The Obsessed-[New Version].

19K 499 45
                                    

Sebenernya tadinya pengen buat yang kayak gini alurnya. Cuman otak aku aja yang gak nyampe:) dan udah berat banget rasanya bawa cerita ini tuh maafin ya:)

Ini cuman gambaran aja, tapi emang aku niat buat bikin The Obsessed [New Version] ini, cuman ya gitu gak tau kapan terwujudnya maafin ya:).

Aku mau tes ombak dulu aja sih siapa tau masih banyak peminat ini cerita hehehe.

***

Xion mencengkram dengan kuat ponsel miliknya, ini adalah salah satu ketakutan terbesar jika ia pergi meninggalkan Dinda.

Xion terus-menerus menghubungi Dinda. Namun, Dinda tidak menjawab panggilan dari Xion.

Sedari tadi Xion mondar-mandir di dalam kamar hotelnya, study tour akan di laksanakan selama seminggu. Namun, baru satu hari saja rasanya Xion sudah ingin cepat pulang.

Suara notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya. Xion benar-benar merasa sangat marah sekarang. Bagaimana bisa salah satu orang suruhan Xion menangkap moment kebersamaan Dinda dengan Braga.

Nafas Xion memburu, wajahnya memerah menahan amarah yang menumpuk. Persetan dengan study tour. Ia harus segera menghukum Adinda.

Xion segera keluar dari kamar hotel, lalu segera memesan taxi online untuk ke Bandara. Xion sudah muak, baru satu hari Adinda sudah berani berkhianat di belakangnya.

"Aku akan segera menemuimu sayang" ucap Xion dalam hati.

***

Dinda tersenyum manis saat Braga meniup balon sabun, pipinya terlihat mengembung, dan menurut Dinda itu terlihat sangat lucu.

Dinda terlihat sangat senang saat ia berusaha memecahkan balon yang Braga tiup.

"Kamu seneng?" Tanya Braga.

Dinda mengangguk sembari tersenyum.

"Tiup lagi yang banyak Ga"

Braga tersenyum lalu menuruti perkataan Dinda ia meniup lebih banyak gelembung balon itu, dan Dinda dengan senang hati akan berlarian untuk memecahkan gelembung tersebut.

Rasanya sangat menyenangkan. Dinda tidak akan pernah menyangka bahwa ia bisa sebahagia ini, ia bisa dengan sejenak melupakan Xion.

Braga tiba-tiba merangkul Dinda.

"Gimana rasanya bebas dari rumah?"

Dinda mendongakkan kepalanya sedikit menatap kearah Braga, ia tersenyum

"Menyenangkan".

***

Xion segera mengambil penerbangan secepatnya, beruntung jadwal pada saat itu tidak mengalami delay. Sehingga Xion bisa dengan tepat waktu menaiki pesawat.

Xion menutup matanya, berusaha menahan amarah yang ia pendam.

Xion membuka matanya, lalu tersenyum tipis.

"Kau akan mendapatkan ganjarannya Adinda"

***

Braga mengandeng tangan Dinda, lalu berhenti di tempat penjual kerak telor.

"Kita makan dulu ya".

"Iya"

Braga segera memesan kerak telor dihadapannya, setelah membayar dan mendapatkan kerak telor tersebut, Braga kembali menggandeng tangan Dinda.

Hari sudah semakin larut, langit yang semula cerah kini sudah mulai berwarna orange dan mulai menggelap.

"Kamu tau gak? Aku pertama kalinya makan kerak telor selama aku di Jakarta" ucap Braga sembari memakan kerak telornya.

"Aku juga" ucap Dinda.

Braga menatap Dinda.

"Emang kamu gak pernah banget keluar rumah kayak gini? Sampe yang dari lahir di Jakarta belum sempet nyoba makanan khasnya?"

Dinda menggeleng.

"Dulu aku tinggal di panti asuhan, jangankan untuk jajan, makan ada lauknya aja kita udah seneng banget"

"Gak lama dari aku di panti, aku mulai tinggal sama Xion, kamu tau lah tabiat dia gimana, aku gak pernah keluar rumah, selain harus ada dia di samping aku"

"Kemarin aja waktu aku ke mall bareng mommy tanpa Xion, dia marah besar sama aku. Makanya hari ini aku seneng banget bisa keluar rumah, kulineran, main balon sabun, makasih ya"

Braga tersenyum.

"Syukur kalo kamu seneng"

"Tapi kamu yakin udah gini kamu gak akan kenapa-napa?" Tanya Braga

Dinda menggeleng.

"Aku tahu akibat yang bakal aku terima setelah kejadian ini, aku tahu Xion bakal marah sama aku, tapi aku cuman mau nikmatin setiap moment hari ini, meskipun cuman sehari tapi aku bener-bener ngerasa bahagia banget".

"Apakah ini pertanda kalau kamu harus segera lepas dari Xion"

Dinda menatap penuh arti kearah Braga.

Ciiiittttt.... Brugkkk...

Semua orang tampak kaget lalu segera berlari menuju sebuah mobil putih yang menabrak pohon.

Braga dan Dinda pun ikut melihat sebuah kecelakan tunggal itu.

Dinda nampak kaget ia memegang tangan Braga dengan kencang.

Nafas Adinda mulai memberat. Air matanya sudah menggenang di kelopak matanya.

"I-iitu mobil Xion" ucap Dinda dengan terbata-bata.

"Oke kamu tenang dulu, kita positif thinking dulu Xion lagi study tour, itu bukan dia oke"

Dinda langsung mengambil handphonenya di dalam tasnya. Sengaja ia silent agar tidak ada yang mengganggunya.

106 panggilan tidak terjawab dari Xion💗

89 pesan belum dibaca dari Xion💗.

Dinda segera membaca pesan dari Xion, terdapat beberapa foto tentang ia dengan Braga, yang Dinda sendiri tidak tahu siapa yang memotretnya.

Tangan Dinda bergetar saat Xion menunjukkan tiket pesawat yang ia akan tumpangi.

Dinda menatap Braga, yang masih memastikan siapa yang berada di dalam mobil tersebut.

Ambulance segera datang untuk mengevakuasi korban tersebut.

Tubuh Dinda langsung ambruk seketika, setelah petugas itu mengeluarkan korban dari mobil tersebut.

"Itu Xion Ga" ucap Dinda sembari menangis.










Itulah ya sedikit gambaran tentang The Obsessed new version ini.

Tadinya niat aku, aku bakal bikin pdf tentang kisah bapaknya Xion a.k.a Derryl dan anak kesayangannya yaitu Xion, tapi ini baru rencana sih, jujur ya aku masih bingung sama alur yang bakal aku bawa di cerita orang tua Xion ini, karena itu kan cerita masa muda mereka yang pasti itu cerita masa lampau jadi, aku harus survey dulu, barang² yang baru keluar tahun tersebut, kejdaian apa aja yang terjadi di tahun tersebut dan ya itu memerlukan waktu yang cukup lama kayaknya buat observarsinya.

Jadi stay tune aja ya di profil aku hehehe💗

Dan aku juga baru upload cerita baru judulnya Hurt[s].
Jangan lupa di baca.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Obsessed [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang