Next chapter kalo chapter 1 & 2 dapet 100 komentar, ya!!!
Empat belas bulan bukan bukan waktu yang singkat. Setiap hari, Joanna bahkan tidak pernah berhenti mendatangi pantai untuk mencari keberadaan Jeffrey. Suaminya sendiri. Pria yang telah dinikahi selama tujuh tahun sebelum pergi.
"Mama, ayo pulang! Sudah malam!"
Joanna langsung menolehkan kepala. Saat ini dia sedang menyusuri pantai sendirian. Tanpa teman, berharap ada suaminya datang entah dari arah mana.
Karena hingga sekarang, jasad Jeffrey tidak kunjung ditemukan jika memang dia meninggal. Seperti apa yang telah orang-orang duga. Namun tidak bagi Joanna. Karena dia percaya jika suaminya pasti bisa selamat meksipun tergulung ombak. Mengingat pria itu bisa berenang dan bukan pria yang mudah menyerah.
"Maaf, Mama lupa waktu. Kamu pasti sudah lapar sekarang."
Jerrian menggeleng pelan. Lalu ikut berjalan pelan menuju rumah bersama ibunya yang sudah merangkulnya. Berjalan dengan pelan karena berharap ada ayahnya yang akan memanggil dari belakang. Namun sayangnya, hal itu tidak kunjung menjadi kenyataan.
9. 10 PM
Joanna sedang duduk di teras rumah. Sendirian. Ditemani lampu berwarna kuning kecoklatan. Karena Jerrian sudah tidur di dalam kamar.
"Aku yakin kamu pasti belum meninggal. Aku akan menunggumu pulang."
Ucap Joanna dengan nada lirih. Saat ini dia sedang bersender pada daun pintu yang ditutup sedikit.
Joanna mengup tiba-tiba, pertanda kantuk mulai datang. Membuatnya langsung beranjak dari sana dan berniat tidur sekarang. Sebab besok---di pagi buta akan kembali mencari keberadaan suaminya.
"Bu Joanna! Jangan tutup dulu, Bu!!! Pak Jeffrey, Bu!!!"
Joanna yang berniat menutup pintu rumah---kini langsung berhenti bergerak. Kedua matanya membola dan kantuk yang dirasa juga mulai pudar.
"ADA APA? KALIAN MENEMUKAN SUAMIKU?"
Dua pria yang merupakan teman memancing Jeffrey langsung mengangguk cepat. Kedua mata mereka juga tampak memerah. Mungkin karena baru saja menangisi jasad Jeffrey yang baru saja ditemukan.
"DI MANA? DIA MASIH HIDUP, KAN?"
Tanya Joanna dengan suara bergetar. Sebab dia benar-benar takut sungguhan. Takut jika suaminya benar-benar telah tiada seperti apa yang selama ini para warga duga.
"Masih, Bu! Di dekat dermaga! Dia terdampar di atas batu karang! Dengan keadaan telanjang! Kami juga ingin meminta baju ganti karena Pak Surandar akan membawanya ke bidan."
Dengan sigap, Joanna langsung memasuki kamar. Mengambil baju ganti suaminya secara asal. Boxer, kaos dan celana panjang penuh tambalan. Karena satu-satunya tempat berobat di sini hanya di rumah bidan yang akan tutup pada jam sepuluh malam.
3. 30 AM
Joanna tidak tidur semalaman. Karena masih betah menatap wajah suaminya yang penuh luka di atas ranjang. Sebab setelah diperiksa dan diberi obat, Jeffrey langsung dibawa pulang oleh warga.
Jerrian? Dia ikut terbangun sebelumnya. Dia juga menangis seperti ibunya. Menangis senang karena ayahnya bisa kembali pulang. Dalam keadaan masih bernyawa.
"Pasti sakit sekali, ya? Cepat bangun, ya? Akan kubuatkan sup abalon kesukaanmu. Supaya kamu cepat sembuh!"
Bisik Joanna sembari mengecup bibir plum suaminya yang masih pucat. Mungkin karena masih kedinginan sebab telah terendam air laut cukup lama.
![](https://img.wattpad.com/cover/307625458-288-k902102.jpg)