Sembilan

9.5K 1.4K 186
                                    

Author POV

Di tengah malam ketika aku sedang nyamannya tertidur, Nini tiba-tiba membangunkan ku. Dia ternyata ingin minta temani untuk buang air kecil. Aku dengan mata yang setengah terbuka pun akhirnya mengikuti Nini melangkahkan kaki menuju toilet.

Aku mencoba mengecek jam digital yang ada di ponselku, ini sudah jam dua tengah malam. Karena masih sangat mengantuk, sesekali aku juga menguap lebar-lebar di belakang Nini.

Sesampainya di toilet, Nini bukannya langsung masuk ke dalam sana, namun dia justru malah berdiri sambil menggerak-gerakkan kedua kakinya. Nini menggigit bibir, menatapku yang lagi-lagi menguap. Mataku rasanya berat sekali untuk benar-benar terbuka.

Saat aku merasakan Nini yang menarik ujung bajuku, aku lantas melihat ke arahnya dengan tatapan bertanya.

"Kenapa hanya berdiri di situ? Buang air kecilnya tidak jadi?" Tanyaku kemudian.

"Takut."

"Astaga, tidak ada apa-apa, Nini tidak perlu takut, aku akan menunggu sini."

Aku berusaha berucap dengan nada yang sangat lembut, tetapi Nini menggelengkan kepalanya kuat-kuat sambil tetap menatapku.

Padahal asal kalian tahu, jarak antara pintu toilet dan tempatku berdiri saat ini hanyalah dua langkah saja. Bisa juga hanya menjadi satu langkah jika melewatinya dengan langkah yang besar.

"Nini mau aku ikut ke dalam?"

Ketika aku bertanya demikian, dia lekas-lekas menganggukkan kepalanya ke arahku.

Belum sempat aku ingin berkata-kata lagi, dengan mendadak dia sengaja menarik tanganku. Membawa tubuhku otomatis ikut masuk ke dalam toilet, Nini langsung menutup pintunya.

Aku pun berakhir hanya menghela nafas pasrah, sambil menggeleng-gelengkan kepala. Tetap tersenyum karena merasa gemas akan tingkah lakunya.

"Lili jangan lihat ya!"

"Iyaa."

"Tutup matanya!"

"Iya, ini aku menutup mataku."

"Jangan mengintip!"

"Nini, ya Tuhan, aku bahkan sudah pernah melihat kamu telanjang di tengah hutan."

"LILI! DIAM!"

Aku seketika terkekeh, mataku sekarang sedang terpejam. Menjahilinya tetap menjadi hal yang paling menarik untuk kulakukan. Apalagi jika dia sampai berteriak dan kesal padaku, itu adalah yang paling lucu.

Selang berapa menit kemudian, terdengar suara helaan nafas lega dari Nini. Dia lalu memanggilku.

"Sudah?" Aku bertanya, posisi tubuhku masih membelakanginya.

"Huum, sudah."

Setelah itu aku membalikan badan, melihat dia yang kini sedang tersenyum dengan begitu manisnya.

"Sudah cuci tangan?"

"Haruskah Nini cuci tangan?" Tanyanya polos.

Aku lantas tersenyum. Kemudian aku mengambil kedua lengannya, dan sengaja menaruh kedua tangan itu di wastafel.

Aku menyalakan keran air, mulai membasuh kedua tangan Nini. Tidak lupa aku juga menambahkan sabun cuci tangan agar tidak ada kuman yang menempel di sana. Sedangkan Nini, dia hanya diam terus memperhatikanku.

"Jisoo tidak ada menyuruh Nini untuk mencuci tangan setelah buang air kecil?"

"Tidak Lili."

"Kalau begitu, mulai sekarang kamu harus terbiasa mencuci tangan seperti ini okay?"

DEKLINASI - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang