Bab 20 : Nikah

1.5K 166 1
                                    

Jantung Arion sudah hampir mencelos keluar, kalau saja Kadava tidak menjanjikan kebebasan pada Fidelya. Ya, seperti syarat menikah, kehadiran ayah kandung sebagai wali perempuan, sangat dibutuhkan. Oleh sebab itu, sebelum hari pengucapan akad, Arion mengajak Fidelya bertemu dengan Kadava.

Namun, keputusan itu malah membuat Fidelya terus mengerang kesal ketika Arion menatap wajah calon istrinya itu. Merasa bersalah, tidak, yang ada Arion merinding takut jika saja perempuan tersebut memutuskan membatalkan pernikahan mereka sebab pertemuan ini.

"Ini terakhir, setelahnya kamu bebas lakuin apa aja, Arion bebas bawa kamu ke manapun. Tanggung jawab Ayah udah lepas," ucap Kadava, penuh dengan permohonan.

Fidelya membuang napas cukup terdengar kasar. Meskipun ia mengelak, nyatanya Kadava tetaplah wali sah yang dibutuhkan dalam pernikahannya dan Arion.

"Yang terakhir," tekannya, menatap tajam pria itu.

Kadava mengangguk. "Iya, yang terakhir."

Ruang tamu rumah mewah tersebut terasa sangat tegang sejak Arion masuk dan duduk di sofa. Ya, hubungan ayah dan putrinya itu seakan sudah tak bisa diselamatkan, Arion bisa melihat sosok dirinya pada Fidelya ketika menghadapi orang tua sendiri.

Namun, masalah yang dihadapi jelas-jelas sangat berbeda. Arion sadar untuk apa dirinya dipertahankan oleh sang ayah. Penerus dan penerus, itulah yang dibutuhkan oleh beliau. Sedangkan sang adik, dibiarkan begitu saja tanpa mendapatkan kasih sayang dan perhatian. Sungguh, Arion tidak akan bisa melupakan kesalahan tersebut.

Derap langkah terdengar mendekat, semua pasang mata menoleh ke arah tersebut, di mana seorang perempuan dengan sangat anggun datang mendekat dan ikut bergabung di lingkaran perkumpulan. Suasana semakin menegang, semua itu bisa dirasakan Arion ketika menoleh ke arah Fidelya.

"Oh, jadi Arion yang kata Ayah mau dijodohin sama aku?" tanya Alniyah, sedikit menekan setiap kata.

"Iya, tapi waktu itu kamu sibuk dan nggak bisa dihubungi, jadinya Ayah ajak Fidelya. Ternyata mereka berdua merasa cocok satu sama lain, terus mutusin buat nikah." Kadava menjelaskan.

Kata cocok sangatlah tidak sesuai untuk Fidelya yang sebenarnya menerima Arion karena ingin bebas dari Kadava. Ya, bahkan sampai saat ini calon istrinya itu tidak menunjukkan rasa peduli pada Arion, selain mencari untuk menepati janji menikah.

"Oh, cocok," Alniyah menaikkan satu alisnya, "hotelnya kali yang cocok, makanya jadi candu."

Mendengarkan itu, Arion jadi teringat kejadian sekitar satu bulan lalu, di mana ia menjebak Fidelya agar datang ke hotel untuk bertemu Alniyah. Ya, tujuannya memang seperti saat ini, mulut ember Alniyah dibutuhkan Arion untuk membocorkan pada Kadava, agar ia dan Fidelya segera dinikahkan.

Namun, ternyata fakta itu tertutupi sebab Alniyah juga memiliki kartu As pada Fidelya. Sekarang malah terbongkar, dan saat ini Arion merasa sudah salah langkah.

"Bukannya lo yang main sama temennya Arion?" tembak Fidelya, sangat menohok, "kalau Pak Dava mau detailnya, saya bisa jelaskan apa yang dilakukan putri Anda di luar rumah."

