, hidung Xion, sudah menempel di hidung Dinda.
"Gara-gara Dinda udah jadi kesayangan mommy".
***
Braga menatap langit-langit kamarnya, lalu tersenyum hampa, ia sedikit tertawa, Mentertawakan dirinya sendiri.
"Udah tahu dia menderita gara-gara lo, masih aja mau ikut campur"
"Lagian lo mau apa sih? Dia juga gak mungkin bisa sama lo, stop untuk ikut campur Braga" ucap Braga kepada dirinya sendiri.
Ia sangat mengetahui bahwa ia sampai kapan pun tidak akan pernah bersama Dinda, ia hanya ingin Dinda hidup normal seperti yang lainnya.
Braga menatap matanya, suara tadi siang seakan terus berputar seperti kaset rusak di dalam otaknya, meskipun ia tidak melihat, setidaknya ia mengerti apa yang Dinda dan Xion lakukan.
"Arrrggghhh" kesal Braga.
Braga segera bangkit dari tidurnya, semakin lama ia memikirkan tentang Dinda dan Xion, semakin dekat dengan kejiwaannya terganggu.
Braga berjalan menuju jendela kamarnya, guna menutup gorden. Namun penglihatannya tertuju dengan seseorang berpakaian serba hitam yang kini berdiri di bawah pohon dan sedang menatapnya.
Braga tahu bahwa itu bukan hantu, untuk apa laki-laki itu menatapnya, apa dia sedang mengawasi, sesuatu? Atau mengawasi seseorang?.
Braga segera menutup gorden kamarnya, kemudian segera mandi, untuk menghilangkan pikirannya sejenak.
***
Ekspresi tidak suka jelas tercetak di wajah Xion, saat terapis itu mulai menterapi kaki Dinda. Ia benar-benar ingin Dinda belum bisa sembuh sepenuhnya.
"Jangan tunjukkan ketidaksukaan mu, di hadapan mommy" ucap Derryl, yang kini berdiri di samping Xion.
Xion tidak menjawab, ia lebih memilih pergi dari tempat itu.
Dinda menangkap pemandangan itu, Xion yang tidak suka, dan juga Xion yang pergi.
"Mom, Xion kayaknya gak suka Dinda di terapi"
"Kamu jangan pikirin Xion dulu, pikirin diri kamu sekarang, kita gak punya banyak waktu Din"
"Maksud mommy?"
"Udah kamu bisa jalan lagi, mommy bakal temuin kamu dengan ibu kamu"
Dinda menatap tak percaya.
"Trust me, Din mommy udah ketemu sama mommy kamu, dan bakal temuin kamu sama ibu kamu, tapi kamu harus janji untuk cepet-cepet bisa jalan lagi".
"Mommy gak bohong kan?"
"No, mommy gak bohong"
"Sekarang pokoknya kamu cuman fokus sama kesembuhan kamu dulu, untuk Xion kita pikirin nanti lagi ya"
TBC...
Minal aidzin walfaidzin mohon maaf lahir dan batin🙏
Maaf banget baru bisa update sekarang, dikarenakan kesibukan aku yang tidak kunjung hilang, jadi baru bisa up sekarang🙏
Semoga suka ya sama part ini.
Jangan lupa, di vote, komen, dan share💜Ini visualnya Braga ya, semoga berkenan❤
Oh iya guys yang punya tiktok bisa bantu follow aku ya💜
Udah ada satu video yg aku upload disana dari Dinda buat Braga, cus kepoin jangan lupa di like sama komen ya💜See you in the next part💜
2022,
Daydip.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Obsessed [21+]
RomanceUntuk pertama kalinya seorang Adinda Khumaira, lebih memilih mati dibandingkan harus terus bersama seorang Xion Adiguna. Obsesi Xion yang selalu menjadikan Adinda sebagai miliknya membuat Adinda tersiksa. "Xion, udah beli Dinda! Jadi Dinda harus nur...