4/4

634 136 217
                                    

Satu bulan kemudian.

Kelakuan Jeffrey semakin menjadi-jadi selama satu bulan ini. Bayangkan saja, dia selalu berkeliaran di malam hari. Pulang fajar dan bau rokok ketika kembali. Membuat Joanna terbangun dan langsung mengerjakan pekerjaan rumah setiap hari.

Sebab Jeffrey masih belum memberi nafkah hingga saat ini. Karena hasil dari kerja bersama Surandar dipakai sendiri. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari, Joanna mengusahakan sendiri. Dari hasil membelah ikan kering di rumah Surandar setiap hari.

"Kamu ke mana saja selama ini? Kenapa tidak pernah tidur malam setiap hari?"

Jeffrey terlonjak ketika baru saja memejamkan mata di samping Joanna. Terkejut karena istrinya masih terjaga. Atau, justru baru bangun tdiur mungkin saja.

"A---ku jalan-jalan di---"

Suara Jeffrey terjeda ketika istrinya bangun sekarang. Duduk perlahan hingga memperlihatkan setengah dada karena bagian depan bajunya tertarik ke depan.

"Aku tahu kamu masih belum banyak mengingatku dan Jerrian. Tapi kamu juga harus tahu kewajiban sebagai seorang suami dan ayah. Kita tidak bisa selamanya hidup seperti ini. Sebentar lagi ombak besar datang dan kita tidak punya persediaan makanan. Aku tidak mau Jerrian hanya makan garam dan nasi selama berhari-hari karena aku tidak bisa membelah ikan."

Perlahan Jeffrey memeluk Joanna. Karena dia baru sadar jika ternyata wanita ini hanya pura-pura tegar saja. Sebab selama ini---Joanna tidak pernah sekalipun menegurnya meskipun tidak pernah membawa pulang bahan makanan selepas kerja.

"Maaf. Kukira kita kaya."

Bugh...

Joanna memukul dada Jeffrey pelan. Membuat pelukan mereka terlepas. Sebab dia kesal ketika Jeffrey berkata demikian.

Kaya apanya? Tidak ada yang kaya di sana. Karena semua warga dituntut agar hidup sederhana. Namun jangan sampai kelaparan juga.

"Kamu---"

Ucapan Joanna terjeda ketika Jeffrey memegang tengkuknya. Mendekatkan wajah dan memulai pagutan. Kemudian saling melepas pakaian karena akan memulai percintaan.

Siapapun kamu, maafkan aku karena tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh istrimu.

Batin Jeffrey sembari memulai penetrasi. Membuat suara bising keluar saat ini. Beruntung kamar Jerrian ada di belakang. Sehingga kegiatan mereka tidak akan terdengar oleh si anak.

6. 10 AM

Pagi ini mereka sarapan seperti biasa. Memakai ikan asin yang Joanna dapat dari Surandar. Karena selama satu bulan ini hanya ini yang mereka makan. Namun Jeffrey tidak pernah berkomentar karena baginya---tidak ada makanan yang tidak enak di dunia.

Apalagi masakan Joanna juara. Dia bahkan bisa membuat banyak varian masakan ikan asin yang selalu dibawa pulang. Entah dibuat sambal, sup, atau bahkan tumis juga. Tidak heran jika Jeffrey jadi tidak tahu diri selama ini. Sebab mengira jika keadaan rumah baik-baik saja saat ini.

"Nanti akan kubelikan bahan masakan. Kalian mau makan apa dari darat?"

Tanya Jeffrey dengan raut bangga. Karena dia memang mendapat upah yang cukup banyak dari Surandar. Namun habis untuk membeli rokok dan barang-barang tidak penting dari kota.

"AYAMMM! Terakhir kali makan ayam, tiga tahun lalu ya, Ma? Ketika Papa dapat banyak tangkapan ikan."

Joanna mengangguk singkat. Membuat Jeffrey tersenyum senang. Karena sangat mudah jika ingin menyenangkan istri dan anaknya di rumah.

"Oke! Aku janji akan bawa pulang ayam! Kamu mau dibelikan apa? Minyak goreng, beras--"

"Kalau itu sudah ada. Aku hanya ingin---sepertinya tidak ada. Cukup kamu kembali dengan selamat saja sudah membuatku senang."

HE'S GONE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang