"Li mau makan dulu?" Tawar Prilly ketika melihat Ali yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya.
Ali hanya diam, setelah siap Ali berlalu saja keluar tanpa menghiraukan Prilly yang sudah susah payah menyiapkan sarapan.
Prilly menghela nafas kasar di ambilnya piring dan sesendok nasi goreng yang sudah tersedia.
Prilly tidak memakan satu sendokpun meski makanan dihadapannya, nasi itu hanya di aduk-aduk saja.
"Sakit, sakit Li rasanya. Kamu sama sekali gak menyadari betapa susahnya aku buat sarapan ini buat kam Li."
Prilly menghela nafas berat. Dengan air mata yang sudah mengalir di pipi Prilly berjalan memasuki kamarnya, nasi goreng yang dari tadi tidak sama sekali di sentuh sedikitpun itu di biarkan saja.
***
Di kantor, Ali tengah menatap lurus ke arah leptopnya wajahnya nampak kacau. Seperti ada beban berat yang di alaminya.
"Li, lo kenapa keliatan gusar amat wajah lo udah kayak kain lusuh." Ucap Zian tiba-tiba membuyarkan lamunan Ali.
"Rese lo Zian, gak tau lagi pusing apa." Omel Ali memukul bahu Zian sambil menatap tajam ke arah Zian.
Zian mengerucutkan bibirnya dengan tangan yang mengusap bahu bekas pukulan Ali tadi, mulutnya berkomat kamit tidak terima dengan Ali yang memukulnya.
"Kenapa sih pake mukul-mukul, sakit tauuu ...." Zian ini memang orang yang sering melucu bahkan dia sudah berteman lama dengan Ali jadi tak heran jika mereka berdua sangat dekat.
"Gia ...." gumam Ali pelan namun dapat di dengar oleh Zian.
"Gia? Bukannya dia pacar lo? Kenapa dia? Eh tapi bukannya lo udah nikah ya sama Pri ... Pri ... Prilly! Ah iya Prilly."
Lagi-lagi Zian mendapat pukulan dari Ali, kali ini di punggungnya sangat keras hingga menimbulkan bunyi.
"Busettt punggung gueeee." Zian semakin mengomel karnanya.
"Makanya diam!" Bentak Ali tiba-tiba membuat Zian seketika diam, kalau sudah begini artinya Ali benar-benar sudah emosi.
"Kalau gak ada urusan bisa keluar gak?!" Tanya Ali dengan nada membentak membuat Zian benar-benar ketakutan alhasil Zian hanya menurut saja.
Setelah Zian keluar, Ali meremas rambutnya kadang menjambakinya hingga terlihat berantakan.
Di ambilnya selembar foto dari dalam sakunya. Di sana terlihat foto wanita berparas cantik tengah menghirup aroma bunga mawar. Air mata Ali lolos seketika kala mengingat masa lalunya bersama gadis yang berada di foto itu.
"Gia ... kapan kamu akan sadar? Aku merindukan mu. Semua ini gara-gara wanita sialan itu, kalau saja aku tidak si paksa menikah bersamanya mungkin saja kita akan bahagia berdua. Cepatlah kembali sayang aku mencintaimu." Ali mengecup foto itu membayangkan bahwa yang sedang di ciumnya itu adalah wanita yang bernama Gia itu.
Ali menghela nafas gusar dimasukkannya kembali foto itu kedalam sakunya. Sekilas Ali melirik jam di dinding menunjukkan pukul 05.30, segera Ali bergegas mengemasi barang-barangnya bukan berniat ingin pulang melainkan ada satu hal yang selalu ia lakukan setiap hari.
****
"Halo sayang, aku datang. Hari ini aku bawain bunga mawar segar untuk kamu." Ali meletakkan bunga mawar yang di bawanya di atas nakas.
Ali sedikit menunduk mengecup kening wanita yang terbaring lemah di ranjangnya itu. Wajahnya yang pucat tidak mengurangi sedikitpun kecantikannya, Gia Puspita Ningsih. Dialah gadis yang di cintai Ali hingga saat ini. Sudah 2 tahun lebih dia terbaring tak berdaya di rumah sakit, dikatakan meninggal tidak dia masih memiliki detak jantung tapi di katakan sadar juga tidak karna tubuhnya hanya diam saja tidak merespon apapun.
Gia memiliki penyakit jantung lemah, jantungnya yang berdetak begitu lemah mengharuskan Gia agar tidak melakukan aktivitas apapun bahkan stres yang berat. Gia bukanlah gadis kaya dengan harta berlimpah, ia hanya gadis desa yang datang ke kota karna ibunya yang bekerja sebagai pembantu. Ali dan Gia pacaran cukup lama mereka saling mencinta bahkan berniat akan menikah, tapi sayang niat mereka tidak tercapai. Ali sudah di jodohkan terlebih dahulu dengan anak perusahaan teman papanya.
Mengetahui hal itu justru sangat memukul batin Gia, bahkan orang tua Ali terang-terangan menghina Gia yang hanya anak miskin di hadapan Ali. Gia yang setres berjalan gontai menyebrangi jalan, ia tidak melihat mobil truk melaju kencang ke arahnya. Gia terpental jauh dengan darah berceceran.
Sejak hari itu Ali benar-benar menyesal, ia selalu menyesali pernikahannya dengan Prilly. Ia membenci wanita yang telah merusak segalanya. Karna pernikahan cintanya bersama Gia kandas, Gia berjuang antara hidup dan mati. Sedangkan Ali terus menyesali kenyataan yang telah ada.
***
Eakkk disini di jelasin yak napa si Ali bisa benci dengan Prilly asal usulnya menyedihkan juga hmmmm..... vote coment aja ya hahaha
Love
Ira

KAMU SEDANG MEMBACA
MENDERITA
FanfictionMencinta tapi dibenci? Mmmm perjuangan cinta bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi kisah cinta yang di awali dengan keterpaksaan akankah beci itu menjelma menjadi cinta atau malah membenci - mencinta dan di akhiri penyesalan yang mend...