Chapter 2 kehilangan

10 1 2
                                    

Darah masih bercucuran, Sarka semakin lama merasa semakin lemas, si moster, masih mencengkram tubuhnya, darah yang keluar terus menetes, moster terlihat menjilatinya, darah sarka adalah darah suci, dimana para mahkluk diseluru dunia mencari kesuciannya untuk mencari  sebuah kesaktian dan kemurnian kekuatan di semesta alam ini. Beberapa tahun terahir, semenjak terbukannya portal ke dimensi dunia kartedimo mahkluk yang hidup disana, mulai mempelajari kehidupan dibumi. 

Perputaran poros bumi yang membuat waktu siang dan malam, waktu terus berputar, tetapi banyak sekali ilmuan yang ingin pergi kemasa lalu atau pun masa depan, dunia saat ini terlihat   normal tetapi kehidupan bumi tidak sedang baik-baik saja, para manusia yang semakin lama, semakin aneh, dan semua orang ingin berkuasa, ini negri kota para mafia, bandar narkoba, perampok, bahkan para pembunuh, ini membuat para kaum bawah menjadi terkucilkan dan memilih hidup seperti para penjahat, tetapi semua keadaan tidak seperti kota Paulo, di daerah sana ada tempat aman yaitu desa tempat tinggalku, namanya desa hungtu. 

Kota Poulo ini terlihat suram kalau  diliahat dari kota lain yang ada di sebelah timur, disana terdapat sebuah tempat aman, dimana katanya terdapat penjaga dan pemimpin yang di segani, kehidupan makmur dan sangat indah, bebeda jauh dari pada kota Poulo. alkisah dari nenek moyang kota Poulo bahwa ini negri perisai dimana terdapat spinkonering  ini adalah sebuatan bahwa terdapat hal yang mistis, tetapi bukan hal seperti hantu tetapi ini seperti mahluk yang hidup dimensi kaca, berita tentang Spinkonering ini tersebar ke penjuru dunia, sampai beberapa TV dunia membuat siaran ke kota Paulo. Para pekerja reporter pun, pergi beberbondong-bondong pergi ke kota Paulo, tetapi pemimpin Sesruxsi, menolak kehadiran para reporter dunia dengan para kemanan dunia, melihat kota Poulo.

sampai ke esokan harinya reporter itu tidak kembali ke  kotanya, pemimpin Sesruxsi membuat siaran di kota sampai terdengar ke seorang negri asing, bahwa dia telah membunuh sekitar 4000 pendatang kemarin.   ini membuat para pemimpin dunia marah besar dan memutus pertalian persahabatan dengan kota Paulo, pemimpin Sesruxsi hanya tertawa pada saat di siaran televisinya, dan mengatakan "Kota Paulo tidak ingin menjadi anggota dari mereka, kota ini negri yang bebas, dan warga boleh memutuskan seperti kemauannya sendiri."     

itu alkisan beberapa orang tua terdahulu, yang menjadi kisah terpopuler dan menjadikan para penduduk Kota Paulo bisa bertindak sesukanya.   

                                                                                            *** 

"srek." suara gerak tubuh sarka.  gelap gulita, tangan sakit sekali, matapun tak bisa bergerak, rasanya tubuh lemas tak berdaya, ingin mengerakan tangan, tapi rasanya sangat menyakitkan. sarka pun  mencoba membuka mata, berat sekali sampai kelopak mata memincin perlahan, rasanya itu sangat silau aku membuka mata, cahaya menyilau seketika, sarka menutupi  matanya dengan tangan cepet, karena melihat cahaya silau, sarka merasa pusing, tetapi itu sekejap saja.

Sarka melihat dia berada di rumah, tepat di kamar ayahnya, entah apa yang terjadi tetapi pada saat ingin melangkah pergi dari tempat tidur, sarka melihat lorong di pojokan kamar terdapat monter berbadan tinggi mirip seperti moster yang mencengkramnya.  sarka berteriak sambil berlari pincang, tatapi karena tubunhnya yang lemas dia terjatuh di depan ayahnya yang tertusuk pedang sang monster. 

"Ayahhhh." teriak Sarka, kejadian di waktu jam malam tepat jam 10.24

sang monster tertawa dengan menyeramkan dan langsung menghilang dengan mengatakan "tunggu, aku akan kembali, untuk mengambil darah suci keluarga kalian."

Sarka langsung pergi ke jasat ayahnya yang sudah tidak bernafas. 

Sarka berteriak keras "ibuuuuu." Bu Sirka tidak terdapat di rumah entah dimana Bu Sirka berada, sarka pun mengotong dan mencari bantuan orang pergi kerumah sakit.

                                                                                     ***

Keesokan harinya dia  merasa begitu sedih, ayahnya yang meninggal dan ibunya yang menghilang. rasa sedih serta bingung membuatnya seperti orang stres,   dia menyendiri dikamar sambil menonton chenel berita, tapi sarka tidak meliatnya, dia melamun dan memikirkan kejadian kemaren malam.  

bunyi sepedah motor berderung datang kerumahnya, suara ketok pintu dangan suara memangil-manggil "sarka-sarka" berulang kali dengan suara panik.

tidak betah dengan panggilan itu Sarka keluar dari rumah. 

"Astaga," Ferza dan Asnat terkejud.

  "Ada apa tubuh mu sampai memar begitu,"  Ferza memegang tangan Sarka.

Sarka  bilang "ini bukan masalah kalian, ini masalah ku sendiri, jadi kalian jangan menanyakan itu lagi."  dengan suara lantang.

"Oke, maaf kalau begitu, yaudah mau nggak  pergi ke cave di kota, sesekali sambil jalan-jalan."

"baiklah sebentar gua ganti baju."  

Asnat menyenggol tubuh Ferza, "beneran kita ajak tu Sarka, kan kamu liat dia kayak orang habis kecelakaan, wah parah lo bro."

"Lah kok salah gua, kan aku hanya mengajak saja, tapi dia yang mau ikut." sambil mengaruk rambut Ferza langsung pergi ke sepedah motor.

                                                                      ***

Sesampai di kota, kota semakin memburuk Ferza juga mengatakan ke Asnat," dulu pas 3 tahun nggak begini deh, sekarang suasana kota malah pengab dan banyak fasilitas umum rusak.  

Sarka dengan wajah dingin pergi langsung ke tempat Cave yang sangat legend sekali, bagaimana tidak legend sang barista adalah kakek-kakek tua yang sudah lanjut usia, tapi karena kesehatan dan tubuhnya yang masih bugar, maka pelanggan Cave ini memberikan nama Cave Legend.

Di samping jalan Ferza dan Asnat masih berfoto dengan beberpa fasilitas yang terlihat seperti bangunan tak terawat itu membuat foto lebih realistis kata asnat.  nah setelah di berfoto terdapat beberap grombolan yang berbaris sambil mengenakan senjata tajam, tapi ini bukan aparat keamanan kota, dilihat dari bajunya saja sudah sobek sobek dengan celana jeans biru yang bermotif ala Genster.

"Wah Ferza ayo pergi jangan sampai mereka melihat kita."

"Lah kenapa kita kan nggak ngapa-ngapain." Asnat menarik tubuh Ferza membawanya pergi dari sana dan menghampiri Sarka yang duduk di dalam cave. 

"Nah, begini bro. kamu tahu di kota ini ada Genster yang mennguasai setengah kota, bahkan pemerintah seakan akan tidak bisa menentangnya, maka dari itu kalau kita dianggap asing pasti akan di tankap untuk di introgasi olehnya"

Sarka  yang duduk sambil membuka HP tidak begitu memperhatikan pembicaraan Asnat dan Ferza. Pesanan sampai, barista kakek tua meliat sarka sambil mengatakan "ini nak minumanya," dan mengatakan "dunia itu keras, terdapat titik hitam yang bermuncula, bahkan langit pun berwarna hitam jika tidak ada cahaya yang menerangi , langit akan selamanya berwatna hitam, jadi berpikirlah bahwa kamu adalah cahaya." kakek tua pergi sambil menaruh minuman ke seseorang yang datang kepadanya 

Beberapa waktu kemudian terdapat ramai-ramai di jalan raya, gerombolan itu mengkap seseorang dengan beberapa gadis yang duduk di depan Cave, Ferza dan Asnat terdiam, melongo melihat mereka memperlakukan orang orang di luar. 

Tiba tiba kekek barista keluar Cave sambil membawa tongkat masak, disana para gangster itu melihatnya, salah satu dari mereka menghampiri kekek tu dengan wajah memerah.

HOLY BLOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang