part 4

31.5K 1.9K 38
                                    

Prilly nampak gelisah berkali-kali diliriknya jam di dinding, waktu pulang kerja Ali sudah lewat sejam yang lalu, sedangkan dari tadi masih belum ada tanda-tanda datangnya Ali.

Tit ... tit ... tit

"Itu pasti mobil Ali!" Mata Prilly berbinar bahagia, langsung saja ia berlari ke pintu membukakan pintu untuk Ali.

"Ali ke ..."

Brukkkkkk ...

Ali terjatuh pingsan pas waktu Prilly membuka pintu, Prilly sangat khawatir di buatnya. Dengan panik Prilly membopong tubuh Ali ke sofa.

"Ya tuhan Ali kamu kenapa bisa begini? Aku harus apa?" Prilly Bingung di buatnya harus berbuat apa belum pernah sebelumnya Ali pulang dengan keadaan begini.

"Gia ...." Prilly menghentikan pergerakan tangannya yang memijit ke pala Ali.

Ada rasa sesak memenuhi rongga dadanya kala Ali menyebut nama wanita lain. Bahkan sampai ngigau-ngigau segala.

Prilly menghela nafas kasar di letakkannya minyak kayu putih di atas meja ke mudian ia berjalan memasuki kamarnya berniat ingin mengambil selimut untuk Ali.

Setelah menyelimuti Ali, Prilly kembali masuk kedalam kamarnya menenangkan suasana hatinya yang mulai kembali kacau.

***

Pagi harinya Ali terbangun, dilihatnya sekelilingnya kemudian bajunya yang dikenakannya sama dengan baju semalam.

Ali menghela nafas memijit kecil kepalanya yang masih terasa pusing, mungkin karna semalam ia terlalu memikirkan Keadaan Gia hingga jadi begini.

"Sudah bangun Li? Mau aku buatin bubur gak?" Prilly baru saja turun dengan rambut basahnya.

"Gak usah." Ucap Ali mengibaskan selimut kemudian memasuki kamarnya tanpa melirik Prilly.

Setelah beberapa menit Ali kembali keluar dari kamarnya kali ini dengan pakaian yang rapi dan wajah yang lebih fresh.

"Ini Ali kamu makan dulu, seharian kemarin kamu belum makan." Prilly datang dengan sepiring bubur yang sudah di buatnya.

Prangggggg ...

"Udah gue bilang nggak ya nggak, gak ngerti ya lo bahasa indonesia yang baik? Udah sana gue mau kerja!" Ali berlalu sambil mendorong Prilly hingga piringnya terjatuh.

Prilly hanya bisa menangis menatap nanar bubur yang sudah berserakan dilantai itu. Ingin menang ia tapi tak ada gunanya karna hanya akan menghabiskan tenaga saja. Prilly menutup wajahnya menahan rasa sakit di dalam dada yang selalu ia simpan begitu saja.

Sedangkan Ali memutuskan terlebih dahulu ke rumah sakit melihat keadaan Gia.

"Ali, ini lo Ali kan?" Tiba-tiba Ali tanpa sengaja berpapasan dengan seorang dokter muda lengkap dengan jas putihnya.

Ali menatap dokter itu mencoba-coba mengingat-ingat siapa lelaki di hadapannya ini.

"Arif bukan?"

"Yess, apa kabar lo bro. Gue sering liat lo bolak balik kesini tapi gue rada-rada lupa ama wajah lo, wesss makin cakep aja lo hahaha." Kedua lelaki itu berpelukan layaknya teman lama yang sudah lama tidak berjumpa.

"Baik gue, sohib gue udah jadi dokter aja nih hahaha gue paling inget padahal lo dulu itu cuma anak cebol yang suka lap ingusnya di baju gue, gak nyangka tercapai juga cita-cita lo." Ali menepuk-nepuk bahu Arif sambil tertawa cekikikan.

"Suee yang itu jangan diingat lagi deh, gue duluan deh kalu gitu kapan-kapan kita ngobrol lagi yak lagi banyak urusan gue." Arif berlalu sambil melambai ke arah Ali. Ali kembali melanjutkan jalannya ke ruang Gia.

Tak lupa bunga mawar putih di tangannya selalu di bawa Ali saat berkunjung ke tempat Gia sang kekasih.

"Hai sayang hari ini aku datang lagi loh, kali ini aku bawa lagi bunga mawar putih kesukaan kamu. Maaf ya aku agak lama ada sedikit urusan diluar." Ali mengecup kening Gia lembut.

Di letakkannya bunga mawar itu diatas nakas di samping ranjang. Sejenak Ali memandang wajah wanita yang nampak pucat itu dengan pandangan sedih.

Sosok Ali yang nampak arogan di hadapan para wanita itu kini tengah menahan tangis di dadanya. Rasa rindu menyeruak begitu saja di dalam hatinya.

"Sayang kapan kamu akan bangun? Aku kangen. Kalau kamu sudah bangun kita bakal buat rumah tangga kecil impian kita sayang, dengan anak kembar yang lucu." Ali mengusap jari manis Gia, tersemat di sana sebuah cincin melingkar manis di jarinya.

Dulu Ali dan Gia sempat bertunangan namun semua itu sirna begitu saja, bahkan sampai kini Ali masih tetap mengenakan cincin yang sama seperti Gia di tangannya.

"Sayang, aku mau kerja dulu ya biar banyak uang. Biar nanti kalau kamu udah bangun kita bisa bahagia lagi dan menikah." Ali mengecup tangan Gia.

***

PRILLY POV

Aku ingin mengadu tapi tidak tahu pada siapa, jujur Aku lelah dengan semua ini. Dia lelaki yang kucintai tak pernah menganggapku ada, aku tahu dia tidak mencintaiku tapi tidak adakah sedikit celah untukku. Aku ingin bisa menjadi seorang kupu-kupu yang terbang kemana saja sesuka hatinya. Tapi sayang, aku bukanlah kupu-kupu itu, aku adalah Prilly, dan aku hanyalah seorang istri yang mencinta tapi di benci oleh suamiku sendiri. Aku tak menyalahkan papa ataupun mama yang menjodohkan Aku dengan lelaki itu. Ini adalah takdirku sebagai wanita yang menginginkan cinta, tapi bukan berarti aku menyalahkan takdir, semua orang sudah memiliki takdir masing-masing. Dan aku percaya suatu saat takdirku akan lebih bahagia dari pada kupu-kupu indah yang kuimpikan itu.

Ku tutup buku diarry kecil yang setia menemaniku di saat-saat terberatku menjalani hidup. Semua pahit manis kehidupanku, ku tulis di dalam buku kecil ini. Hari ini ntah sudah berapa banyak aku menghabiskan air mataku hanya untuk lelaki yang ku cinta itu.

Drrrrttttt ...

"Jangan lupa hari ini ada pemeriksaan buat kamu loh Prill, jangan telat oke ;) dari Arif yang paling ganteng :b"

Pesan singkat dari Arif membuatku menoleh cepat ke arah jam. 11.30, berarti masih ada 2 jam lagi dan Arif sudah memberi sms lebih dulu.

Aku tahu Arif adalah teman bahkan sabat Ali suamiku, bahkan Arif tahu perlakuan Ali padaku. Awalnya dia sangat marah dan kecewa pada sahabatnya itu. Tapi aku langsung sadar jika Aku tak pernah penting bagi Ali, percuma saja jika Arif berbicara pada Ali. Dia sama sekali tidak akan di dengar.

***

Gantung dulu ahh wkwkwk wleekkk :b gak boleh marah karna ntar authornya mogok ngetik hayoloh hahaha....

Votement jangan lupa yak itu juga salah satu penetu lanjut publish atau kagak :b

Babayyyyy

Salam cipok

Ira

MENDERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang