Ucapkan selamat tinggal pada orang yang kamu kasihi tanpa sadar itu, dan ucapkan selamat datang pada Penderitaan hati yang mendalam.
***
Ali memandang nanar ke arah ranjang Prilly, gadis itu langsung koma ketika ia baru saja sadar, Ali menyesal karena tidak sempat mengucapkan beribu kata maaf pada wanita yang mencintainya itu.
Ali menggenggam tangan Prilly, tangan lembut yang selalu ia tarik dengan kasar itu kini terasa dingin, Ali menangis dalam diam menyesali perbuatannya selama ini.
Ntahlah, atau mungkin sudah menjadi kebiasaan jika penyesalan selalu datang terlambat, berulang-ulang kali pun berfikir bahwa ia tidak melakukan hal itu tetap saja, nasi telah menjadi bubur. Sikap Ali yang kasar dan cuek pada Prilly sudah membuktikan betapa buruknya Ali dulu.
Kini menyesal tak ada gunanya, umur Prilly di perkirakan tidak lama lagi, Ali pasrah. Bagaimanapun ia tidak pantas untuk meminta maaf pada Prilly.
Prilly, malaikat tanpa sayap yang tegar dan kuat, wanita yang dua tahun lalu Ali nikahi itu telah menunjukkan bahwa dirinya kuat dan tegar.
"Kenapa kamu masih disini?" Ali tersentak kaget.
Ia menoleh kebelakang mencari asal suara dingin itu berasal, Mama Prilly berdiri di ambang pintu sambil menatap Ali marah bercampur sedih, terlihat jelas genangan Air mata yang menggantung di pelupuk mata wanita paruh baya itu.
Ali tahu ia tak pantas berada di samping Prilly saat ini, dulu kemana ia saat Prilly mati-matian menahan sakit? Kemana dia saat Prilly benar-benar membutuhkan dirinya? Ali dulu adalah seseorang yang layaknya seperti iblis yang menyiksa istrinya sendiri.
Kalau saja Ali tahu saat itu Prilly sedang mati-matian menahan sakit pasti Ali akan berfikir seribu kali lagi untuk melukai Prilly.
"Saya akan sesegera mungkin mengurus surat perceraian kamu dengan anakku, aku tidak akan membiarkan dia menderita lagi, aku ingin putriku bisa bahagia dan tertawa seperti dulu lagi." Mama Prilly berjalan ke arah Ali.
Perkataan mama Prilly layaknya beribu anak panah yang menghujam jantung Ali.sesak di rongga dadanya tak terima permintaan mama Prilly itu padanya.
"Ma, izinkan Ali untuk membahagiakan Prilly meski itu adalah saat terakhirnya." Ali tiba-tiba bersujud memohon pada mama Prilly.
Mama Prilly kaget melihat aksi Ali, spontan mama Prilly menegakkan tubuh Ali agar kembali berdiri.
"Untuk apa kamu bersujud? Kamu yang melakukan kesalahan dan kamu harus bertanggung jawab, dan cara bertanggung jawab kamu adalah dengan ceraikan Prilly dan pergi dari kehidupannya." Nada Mama Prilly datar meski Ali tahu wanita paruh baya itu sekuat tenaga menahan sakit di dadanya.
"Ma, Ali mohon sekali saja, nanti setelah Ali bisa membahagiakan Prilly, Ali janji akan benar-benar pergi dari kehidupan Prilly." Ali lagi-lagi memohon pada mama Prilly.
"Baik, hanya sekali setelah itu ceraikan Prilly dan pergilah sejauh mungkin." Setelah berucap begitu Mama Prilly berlalu pergi keluar kamar.
Ali tersenyum kecil, setidaknya ia memiliki satu harapan untuk membahagiakan Prilly wanita yang ia cintai dalam diam dan tanpa disadari itu.
***
Beberapa hari setelah kejadian itu, Prilly sadar dari komanya, Ali dengan setia tetap berada di samping Prilly menjaganya.
"Ali kamu kenapa bisa ada disini?" Tanya Prilly kaget melihat Ali yang tersenyum mengusap tangannya.
"Aku jagain kamu lah, lagian tidurnya lama amat sih ngerepotin tau gak." Ucap Ali tertawa renyah.
Ini untuk pertama kalinya Ali tertawa di depan Prilly selepas itu, Ali tak perlu malu ataupun canggung karna yang di hadapannya ini adalah Prilly, istrinya.
"Maaf," ucap Prilly tiba-tiba menghentikan tawa Ali.
Suasana hening kembali, Prilly menghela nafas melihat wajah Ali yang kembali datar.
"Maaf, karna kamu pasti tahu penyakit aku, hahaha penyakitnya ngerepotin ya, ah aku juga ngerepotin sih. Tapi gak papa keluar dari sini kamu bisa kok gak jagain aku lagi." Ucap Prilly tersenyum kecil.
Ali menatap nanar ke arah Prilly, sebegitu jahatnyakah ia dulu sampai-sampai Prilly merasa dirinya direpotkan.
"Gak, kamu gak perlu minta aku untuk gak lagi jagain kamu, karna mulai hari ini aku bakal jagain kamu dan terus ada buat kamu." Ali mengelus pipi Prilly tanpa sadar air mata Ali lolos begitu saja.
Prilly tersenyum kecil, ia tahu lelaki ini merasa kasian padanya, Prilly juga tahu Ali menyesali semua perbuatannya.
"Hahaha terkadang aku merasa bingung, betapa beruntungnya aku memiliki suami seperti kamu." Prilly tertawa kecil menatap keluar jendela.
Ali ikut tersenyum meski air matanya terus mengalir, "akulah yang beruntung memiliki malaikat berhati mulai seperti mu Prilly, maaf jika aku adalah seorang suami yang buruk bagimu selama ini." Batin Ali sambil Ali menatap lekat wajah Prilly.
"Kamu mau keluar?" Tawar Ali mengelus pucuk kepala Prilly pelan.
"Emang boleh ya? Katanya aku belum boleh banyak gerak." Prilly menatap wajah Ali bingung.
"Bisa kok, pakai kursi roda, aku yang dorong." Ucap Ali mantap sambil berdiri mengambil kursi roda di luar sebentar.
Setelah mendapat kursi roda, Ali membantu Prilly duduk diatasnya, Ali terus mendorong Prilly keluar hingga ketaman rumah sakit.
"Ali, stop itu ada anak kecil sendirian lagi nangis coba deh samperin." Tunjuk Prilly pada anak kecil yang tengah terduduk sambil menangis kencang.
"Hey sayang, kamu kenapa nangis? Mama kamu mana?" Tanya Prilly sedikit menunduk mengelus rambut anak lelaki itu.
"Aku tadi main-main, trus jatuh tapi temen aku malah ketawakn trus lari." Anak kecil itu malah semakin menangis.
Prilly merasa kasian memeluk anak lelaki itu sambil berkali-kali mengecup pucuk kepalanya.
"Tenang ya, kamu laki-laki, jangan cengeng dong, laki-laki itu kuat dan tegar, laki-laki itu nanti tugasnya melindungi yang lemah, jadi kamu jangan nangis lagi ya." Prilly mengelus rambut Anak itu gemas.
"Ma-makasih ya kak."
Setelah anak kecil itu pergi Prilly terus memandanginya dari kejauhan.
"Kamu kenapa masih liatin anak itu?" Tanya Ali membuyarkan lamunan Prilly.
"Ah, gak papa kok, kita balik ke kamar lagi ya, kepalaku agak pusing." Ucap Prilly memijat pelipisnya.
Ali mengangguk, ia mengantar Prilly kembali ke kamarnya tapi ntah kenapa di perjalanan Prilly sama sekali tidak bergerak dan hanya diam saja.
Seketika Ali panik melihat cairan merah keluar dari hidung Prilly, denyut nadi Prilly yang mulai melemah pun semakin membuat Ali panik.
Ali langsung menggendong Prilly berlari kedalam rumah sakit sambil memang gila manggil dokter.
Ali tak peduli pandangan orang lain yang melihat kelakuannya, Ali hanya takut kehilangan Prilly, sangat takut, rasanya jiwa Ali ada yang kurang disaat Prilly tiada.
***
Pfffttttt gantung dulu hahaahahahah cepatkan updetnya hahaha kalau cepat vote comentnya harus banyak yakkk kalau kagak ane lamain lagi publishnya :b oh iya sekali-kali promo deh hahaha follow yak ig aku @_shafira_ira hihihi kali aja kita bisa makin dekat gitu 😂
Yaudah ya kecup satu-satu :*
Love
Ira
KAMU SEDANG MEMBACA
MENDERITA
FanfictionMencinta tapi dibenci? Mmmm perjuangan cinta bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi kisah cinta yang di awali dengan keterpaksaan akankah beci itu menjelma menjadi cinta atau malah membenci - mencinta dan di akhiri penyesalan yang mend...