• Chapter 10

709 141 37
                                    

Disclaimer Masashi Kishimoto

Boy Attitude

Story by X_Raid

...

Aneh. Kata itu terus memenuhi kepala Hinata. Ia memang tidak terlalu memikirnya selama beberapa hari terakhir, tapi ia memang tidak bisa menemukan Kiba walau sudah berkeliling selama istirahat.

Istirahat pertama, kedua, ketiga, keempat, bahkan hingga pulang sekolah. Hinata sama sekali tidak menemukan eksistensi pemuda itu. Entah Kiba yang absen atau pemuda itu terlalu ahli dalam bersembunyi.

Pertama, jika memang berniat menghindarinya seharusnya masih ada titik buta yang memperlihatkan kehadiran Kiba. Kedua, menurut Hinata absen dari sekolah karena menghindarinya agak mustahil, rasanya Kiba tidak akan berbuat sejauh itu.

Lalu alasan yang paling logis, Kiba sakit jadi memang tidak bisa sekolah seperti biasa. Tapi lagi-lagi, Hinata tetap tidak puas dan semakin merasa ada yang aneh.

Bibir Hinata berdecak, tanpa sadar menusuk-nusuk cheesecake dipiringnya menggunakan garpu.

Membuat Sasori yang sedari tadi memperhatikan pun mengerutkan kening. Menatap tidak terima pada cheesecake yang dia belikan bukannya dimakan, tapi malah dijadikan samsak tanpa kejelasan oleh Hinata.

"Aku tidak akan membelikanmu cheesecake lagi." sesal Sasori sembari memalingkan wajah sedih.

Hinata seketika menghentikan kegiatannya, menatap piringnya sekilas lalu terkekeh tanpa dosa. "Oh, maaf.."

"Setidaknya menyesal lah sedikit." dengus Sasori tidak terima.

"Jangan berlebihan, bagaimanapun bentuknya asalkan masih bisa dimakan maka tidak masalah. Hehe.." timpal Sakura dan dengan sengaja ikut menusuk-nusuk cheesecake dipiringnya.

"Hehe-matamu ! Jika tidak ada Hinata aku pasti sudah menepok pantatmu."

Sasori meletakkan piringnya dimeja dengan kasar, membuat kedua gadis yang tadinya duduk anteng disofa berjengit karena terkejut. Sasori kemudian melengos pergi, meninggalkan Sakura dan Hinata yang saling berpandangan.

"S-sasori-nii benar-benar marah ?" tanya Hinata dengan mata yang masih mengikuti arah kepergian Sasori.

Sakura mendengus, "kau pikir dia orang yang seperti apa, jika dia segitunya mudah marah maka sudah sejak dulu dia suda melakukan itu." ucapnya lalu menyuap cheesecake yang sudah tidak jelas bentuknya kedalam mulutnya.

"Nahh.. benar." sahut Hinata menyetujui.

Sejak dulu jika Hinata dan Sakura sudah bersama, sosok yang akan terbully habis-habisan tentu adalah Sasori. Walau pria itu suka berbuat seenaknya, tapi saat menghadapi kedua adiknya dia akan berubah menjadi kakak yang rela diperlakukan seenaknya.

Hinata sebenarnya sering dibuat tidak paham dengan tingkah laku Sasori, tetapi baru kali ini dia melihat pria itu bertingkah begitu.

"Apa... dia baik-baik saja. Tidakkah menurutmu kita sudah keterlaluan ?" tanya Hinata, menatap Sakura lekat.

"Hanya masalah sepele. Pertama-tama bukankah aneh mahasiswa tahun pertama seperti dia berleha-leha dipertengahan semester seperti sekarang ? Aneh 'kan."

"Iya ?" Hinata menaikkan sebelah alisnya.

"Kau tahu dia seperti apa. Dia tidak bisa berjauhan dari keluarga tapi masih nekat kuliah diuniversitas diluar kota. Bahkan saat pulang dia menempeli okaa-san seperti lintah. Lalu tadi pagi dia bilang harus pergi besok karena mendapat tugas. Tentu saja moodnya buruk, padahal memang seharusnya begitu. Nahh ! maksudku-- kau paham 'kan Hinata. Sekarang bukan musim liburan dan si idiot itu seenaknya pulang." cerita Sakura menggebu-gebu. Sakura bahkan memukul permukaan sofa yang didudukinya seakan baru saja menceritakan hal yang seru.

Boy AttitudeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang