Tiga

7.2K 1.4K 283
                                    

Lisa POV

Ini benar-benar lucu menurutku.

Setelah aku melangkahkan kaki maju dua langkah ke depan, Nini dengan santainya dia justru malah menikmati berada dalam gendonganku. Dia seperti bayi sekarang. Kedua tangannya memelukku erat, membuat aku menjadi sedikit kesusahan. 

"Nini, aku sudah melewati semut-semut itu, sekarang kamu boleh turun."

"Lili."

"Ya?"

"Nini Lili."

"Ya, aku tau itu memang terdengar lucu." Aku tersenyum.

Kemudian Nini perlahan turun dari gendonganku. Dia awalnya masih ragu-ragu untuk melanjutkan perjalanannya, tetapi setelah dia memastikan sendiri bahwa semuanya sudah aman, Nini lalu kembali berjalan sembari aku mengikutinya di belakang.

Aku dapat bernafas dengan lega sekarang. Tetapi kelegaan itu tidak bertahan lama ketika aku merasakan perutku yang berbunyi keroncongan.

Astaga, aku bahkan hampir lupa jika aku belum ada makan sudah nyaris tiga hari.

Sejenak aku melirik Nini. Suasana hatinya benar-benar selalu bahagia setiap saat. Itu jelas terlihat dari bagaimana cara dia berjalan, dia sesekali melompat kecil sambil bergumam.

Ketika aku ingin memanggilnya, suaraku refleks tertahan di saat Nini yang tiba-tiba berhenti lagi, aku pun lantas mengikutinya berhenti.

Aku mengangkat pandanganku. Melihat adanya sebuah pohon yang sangat-sangat besar di hadapanku sekarang.

Sungguh, aku baru pertama kalinya melihat ada pohon sebesar ini.

Aku lalu semakin mendongakkan kepala. Melihat bagaimana tingginya pohon itu menjulang. Daunnya sangat rimbun dan lebat. Akarnya pun sama-sama besar saling menyebar di mana-mana. Ini benar-benar luar biasa. Jika aku bisa naik, lalu sampai ke pucuknya, mungkin aku akan dengan mudah bisa menemukan jalan pulang.

Tetapi itu tidak sekarang.

Ketika tengah terdiam, aku merasakan tangan Nini yang sedang memegangi tanganku. Dia membawaku menuju pohon besar itu. Tubuhku seketika terasa kecil karena saking besarnya pohon yang ada di hadapan kami.

"Ini rumah Nini?"

Aku barusan mencoba untuk bertanya, meskipun aku tak yakin apakah Nini bisa untuk menjawabnya. Tetapi dia kemudian menatap ke arahku, dan untuk pertama kalinya aku melihat dia mengangguk-anggukkan kepalanya.

Senyumanku otomatis merekah untuknya. Aku lalu mengusap kepalanya karena merasa gemas.

Nini awalnya sedikit kebingungan, dia kini berakhir menatapi ku agak lama.

"Kenapa?" Aku memperhatikan raut wajahnya yang masih menatapku.

Apakah aku salah melakukan sesuatu?

Nini tiba-tiba mengambil tanganku lagi. Dia menaruhnya ke atas kepalanya dan menggerakkan tanganku di sana.

Hei, dia melakukan itu hingga beberapa kali. Aku pun seketika langsung tertawa.

"Nini suka Lili seperti ini?" Aku mencoba untuk memperagakan ulang di mana aku yang sempat mengusap kepalanya. Dan saat itu juga Nini mengangguk-angguk ke arahku penuh antusiasnya.

"Yaaaa~" Dengan suara imutnya dia terus menahan tanganku di atas kepalanya.

Nini terus meminta aku untuk melakukan itu berulang-ulang kali hingga bibirnya tanpa sadar terbuka lebar.

Sekali lagi, aku mengakuinya. Nini adalah makhluk yang paling menggemaskan yang pernah aku temui.

"Sudah ya, nanti lagi."

DEKLINASI - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang