circle.

2.7K 158 162
                                    




○○○○○○○○○○○○



Flashback on

Jam dinding baru menunjukkan pukul delapan malam, tapi lampu kamar anak itu sudah padam sejak satu jam yang lalu. Anak bayi itu bersembunyi dibalik selimut sambil memeluk boneka teddy bear yang sudah menghuni kamarnya sejak 3 tahun yang lalu itu.

Kalo lagi sedih, teddy bear-nya dipeluk ya. Anggep aja itu kamu lagi meluk aku kalau aku lagi ga ada disamping kamu hehe.

Sejujurnya Wonyoung tidak suka dengan kalimat itu, apalagi orang yang mengatakan kalimat itu adalah orang yang membuatnya menangis seperti sekarang. Tetapi mengingat tidak ada hal lain yang bisa dipeluk olehnya saat ini, jadi mau tidak mau anak itu memeluk boneka beruang besar itu untuk menemaninya menangis malam ini.

Sudah sejak 30 menit yang lalu juga ponselnya berdering menampilkan nama orang yang memberikan teddy bear yang sedang Ia peluk itu tapi tidak satu pun oanggilan tersebut diterima oleh Wonyoung. Bukan hanya hari ini, bahkan dari beberapa hari sebelumnya kedua orang itu sudah tidak saling berkomunikasi satu sama lain. Tentu saja karena Wonyoung yang mulai menghindar, sedangkan orang itu masih terus mencoba menghubungi Wonyoung berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka.

Jujur Wonyoung merasa bodoh menangisi orang itu, menangisi masalah yang seharusnya tidak Ia tangisi. Apa salahnya mengangumi seseorang yang memang terlihat sangat cantik dan terlihat sangat menarik saat menari itu. Tidak ada salahnya, bukan?

Jawabannya memang tidak, mungkin hanya Wonyoung yang sudah terlalu lelah dengan kelakuan orang itu yang- ah sudahlah semua orang juga tahu bagaimana tingkah orang itu yang mungkin memang hal biasa untuknya karena memang seperti itu lah sifatnya.

Kesayangan💕 is calling...

Kali ini nama yang berbeda muncul di layar ponselnya membuat anak itu langsung menjawab panggilan itu walaupun Ia tidak akan mengeluarkan satu kata pun, yang Ia mau hanya mendengarkan suara kakaknya di seberang sana.

"Dek?"

"Wonyoung?"

"Kak Hyewon dibawah tuh. Kamu ga angkat telpon dia katanya. Ga mau disamperin? Mau sampe kapan didiemin? Ga capek kayak gini terus?"

"Akhirnya kamu capek juga kan liat kelakuan dia. Bego deh dia, capek aku juga ngasih taunya. Kalo udah kayak gini gimana coba? Kan jadi kamunya juga yang capek nangis dari kemarin-kemarin"

"Kalo kemarin kamu ngomong kamu lebay nangis karna masalah kayak gini doang....menurut aku engga kok, menurut aku malah kamu emang udah capek aja sama kelakuan dia yang genitin orang sana sini walaupun udah kamu kasih tau berkali-kali. Kalo emang udah capek, mungkin emang udah waktunya untuk diudahin aja. Tapi ya tetep keputusannya balik ke kamu lagi sendiri, kamu maunya kayak gimana. Dipikirin aja baik-baik. Jangan sampe karna masalah ini kamu jadi ga fokus latihannya"

"Ngerti kan ya kalo ada masalah diomongin bukan diem-dieman kayak gini. Yang ada ga selesai masalahnya kalo kamu sama dia kayak gini-gini doang"

"Wonyoung?"

"Dekk udah nangisnya. Nanti Papa kamu liat mata kamu bengkak gimana? Udah dong nangisnya, ayo dong aku lagi ga sama kamu, gimana aku meluknya....jangan sampe aku dateng ke rumah kamu buat ribut sama dia karna udah buat kamu nangis ya"

"Jangan aneh-aneh!"

"Yaudah makanya udahan nangisnya sayang. Aku tau ini ga gampang, aku juga dulu kabur-kaburan, kamu tau sendiri kan tapi itu ga nyelesain masalah sama sekali. Kamu lebih dewasa daripada aku, ayo diselesain aja masalahnya. Kamu kira aku biasa aja liat kamu kayak gini dari kemarin? Engga Wonyoung"

circle.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang