Empat

6.9K 1.4K 217
                                    

Lisa POV

Keadaan di sini berangsur terasa semakin sejuk, aku sudah hampir setengah jam memakai jas ku sambil memeluk juga tubuhku sendiri. Udara dingin ini sangat menusuk ke kulitku jika aku tidak memakainya. Persis seperti dua malam kemarin, ketika aku masih tersesat sendirian. Itu adalah waktu di mana aku terlihat sangat menyedihkan.

Bayangkan saja, mulai dari matahari terbit hingga sampai ia terbenam kembali, aku benar-benar tak ada berani untuk berbaring dan menutup mata.

Banyak sekali nyamuk-nyamuk ganas berdengung di sekitar telinga. Dan pada malam itu pula, aku memutuskan untuk tetap menyusuri hutan rimbun ini agar rasa kantukku hilang.

Aku begitu besar menaruh harapan bahwa aku pasti akan menemukan jalan pulang.

Tetapi sekarang, biarlah. Aku sudah menyerahkan semua apapun yang dikehendaki oleh Tuhan.

Cukup dua hari kemarin aku memusingkan diri. Sekarang, selagi aku masih bersama Nini, aku harus banyak-banyak beristirahat sementara bersamanya.

"Lili~ Lili~"

Aku memalingkan wajah, menatapnya yang barusan memanggil namaku. Dia kini sudah bisa tersenyum dengan cantiknya.

Sekarang aku tengah duduk bersandar di pinggiran pohon rumah Nini. Memandangi langit sore yang mulai berwarna jingga, bersama Nini yang juga duduk di sampingku.

Dia kembali sibuk dengan aktivitasnya yang sedang memecah bebatuan kecil sambil memeluk kedua lututnya.

Nini mirip sekali seperti seorang anak kecil yang masih tak tahu apa-apa. Dia tak pernah merasa terusik akan sesuatu hal yang aku lakukan padanya. Tanpa sadar, kini aku terus memandanginya.

Aku masih sangat bertanya-tanya, bagaimana bisa dia tumbuh sampai sebegitu sehatnya seperti ini? Pipinya bahkan agak tembam dengan hidung yang mancung. Bibirnya benar-benar berwarna pink kemerahan, kulit Nini juga sangat bersih tanpa adanya bekas luka-luka, padahal dia sangat aktif. Dia hampir menghabiskan seluruh waktunya hanya dengan bermain-main saja.

Aku berani bersumpah Nini. Jika kamu tidak hidup di dalam hutan, kamu pasti akan menjadi seorang model yang sangat cantik di luar sana. Pasti banyak lelaki yang mengincar mu. Kalaupun kamu hanya tinggal di desa, kamu pasti akan menjadi kembangnya.

Sudut bibirku tersenyum diam-diam, sambil terus memperhatikannya.

Tak berselang lama, Nini tiba-tiba saja menatap ke arahku. Kelopak matanya yang cantik itu menyipit di saat dia cekikikan tertawa. Aku lantas mengangkat kedua alisku.

Apa lagi yang membuatnya merasa lucu kali ini?

Nini lalu berpindah posisi, dia mendudukkan dirinya tepat di hadapanku. Dia begitu menyukai kedekatan kami seperti ini.

Dia mengambil satu tanganku dan membuka telapak tanganku dengan sengaja menggunakan kedua tangannya.

Lucu sekali, tangan Nini ternyata terlihat sedikit lebih mungil jika dibandingkan dengan tanganku.

Aku terus memperhatikan pergerakannya. Nini memberikan salah satu batunya ke telapak tanganku. Dia menaruh itu, lalu menaruh batu yang lain juga di telapak tangannya sendiri. Kemudian, kepala Nini terangkat menatapku.

"Apa yang mau kamu lakukan?" Aku bertanya sembari membalas senyumannya.

Nini tidak membalas pertanyaan ku—tentu saja sebab aku masih belum mengajarinya tentang bagaimana cara dalam merangkai kata untuk menjadi sebuah kalimat.

Dia menutup tangannya sembari bibirnya terus melengkung menampilkan senyuman. Hingga sampai beberapa detik, dia kemudian membuka kembali telapak tangannya—dengan mendadak batu yang ada di sana menghilang.

DEKLINASI - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang