Lisa POV
Selama berada di dalam hutan, waktu terasa berputar semakin lambat bagiku. Mungkin karena tidak adanya gadget, atau lalu lalang dari aktifitas banyaknya orang-orang. Untuk menunggu waktu siang saja aku sampai kewalahan.
Aku tidak ada memiliki jam tangan, atau benda lainnya yang dapat menunjukkan sudah pukul berapa sekarang.
Sejenak aku menarik nafas, lalu aku hembuskan hingga kedua bahuku ikut bergerak turun.
Sebenarnya tubuhku sudah merasa sangat lelah sekali, aku benar-benar ingin kembali ke kota. Bukan untuk mengejar karirku, tetapi setidaknya untuk hal-hal kecil yang biasa aku lakukan di sana.
Aku ingin mandi dengan sabun, memakan ikan goreng kesukaanku, lalu juga bertemu orang tua ku. Aku sangat rindu pada mereka.
Jujur saja, tanpa sepengetahuan Nini, aku sesekali meneteskan air mata, namun cepat-cepat juga aku menghapusnya.
Di hadapan Nini, aku tidak ingin terlihat tidak baik-baik saja.
Keadaan ini benar-benar menguji mental ku. Ditambah aku juga harus menyiapkan diri, entah akan pulang, atau bersiap-siap menjadi tersesat selamanya di dalam hutan.
Sekali lagi nafasku berhembus berat, tetap bersyukur tulus kepada Tuhan karena aku masih diberinya pernafasan hingga sampai sekarang.
Saat ini, aku dan Nini tengah mengumpulkan buah-buahan hasil dari petikan kami tadi. Ada bermacam-macam jenisnya, mulai dari buah yang tak aku kenal, buah yang begitu besar, dan buah yang warnanya sedikit aneh menurutku.
Nini sedang duduk di hadapan ku, dia menyilangkan kedua kakinya sambil sibuk memilih buah yang cocok untuk dimakan, sedangkan buah yang tidak cocok untuk dimakan maka akan dia buang.
Itulah yang aku maksud dia unik.
Mengenai hutan, dia sangat pandai sekali. Dia bahkan bisa memilah buah itu sendiri tanpa kebingungan ataupun bertanya padaku. Dia tahu bagaimana caranya berinteraksi dengan alam dan seisinya. Nini pandai menyesuaikan dirinya sendiri dengan berbagai tumbuhan yang ada di sini.
Sedangkan aku, malah sebaliknya.
Kami seperti saling melengkapi, bukan? Aku yang terbiasa hidup di kota dan Nini yang terbiasa hidup di hutan.
"Nini, buah apa ini?" Aku bertanya padanya sembari memegang satu buah yang bentuknya bulat kecil berwarna merah pekat.
"Nini tidak tahu. Buah itu rasanya masam namun enak, coba saja Lili makan." Dia kemudian kembali sibuk dengan aktivitasnya.
Aku lantas terdiam, sambil tersenyum.
Tak henti-hentinya aku terus mengatakan bahwa, Nini itu Tarzan yang unik. Dia seseorang pengingat yang sangat baik. Dia begitu mampu dalam merangkai kata demi kata yang sudah aku ajarkan padanya.
Ekspresinya sekarang pun sudah bisa berubah-ubah. Tidak lagi hanya kebingungan, atau berwajah lugu.
Dia kini bisa memarahiku. Dia juga akan refleks tertawa ketika melihat hal-hal yang lucu. Sungguh, aku sangat penasaran apa jawaban yang akan dia ucapkan jika aku bertanya soal ini.
"Nini."
"Yaa?"
"Hentikan dulu pekerjaanmu, sekarang lihat aku. Aku mau kamu menjawab pertanyaan ku dengan jujur."
Tanpa bertanya, dia langsung menuruti perintahku.
Nini membersihkan tangannya sebentar, dia kemudian menatapku dan mengangguk padaku. Seolah-olah tengah mengatakan padaku bahwa dia sudah siap untuk pertanyaan yang akan aku ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKLINASI - JENLISA ✔
Fanfiction❝ Kegiatan syuting mengharuskan Lisa menjelajah ke dalam pelosok hutan. Namun sayang, Lisa malah berakhir tak menemukan jalan pulang. ❞