Happy Reading,******
Pagi ini Aria terlihat sudah rapi waktu baru menjukkan pukul enam pagi, tapi gadis itu telah siap dengan seragamnya. Terlalu rajin bukan, padahal banyak anak sebaya dengannya masih bergelung dengan selimut tebal mereka.
Setelah mematut dirinya di cermin gadis itu kembali duduk di sofa yang berada dikamarnya, tangannya bergerak memasang kaos kaki pada kaki jenjangnya tak lupa pula memasang sepatunya.
Kemudian gadis itu beranjak menuju meja belanjarnya mengambil tas biru kesayangannya, setelah itu ia mematut dirinya pada cermin terakhir kali sebelum berangkat untuk memastikan tak ada yang ketinggalan.
Ia turun kelantai bawah terlihat masih sepi dan sunyi seperti tak ada kehidupan, gados itu melanjutkan langkahnya ke pintu utama saat di dekat ruang tamu ia melihat sang papa sepertinya ketiduran disana, terlihat dengan adanya laptop dan beberapa kertas disana.
Ia berjalan mendekat kearah papanya, melihat dengan seksama wajah lelah sang papa, setelah itu ia menatap berkas yang berserakan itu, gadis itu segera merapikannya, kemudian ia mengelus sayang kepala sang papa jujur gadis itu rindu.
"Jangan, capek. Ya, pah." Ungkapnya.
"Jangan, Sakit." Lanjutnya.
"Della sayang papa." Ujarnya dengan tulus lalu beranjak dari sana untuk berangkat.
Gadis itu segera menuju kearah gerbang rumahnya dan berjalan kearah halte untuk menunggu bus atau angkutan umum lainnya.
Ia melihat jam di pergelangan tangannya ternyata masih pukul enam lewat lima, dia tidak harus buru - buru ke halte karena masih ada waktu sepuluh menit lagi bus dan angkutan umum lainnya datang.
Ia berjalan santai sambil sekali - kali menendang kerikil kecil yang ia temui, pagi ini cukup sejuk dan mood gadis itu sedang bagus.
Tak lama ada suara motor yang berhenti disamping gadis itu, ia mengernyit bingung bukan karena tidak tahu siapa melainkan apa tujuan orang ini.
"Naik." Perintah lelaki itu.
Aria hanya menganggap angin lalu, gadis itu kembali melanjutkan langkahnya.
"Gue bilang naik." Lelaki itu terlihat kesal.
Sedangkan Aria tetap tak perduli, terlihat didepan sana sudah dekat dengan halte yang akan ia tuju, dia mempercepat langkahnya.
"Della." Geram lelaki itu tertahan dan mencekal pergelangan tanggannya.
"Apaan si, Ga." Sahutnya. Ya pria itu adalah Dirga.
"Lo, mulai berani sama gue." Marahnya.
"Gue bilang naik." Mata elang nan tanya jam itu begitu menusuk tak lupa pula dengan nada dinginnya.
"Kamu kayaknya lupa, rumah aku disana dan bukan aku yang biasanya kamu jemput. Kalau kamu cari Clarissa bukan disini dia dirumah." Jawabnya. Gadis itu melanjutkan kembali langkanya.
"Apa lagi sih, Ga." Tanyanya kembali saat langkahnya tertahan.
"Gue mau jemput lo." Ujar Dirga dengan serius.
"Udah ya, aku buru - buru busnya bentar lag...." belum selesai gadis itu berbicara tubuhnya terasa melayang dan mendarat sempurna diatas jok motor lelaki itu.
"HEHH" Pekiknya kaget.
Sedangkan Dirga segera naik keatas motornya sebelum itu ia melempar jaket kearah Aria.
"Tutupin paha lo." Perintahnya.
Tanpa aba - aba Dirga segera menarik gas motornya membuat gadis itu kaget dan reflek melingkarkan tangannya di perut cowok itu. Melihat itu Dirga ternyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIADELLA [On Going]
Teen FictionAda tapi tak terlihat Nyata tapi sekedar bayangan. Hidup dalam kata pura-pura. Pura - pura terlihat baik - baik saja. Pura - pura bahagia. Dikelilingi akan kalimat pura - pura. Dikelilingi oleh orang - orang yang pura - pura. Dan berteman baik denga...