Part 14

29.2K 1.1K 49
                                    

Vote dikit, comment dikit, ayeyyyyy ada alasan buat ngambek nulis dulu wkwkwk mau hibernasi ke cerita lain ahh pissss vote comment ya kalau masih mau lanjut cepet :v

Happy reading :*

*****

Gadis itu memandang nanar bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya, disinilah ia kini, di tempat yang benar-benar ia kutuk baru-baru ini.

Biranto company, ya disinilah ia sekarang, Sisi harus memijakkan kakinya di tempat yang selama ini tidak pernah ia datangi. Demi mempermulus rencana yang telah ia susun untuk menghancurkan Ali.

Arif mengatakan ia sudah mengurus semuanya tinggal bertemu langsung dengan Ali.

Sisi tersenyum kecut, sebentar lagi ia akan melihat wajah lelaki yang sangat ia benci, tampan kah dia, hingga membuat Prilly terlihat begitu lemah dan sangat mencintai lelaki itu. Sisi tidak sabar menunggu bagaimana ekspresi lelaki itu ketika melihat wajahnya yang menyerupai Prilly.

Tok tok tok.

"Masuk,"

Sisi membuka pintu perlahan, ia berjalan masuk menatap lelaki di hadapannya yang nampak asik bercinta dengan laptopnya.

"Siapa namamu?" Tanya Ali masih fokus pada leptopnya tanpa melirik sedikitpun pada Sisi.

"Sisi Marvelia Shirly,"

Ali menghentikan aktivitasnya, ia mendongak ke Sisi, seketika Ali langsung membulatkan kedua matanya, hatinya kembali terasa nyeri melihat Sisi.

"P-Prilly," keringat dingin nampak mulai membasahi pelipis Ali, air mata mulai menggenang di kedua pelupuk matanya.

"Maaf pak, nama saya Sisi bukan Prilly." Ucap Sisi sukses membuat Ali terdiam masih memandang Sisi begitu dalam.

"Apa kau benar-benar bukan Prilly?" Tanya Ali tak yakin, pantas saja, wajah Sisi dan Prilly benar-benar sangat mirip, seperti tidak ada yang membedakan mereka berdua, hanya saja Sisi nampak terlihat lebih dingin dengan sorotan matanya yang tajam, berbeda dengan Prilly yang memiliki tatapan lembut dan hangat.

Ali menggeleng pelan, ia merasa masih terbayang-bayang wajah Prilly, rasanya masih berbekas ketika mengingat Prilly telah tiada.

"Maaf, tadi siapa namamu?"

"Sisi Marvelia Shirly, pak."

"Oke, coba jelaskan maksud kedatangan kamu ke perusahaan saya?" Tanya Ali kembali dingin seperti semula.

Sisi tersenyum kecut melihat lelaki di hadapannya ini, rasanya belum puas melihat bagaimana ekspresi terkejut Ali tadi.

"Begini pak, saya membawa surat keterangan dari bapak Rian bahwa bapak Rian ingin mengajak perusahaan bapak bekerja sama dengan perusahaan kami, saya juga membawa surat-surat keterangannya, ini pak silahkan dibaca." jelas Sisi menyerahkan surat yang ia bawa tadi.

Ali mulai membaca surat tersebut, diam-diam Sisi memperhatikan wajah Ali, memang tak heran jika CEO satu ini memang sangat terkenal tampan, dengan rahang kokoh dan hidung mancur serta Alisnya yang tebal menambah Akses ketampanan Ali.

"Bodoh, kenapa kau malah memuji laki-laki ini Sisi!" Rutuk Prilly kesal dalam hatinya mengalihkan pandangannya.

"Baik, besok saya akan bicara pada pak Rian, kamu boleh keluar."
Sisi mengangguk paham kemudian pamit keluar, dalam hati Sisi tersenyum kemenangan.

"Langkah awal untuk kehancuranmu Ali," batin Sisi tersenyum senang rencananya masih berjalan lancar.

****

"Bagaimana? Apa dia tampan?" Goda Arif menaik turunkan Alisnya.

"Cih, tampan sekalipun aku tidak akan terpesona dengannya." Ucap Sisi membuang muka ke arah lain.

Arif tertawa terbahak melihat tingkah Sisi, "tapi bisa saja, seperti di film film itu, benci jadi cinta eaakkk," tawa Arif semakin menjadi-jadi menggoda Sisi.

"Aku bukanlah orang seperti itu Arif, aku tidak mengenal cinta, jadi berhentilah menggodaku, aku hanya fokus pada tujuanku," ucap Sisi dingin, ia sudah sangat tidak sabar menunggu hari kehancuran Ali.

"Yah, aku akan membantumu kapanpun itu,"

Sisi tersenyum, rasanya seharian ini ia belum puas melihat ekspresi bersalah, bercampur dengan terkejut Ali melihat wajahnya. Tapi Sisi harus sabar, perlahan demi perlahan haru yang benar-benar ia nanti itu akan datang.

****

MENDERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang