• Chapter 19

516 111 14
                                    

Disclaimer Masashi Kishimoto

Boy Attitude

Story by X_Raid

...

Dipagi hari hal pertama yang dia lihat saat menuruni tangga adalah meja makan yang diatasnya tertata beberapa jenis masakan. Meja makan yang biasanya hanya ia tempati sendiri, kini ikut ditempati juga oleh sang ayah.

Ditatapnya pria paruh baya yang menyeruput kopi dengan tatapan yang sama sekali tidak lepas dari tab didepannya. Hinata menelan ludah seraya melangkah ragu mendekat.

Langkah kaki yang terdengar membuat Hiashi menoleh, "bagaimana keadaanmu?" tanyanya.

"Baik." jawab Hinata singkat.

Hiashi mengangguk kemudian kembali berkutat dengan tab didepannya. Hinata yang melihat hal itu pun menggulum bibir menahan gugup dan mendudukkan dirinya disamping pria itu.

Mata bulannya mengedar memperhatikan sekitar, ia kira hanya perasaannya saja. Tapi ibunya memang tidak ada.

"Makanlah, kita berangkat bersama."

Pun perkataan Hiashi membuat Hinata menoleh spontan. Hampir mempertanyakan kebenaran atas perkataan sang ayah, bukan apa-- jangankan mengantar, selama ini Hiashi selalu sibuk dan jarang menghabiskan waktu bersamanya. Bahkan saat Hinata kecil. Hal itu pula lah yang mengundang guncangan pada keluarga mereka.

Tanpa kata Hinata mengangguk lalu menyantap kembali sarapannya dalam diam.

Selama perjalanan menuju sekolah, tidak ada pembicaraan berarti antara ayah dan anak. Hinata membuang muka keluar jendela, sedangkan Hiashi sendiri fokus mengemudikan mobil.

"Lain kali lebih berhati-hati, jika kau ingin pergi kesuatu tempat pastikan seseorang menemanimu." ucap Hiashi membuka suara.

Hinata menoleh mendengar perkataan pertama yang diucapkan ayahnya setelah kejadian malam itu. Sudah beberapa hari berlalu dan itu adalah hal pertama yang ia dengar.

Pun Hinata menghembuskan nafas pelan. Walau rasanya sulit setidaknya Hinata mengharapkan sesuatu yang lebih dari sekedar nasihat, tapi mungkin harapannya terlalu jauh. Sebelum Hinata sempat menyahuti perkataan Hiashi, mereka tiba didepan gerbang tempatnya menimba ilmu.

"Terima kasih."

Hinata melepas safety beltnya cepat dan keluar dari mobil. Menatap lama mobil yang ayahnya kendarai sebelum berbalik memasuki area pekarangan sekolah.

Hari ini Hinata kembali bersekolah setelah beberapa hari izin. Ia tidak bisa berlama-lama larut dalam rasa takut, lagipula sekarang kemana-mana ia akan selalu ditemani Sakura. Pun orang tuanya sudah melaporkan si 'pelaku' pada polisi.

Masalah yang menimpa Hinata memang sempat menjadi topik pembicaraan dilingkungan sekolah, tapi karna hal itu menyangkut masalah pelecehan, beberapa pihak seperti guru dan osis menghimbau untuk tidak mengungkit masalah itu.

Lambat laun isu itu hilang seperti tidak pernah ada, walau tetap saja ada beberapa yang membicarakan. Tapi Hinata sama sekali tidak peduli. Toh jika ia tetap memikirkan perkataan orang-orang terhadap dirinya maka itu tidak akan ada habis-habisnya.

Boy AttitudeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang