Prilly menatap lurus kelaur jendela kamarnya, pandangannya jatuh pada anak kecil yang tengah memegangi balonnya nampak begitu bahagia, di belakangnya menyusul kedua orang tuanya yang nampak sangat mesra dengan tangan saling menggenggam erat.
"Apa nanti aku bisa merasakan bagaimana rasanya dicintai dan di sayangi? Apa nanti ada orang yang akan terpuruk saat aku pergi nanti?" Prilly terus menatap ke arah anak kecil itu. Nampak guratan sedih di wajah cantik Prilly.
Sudah 2 hari setelah melihat kejadian Ali bermesraan bersama wanita lain. Prilly tidak pernah keluar, bahkan ia tidak lagi menyiapkan sarapan untuk Ali, bahkan untuk dirinya saja ia belum makan sesuap nasi sama sekali. Sebegitu sakitnya kah mencinta tapi di benci? Ali tidak pernah menyetujui pernikahan mereka dari awal, hanya keterpaksaanlah yang menjadi landasan Ali mengucapkan ijab kabul di hadapan para saksi bahkan di hadapan Ayahnya sendiri.
"Tidak! Aku tidak boleh begini, kalau begini terus aku akan sangat terlihat lemah di hadapan Ali. Dia makin akan tidak melihatku sebagai istrinya." Prilly berjalan ke arah pintu memutar knop pintu perlahan.
Seperti biasa rumah yang selalu sepi dan sedikit nampak berantakan di bagian sofanya.
Prilly ingin membersihkan sofa itu namun langkahnya terhenti, sesak memenuhi rongga dadanya. Nafasnya tak lagi beraturan air mata mulai kembali membasahi pipi.
"Ini ...." Prilly tercekat, ia tak mampu lagi melanjutkan ucapannya apa yang di hadapannya sudah menjadi bukti Ali tidak keperkasaannya Ali lagi. Bekas noda darah wanita yang sudah nampak mengering itu terlihat jelas kalau itu darah milik wanita yang melepas harta berharganya.
Brakkkkkk ...
Prilly kembali memasuki kamarnya membanting pintu dengan kencang. Di balik pintu ia melorot, air matanya tak mampu lagi di bendung. Rasa sakit di hati memenuhi seluruh rongga dada.
"Kenapa kamu tega Li? Aku ... aku ... aku ini sangat mencintaimu dari awal kita bertemu, segala cintaku sudah aku serahkan padamu saat itu Li tapi apa ini ...." Prilly menangkap wajahnya dengan tangan.
Biarlah orang berkata ia wanita lemah, karna itu memang kenyataannya. Wanita memang lemah ... setiap sakit hanya menangislah satu-satunya cara wanita meluapkan rasa emosi, benci dan cinta.
***
"Li aku mau tanya darah siapa yang berada di sofa ini?" Tanya Prilly langsung saja setelah membukakan pintu untuk Ali.
"Ooo sudah keluar ya? Baguslah gue gak perlu repot-repot bayar pembantu buat bersiin rumah, karna lo udah keluar? Gue mau tidur dulu capek." Ali berlalu saja dengan santai tanpa menjawab pertanyaan Prilly.
Prilly geram, di tariknya lengan Ali agar berhenti berjalan.
"Kamu belum jawab Li bekas noda darah siapa ini?!" Tanya Prilly dengan emosi yang sudah di ubun-ubun.
Plakkkkkkk ...
"Lancang banget lo marah-marahin gue. Siapa lo? Berani ngatur-ngatur gue? Mau itu bekas darah siapa kek ya terserah gue dong. Tugas lo cuma bersiin tuh sofa selesai kan." Ali mencekram bahu Prilly kemudian menghempaskan nya hingga terjatuh di atas sofa.
Ali berlalu dengan emosi ke dalam kamarnya sedangkan Prilly hanya bisa menangis dan menangis. Sekalipun ia melawan pada akhirnya ia akan kalah juga.
Prilly berjalan gontai memasuki kamarnya, di raihnya foto pernikahannya bersama Ali yang selalu setia terpajang di meja.
"Pada awal kamu mengucapkan ijab kabul, pada saat itu ku serahkan seluruh hidupku mengabdi padamu, pada saat aku mencium tanganmu ku percayakan kamu sebagai imamku yang akan memimpin sholatku. Dan pada saat kamu mengecup dahiku dengan lembut pada saat itulah aku benar-benar merasa menjadi wanita sesungguhnya. Tapi kenapa? Kenapa apa yang ku impikan selama ini malah menjadi angan-angan saja. Cintamu bukan untukku, hanya aku yang mencintaimu tapi kamu membenciku. Kenapa? Ingin aku merasakan dekapan penuh cinta dari kamu suamiku, kadang aku bermimpi bagaimana kalau kita memiliki anak. Pasti anak itu akan menjadi pelengkap dalam rumah tangga ini, tapi kenapa lagi-lagi itu hanya angan-angan seakan tak akan pernah terjadi."
Prilly mengusap wajahnya yang basah karna air mata, jika mengingat kembali bagaimana kenangan manisnya saat acar pernikahan. Acara yang berlangsung dengan sederhana namun sangat berkesan dihati, lantunan doa-doa memenuhi setiap jalan yang di jadikan sebagai langkah menuju pelaminan.
"Aku yakin suatu saat nanti kamu akan bisa mencintaiku apa adanya Li meski aku tidak tahu kapan itu."
****
Dikit amat yak bagian ini -_-Cieee Cieee yang galau wkwkwwkk tapi galau gak sih? Hahaha maap dah kalau bahasa gue rada gimana gitu. Maklum gue kagak berpengalaman dalam urusan nikah menikahan jadi yang ada di otak main ngetik aja dah wkwkwkw mohon vote commentnya ya gak tau kenapa gak mau aja ngepublish kalau kagak ada vote comment wahahahahaah *ketawajahat 😂😂✌
Love
Ira

KAMU SEDANG MEMBACA
MENDERITA
Fiksi PenggemarMencinta tapi dibenci? Mmmm perjuangan cinta bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi kisah cinta yang di awali dengan keterpaksaan akankah beci itu menjelma menjadi cinta atau malah membenci - mencinta dan di akhiri penyesalan yang mend...