Kenapa penyesalan selalu datang terlambat?
****
"Apa kamu tidak dengar? Saya bilang tolong ceraikan anak saya dan jangan buat dia menderita lagi." Mama Prilly menatap Ali tajam.
Ali hanya terdiam kaku, ntah mengapa ia tak mampu berbicara apa-apa bibirnya ingin berkata untuk iya tetapi hatinya berkata lain, jauh di dalam lubuk hatinya ada getaran halus yang menyentuh hatinya. Rasa sakit mendengar perkataan Mama Prilly padanya cukup membuat perasaan Ali tak menentu.
Di satu sisi, ia sangat menginginkan bercerai dengan Prilly, tapi di sisi lain rasa tak rela sedang menghantui perasaannya.
"Tapi kenapa ma?" Tanya Ali masih tak paham kenapa mama mertuanya itu sangat ingin ia berpisah dengan Prilly.
"Kenapa? Apa kamu sadar apa yang kamu lakukan pada anakku? Anakku menderita bersamamu! Aku tidak sanggup melihat putriku terus-terusan sakit hati bersamamu, aku tahu yang kamu inginkan adalah bercerai dengan putrikukan? Sekarang adalah kesempatannya! Ceraikan putriku Prilly." Mama nampak frustasi, ia menangis tersedu-sedu mengingat keadaan putrinya.
Ali diam tak bergeming, dadanya terasa sakit mendengar perkataan mama tadi yang cukup menusuk hatinya, ia menginginkan perpisahan tapi kenapa hatinya terasa berat?
"Ma ... mama." Mama tersentak kaget mendengar suara Prilly yang lemah.
"Prilly sayang, ya ampun nak kamu sudah sadar alhamdulillah nak" mama memeluk erat Prilly ia takut kehilangan putri yang ia cintai.
"Ja ... jangan ceraikan A ... Ali dengan P ... Prilly ma." Ucap Prilly terbata-bata menahan sakit.
"Gak sayang, mama tetap akan menceraikan kamu dengan Ali, mama tidak ingin kamu lebih menderita lagi nak, maafkan mama yang menikahkan kamu tanpa persetujuan mu Prilly, mama sayang kamu nak."
Ali diam, ia tak banyak bicara. Ali memilih pamit keluar menetralkan perasaannya yang berkecamuk.
Ali berjalan gontai menyusuri lorong rumah sakit, permintaan mama Prilly masih terngiang-ngiang di pikirannya.
Ali bingung, antara ia harus senang atau sebaliknya. Perasaannya tak karuan hatinya menolak dengan keras secara tiba-tiba tapi bukankah ini yang selama ini Ali inginkan? Kebebasan?.
"Ali?" Ali tersentak ketika bahunya di tepuk pelan.
Ali menoleh dilihatnya Arif sahabatnyalah yang menepuk bahunya.
"Lo kenapa Li? Kusut amat tuh muka kayak baju kagak di setrika lima bulan tau gak" canda Arif terkekeh geli.
Ali diam tidak menanggapi mereka Arif tadi, ia masih memikirkan permintaan mama Prilly tadi.
"Hmm ... kalau kayak gini kayaknya masalahnya serius nih. Kenapa sih lo?"
Ali menghela nafas kasar ia menceritakan tentang permintaan mama mertuanya itu pada Arif.
Mendengar hal itu, lantas membuat Ekspresi wajah Arif berubah seketika, ia memandang Ali kesal bercampur marah.
Bughhh ....
Tiba-tiba Arif melayangkan pukulannya di wajah Ali, ia sudah lama ingin melakukan hal ini pada Ali si lelaki bodoh itu kalah saja Prilly tidak mencegahnya.
"Gue udah tahu itu bangsat! Gue tahu Lo adalah lelaki banci yang gue kenal! Lo nyiksa bini lo, lo sakiti dia sampai penyakitnya saja lo gak tahu! Emang pantas lo di bilang nanti tahu gak Li!" Emosi Arif sudah di ubun-ubun ia kecewa pada sahabatnya itu.
Prilly selama ini banyak cerita pada Arif, dan pada saat Prilly bercerita dengan Air mata Saat itu juga Arif ingin pergi ke tempat Ali dan menghajar Ali habis-habisan.
Kini adalah saat yang tepat bagi Arif, Prilly tengah berjuang hidup dan mati dan Ali baru menyadari kalau Prilly berarti sekarang.
"Asal lo tahu Li, gue udah lama mau ngelakuin ini dengan lo kalau saja Prilly gak menghentikan gue. Gue kecewa dengan Lo yang bisa-bisanya menyia-nyiakan Prilly seorang istri yang sangat istimewa itu, dan lo di butakan dengan dendam lo karna Gia yang koma sekarang? Bahkan lo sekarang ingin menyesal dan mengulang semuanya lagi? Udah telat Li! Dia wanita yang selama ini lo sakiti itu mengidap penyakit kanker otak stadiun Akhir! Dia pura-pura tegar di hadapan lo, tapi sebenarnya ia lelah, ia sakit Li! Rambut yang selama ini selalu lo tarik-tarik dengan kasar itu sekarang sudah rontok, dia menutupi semuanya dari lo Li! Dari lo lelaki yang seharusnya menjadi penyemangat di sisa akhir hidupnya!"
Ali terdiam, matanya membulat tak percaya, hatinya retak sejadi-jadinya, Tanpa peduli badannya yang sakit-sakitan karna di hajar Arif, Ali berlari ntah kemana.
Ia menyesal, ah. Mungkin benar apa yang dikatakan Arif tadi, ia adalah lelaki bansat yang tak mengerti apa-apa, ia lelaki terbodoh di dunia dan sampai kapanpun.
****
Jrengggg ane udah ngetik lama tapi lupa publish hahahahah maaf ya yang udah lama nunggu (?) Kalau ada sih wkwkwkwk.
Eakkssss gegana galau dulu deh ya kagak tau ini dapat apa kagak feelnya soalnya yang ngetik kagak ada mewek-meweknya hiks :( vote comment ya yang bawel biar aku semangat ngetiknya hihihi
Salam cium
Ira
KAMU SEDANG MEMBACA
MENDERITA
FanfictionMencinta tapi dibenci? Mmmm perjuangan cinta bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi kisah cinta yang di awali dengan keterpaksaan akankah beci itu menjelma menjadi cinta atau malah membenci - mencinta dan di akhiri penyesalan yang mend...