"Akhh... kenapalo selalu menganggu gue haa!!apa lo tak bisa mencari kerjaan yg lain atau lo bersihkanrumah ini agar terlihat rapi !!!kenapa lo selalu mengurusi kehidupan gue haa???" bentak seorang pria yg bertubuh tegap dan kokoh mencengkaram sangat kuat bahu seorang gadis yang sedari tadi meracau meminta maaf pada sang lelaki.
"Maafkan aku Li aku hanya ingin menyuruh mu agar kamu tak pulang terlalu lama dan pulang selalu dengan keadaan mabuk li!!" ucap Prilly sambil menangis menahan perih yg masih terasa di bahunya.
Aliando Putra Biranto laki-laki yang telah di amanatkan oleh allah untuk menjadi suami dari Prilly Natsha Kharim oleh sebuah perjodohan yang sangat tidak diinginkan Ali. Awalnya Ali menentang keras perjodohan ini tapi karna papanya yang jatuh sakit mengakibatkan Ali harus menerima pernikahannya dengan sangat amat terpaksa. Ali yang memang laki-laki dengan watak keras sangat tidak suka di atur apalagi oleh Prilly orang baru yang masuk kedalam kehidupannya.
"Li kamu mau kemana?" Tanya Prilly saat melihat Ali mulai melangkahkan kakinya berjalan meninggalkan Prilly.
"Bukan urusan lo!"
Prilly terdiam mematung dengan sisa air mata yang bergelinang di pelupuk matanya, memegangi dadanya sendiri merasakan keperihan di hatinya.
Prilly menghempaskan tubuhnya kasar ke atas kasur. Memijat kecil pelipisnya yang terasa pening sekilas ia memandangi foto pernikahannya yang terpajang jelas di kamar Prilly sembari tersenyum kecil saat melihat Ali disana tersenyum tanpa beban sedikit pun.
"Andai pernikahan ini tidak di laksanakan dengan keterpaksaan, pasti keluarga harmonis yang aku inginkan akan terkabul" batin Prilly tersenyum kecil masih mengamati foto pernikahannya itu.
Pagi telah tiba kesunyian malam yang menyejukkan tergantikan dengan datangnya bunyi siulan burung yang merdu serta siluet cahaya matahari yang menyelinap mencoba masuk melalui celah-celah kecil.
Prilly terlelap dengan mata sembat serta hidung yang merah, perlahan Prilly mulai mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk lewat retinannya setelah mata hazel itu terbuka dengan sempurna Prilly meraba kasur sampingnya dengan guratan kekecewaan.
Membayangkan bagaimana jika suatu saat nanti suaminya Ali akan dengan senang hati menemaninya tidur didalam dekapan hangatnya mengantarkannya kedalam mimpi yang indah, serta akan membangunkannya dengan kecupan-kecupan kecil di wajahnya. Impian kecil untuk keluarga kecil Prilly yang mungkin hanya akan menjadi angan-angan yang tidak tercapai.
Prilly menggeleng pelan membuang semua khayalan di pagi harinya kemudian mulai beranjak dari tidurnya segera berjalan menuju kamar mandi.
Pagi ini seperti biasa Prilly selalu bangun pagi untuk mempersiapkan sarapan untuk Ali meski ia tidak tahu apakah akan dimakan atau tidak.
"Li, apa kamu mau sarapan dulu kah?" Tawar Prilly pada Ali yang nampak telah rapi dengan pakaian kantornya.
Ali hanya menatap Prilly datar tanpa ekspresi berlalu begitu saja tanpa berniat menyentuh makanan yang telah tertata rapi di atas meja atau mengucapkan salam pada istrinya.
Prilly hanya bisa memandangi punggung Ali suaminya yang semakin lama hilang dari balik pintu.
"Apa sebegitu bencinya kamu Li sama aku?" Batin Prilly tersenyum miris sembari duduk memakan makanan dia atas meja yang sebenarnya khusus ia sajikan untuk Ali suaminya.
Setelah sarapan Prilly memutuskan untuk membereskan barang-barang yang berserakan di rumahnya.
Tiba-tiba Prilly merasakan pusing di kepalanya, pusing yang seakan ingin memecahkan kepalanya. Prilly berlari masuk kedalam kamarnya membongkar laci setelah menemukan apa yang ia cari Prilly langsung meminum obat itu. Berangsur-angsur sakit di kepala Prilly mulai menghilang seiring dengan itu air mata Prilly kembali menetes sembari bersimpuh di lantai.
"Bila memang aku sudah tidak kuat lagi maka ambillah raga ini. Aku akan selalu menerima dengan ikhlas apa yang akan kau berikan dan aku yakin itulah yang terbaik bagiku ...."
Prilly menghapus air matanya kasar berusaha berdiri meski kakinya terasa berat untuk di gerakkan, melangkah menuju meja riasnya dan mengambil satu kotak kecil bewarna coklat yang selalu ia letakkan di atas mejanya.
Kotak kecil yang penuh dengan kertas yang selama ini selalu menjadi satu-satunya tempat curhatan hati Prilly, setiap kata ia berharap bisa menjadi kenyataan memohon agar tuhan bisa mendengar permohonannya. Cukup konyol tapi Prilly selalu yakin kalau suatu saat salah satu dari tulisannya menjadi nyata walau itu hanya satu saja.
Setelah menulis satu kalimat di kertas kecil Prilly memasukkan kertas yang telah ia lipat kecil-kecil itu kedalam kotak tersebut kemudian menutupnya kembali dan menaruh kotak itu di tempatnya semula.
**
Prilly berkali-kali terus melirik jam di tangannya dengan perasaan khawatir dengan keadaan Ali yang sedari tadi belum juga pulang padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 itu artinya jam kantor telah usai tapi Ali belum sama sekali pulang.
Tit ... tit ... tit
Bunyi klason mobil yang sangat Prilly kenal itu membuat Prilly berlari kecil kearah pintu bersiap membukakan pintu untuk Ali.Namun bukanlah Ali saja yang Prilly lihat mata Prilly seketika memanas ketika melihat suaminya berada di pelukan wanita lain sangat mesra, di tambah Ali berkali-kali mengecupi bibir wanita itu di depan Prilly.
"Ali ...."
Ali dan wanita yang sama sekali tidak dikenali Prilly itu tersadar saat ada yang mengamati mereka, Ali seolah menatap Prilly tidak suka ia langsung saja mendorong tubuh mungil Prilly dan menerobos masuk masih dengan membawa gadis itu.
Prilly memejamkan matanya membiarkan rada pedih di hatinya yang menyeruak menusuk tepat di ulu hatinya terdalam. Pertahanan Prilly rubuh ia tumbang dengan air mata yang mengalir deras di wajahnya.
Sedangkan Ali sama sekali tidak peduli bagaimana dengan nasib Prilly diluar sana ia asik bercinta bersama gadis yang bernama Lina gadis yang benar-benar ia cintai jauh sebelum orang tuanya menjodohkannya dengan Prilly.
Ali bahkan rela memberikan apapun yang dia miliki hanya untuk Luna wanita yang sangat berharga dalam hidupnya.
Ia hanya menganggap Prilly tidak lain adalah sosok benalu yang datang dalam kehidupannya dan menghancurkannya hingga sehancur-hancurnya. Btah apa yang membuat lelaki berumur 25 tahun ini sangat membenci istrinya Ali hanya akan beralasan bahwa Prilly tidak akan pernah berguna dalam hidupnya.
Prilly berjalan gontai melewati kamar Ali terdengar suara desahan dari dalam kamar Ali semakin membuat hati Prilly terasa di iris-iris dengan langkah cepat Prilly memasuki kamarnya dan menguncinya menangis dalam diam memeluki lututnya sendiri.
"Apa cinta memang bukan di takdirkan untukku? Lalu untuk apa engkau menciptakan rasa ini di dalam hatiku." Prilly menatap sendu bingkai foto pernikahannya bersama Ali.
Terkadang kita memiliki harta yang paling berharga di depan mata tetapi ntah kenapa mata dan hati buta tidak dapat melihat harta itu. Kebencian mengalahkan semuanya.
****
Alhamdulillah menderita sudah bisa di publish setelah lama melalui masa editan. Kerja keras banget buat perbaiki penulisan yang lebih baik lagi. Semoga masih ada yang ingin membacanya. Cerita ini diulang kembali dengan kemasan yang baru semoga kalian sula ya ^^ keep vote dam comment ya semua :)
Love
Ira
KAMU SEDANG MEMBACA
MENDERITA
FanfictionMencinta tapi dibenci? Mmmm perjuangan cinta bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi kisah cinta yang di awali dengan keterpaksaan akankah beci itu menjelma menjadi cinta atau malah membenci - mencinta dan di akhiri penyesalan yang mend...