Arion menelan ludah susah payah, tangannya perlahan bergerak untuk menggenggam tangan Fidelya. "Kita balik, yuk." Merasa bahwa keadaan sudah tak kondusif.

"Apa maksudnya ini?" tanya Kadava, penasaran.

"Urusan saya sudah selesai, nanti saya kabarkan kapan tepatnya pernikahan kami dilaksanakan." Ucapan Fidelya mengakhiri pertemuan tersebut.

Arion segera menarik calon istrinya itu keluar rumah setelah berpamitan pada Kadava. Sebelum masuk ke dalam mobil, bisa didengarkan gerutu kekesalan Alniyah pada sikap Fidelya yang seakan tak terintimidasi.

***

Acara sederhana yang diinginkan Fidelya akhirnya selesai juga, pernikahan diselenggarakan di rumah Alin, hanya mengundang beberapa kerabat saja. Dari pihak Fidelya yang hadir hanyalah sang ayah, sedangkan orang tua Arion yang datang hanyalah Safir, Keyvano, Alin dan si kecil Livano. Sang ibu menolak datang karena marah pada Arion yang menikah tiba-tiba dan tidak ingin meriah.

Setelah membereskan rumah Alin yang sedikit berantakan karena dekorasi pernikahan di ruang tamu, keduanya pulang ke indekos milik Fidelya sesuai kesepakatan. Ya, perempuan itu tetap menerima Arion meski sekarang masih memulai dari nol.

"Gue udah siapin karpet buat lo," kata Fidelya, sembari menggelar karpet tersebut di atas lantai.

Tidak mendengarkan perkataan sang istri, Arion malah meloncat dengan santainya ke kasur dan merebahkan tubuh lelahnya di sana. Ukuran kasur tersebut bisa untuk dua orang, tetapi Fidelya bersikeras tidak ingin tidur bersama.

"Lo dengerin gue, nggak?" Fidelya mendengkus.

"Nggak," ujar Arion, "ke sini, deh, kita ngobrol bentar sebelum aku keluar buat nyari makan." Ia menepuk kasur, meminta Fidelya untuk mendekat.

Perempuan itu mendelik kesal, kemudian menendang kaki Arion. "Gue nggak semurahan itu, ya!"

"Dih, emang ada yang mau apa-apain kamu?" Arion tertawa melihat wajah Fidelya yang memerah karena marah, "sini dong, udah nikah juga, jangan galak-galak sama suami."

"Sah, sih, iya. Tapi jangan lupa, gue nggak cinta sama lo."

Arion hanya berdecak, kemudian duduk dan menatap Fidelya yang masih setia berdiri di dekat karpet. "Siapa yang duluan jebak aku?"

"Dih, siapa juga yang jebak lo?"

"Kamu, kamu yang setuju sama ayahku buat jebak aku," ujar Arion, "kata orang, zaman sekarang jodoh itu bukan ditunggu, tapi dijebak. Jadi, kamu yang mulai duluan, giliran didekati malah nolak, padahal itu udah risi—"

"Berisik banget lo!" semprot Fidelya, menggerutu kesal, "bisa-bisanya gue mau nikah sama lo!"

Arion bangkit dan mendekati sang istri. "Nikmati aja, Sayang. Lagian, kalau bukan aku, siapa lagi yang mau kamu jadikan suami?"

Fidelya mendengkus, sebelum Arion mendekat tangannya sudah terulur untuk menahan. "Banyak, yang ngejar gue bukan cuma lo."

Membulatkan bibir, Arion tersenyum meledek. "Tapi yang kamu pilih cuma aku, 'kan?" katanya, sedikit jumawa, "aku mau beli makanan dulu, kamu tetap di sini dan jangan ke mana-mana. Bentar malam kita harus begadang."

****

Vote dan komen gesss 😘
Mau bersemedi dulu

Vote dan komen gesss 😘Mau bersemedi dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baca juga cerita Alin, adiknya Arion 😬

Jebakan Pak CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang