11. 10 PMJuan masih belum menampakkan diri di depan Jeffrey. Bahkan ketika dokter datang untuk memeriksa keadaan si adik ketika sadar tadi. Sekaligus meminta Lucas agar mengurus semua ini. Sebab dia belum siap bertemu Jeffrey.
"Bagaimana keadaannya?"
"Baik. Kata dokter, dia butuh ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lain."
"Merepotkan! Seharusnya dia mati saja!!!"
Pekik Juan sembari mendatangi kamar Joanna dan Jerrian. Karena mereka berdua memang tidur bersama sejak tinggal di sana. Hal itu pula yang membuat Juan uring-uringan karena tidak bisa berdekatan dengan wanita yang dicinta.
Cekelek...
Joanna menatap Juan yang tiba-tiba saja sudah duduk di atas ranjangnya. Mengusap rambut Jerrian yang sudah menutupi wajah. Sebab anak itu telah tidur dari jam sembilan.
Tidak seperti Joanna yang baru saja kembali ke kamar. Karena dia menunggu Lucas menebuskan obat dan diminumkan pada suaminya sebelum tidur malam.
"Kamu mencariku? Ada apa?"
"Sudah kubilang berapa kali kalau kamu harus banyak istirahat saat ini! Kau pikir aku tidak tahu kalau kamu berulang kali naik turun tangga demi menemui Jeffrey!?"
Pekik Juan menggebu. Seolah lupa jika Jerrian masih berada di ruangan itu.
"Jeffrey suamiku, wajar kalau aku ingin menemaninya ketika bangun."
Ucap Joanna dengan nada lirih. Sebab dia agak takut pada Juan yang tampak marah saat ini. Karena pria itu memang sangat jarang menampilkan amarah selama ini.
"Dan anak yang sedang kau kandung adalah anakku! Aku jelas tidak ingin anakku terluka karena kau sok sibuk mengurus pria itu!"
Joanna tampak geram. Sebab Juan selalu menjadikan alasan anak untuk membatasi dirinya. Membatasi untuk menemui Jeffrey di lantai atas. Karena Juan sengaja memberikan kamar di lantai dasar untuknya.
"Akan kupastikan anakmu baik-baik saja, Juan. Jadi tolong jangan melarang-larang aku untuk menemui suamiku lagi. Apalagi dia sudah siuman saat ini. Dia jelas butuh dukungan dariku sebagai istri."
Juan langsung bangun dari duduknya. Lalu berkacak pinggang di depan Joanna. Menatap kesal si wanita yang tampak tidak peka jika dia sedang cemburu sekarang.
"Kau tidak ingat siapa yang telah memberikan semua ini padamu? Siapa yang membayar pengobatan suamimu dan siapa yang menampungmu bersama anakmu? Jelas aku! Dan seperti ini balasanmu padaku?"
Kedua mata Joanna mulai memanas. Air matanya hampir tumpah. Seolah baru saja ditampar oleh kenyataan. Jika dia memang tidak seharusnya melawan perintah Juan.
Namun, Joanna juga tidak bisa meninggalkan Jeffrey sendirian. Apalagi dia baru saja membuka mata setelah bertahun-tahun koma.
"Aku janji akan melahirkan anakmu dengan selamat. Apa itu cukup untuk menebus semuanya? Kamu hanya butuh anak yang bisa meneruskan tahta, kan? Seperti apa yang dulu orang tuamu lakukan."
Juan tampak murka. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal. Kalau saja dia tidak melihat Jerrian yang masih terlelap di pantulan kaca, dia mungkin sudah membanting vas bunga yang ada di sampingnya.
Setelah pergi dari kamar Joanna, Juan langsung menuju lantai atas. Mendatangi ruangan rawat adiknya. Lalu meminta dua suster yang berjaga untuk keluar. Sebab dia benar-benar ingin menghabisi Jeffrey sekarang juga.
Dengan amarah yang masih menguasai kepala---Juan mulai mengarahka tangan kanan pada leher Jeffrey yang masih terlelap. Lalu mencekiknya kencang hingga si pemilik badan langsung menegang dan membuka mata. Menatap bingung pria tinggi tegap yang begitu mirip dengannya. Namun versi gagah karena Juan memang jauh lebih tinggi dan berisi darinya.
Cekikan Juan menguat. Sedangkan Jeffrey tidak bisa melawan karena tubuhnya masih lemas. Hanya air mata yang bisa dikeluarkan. Sebab suaranya sudah tercekat karena lehernya masih dicengkram erat.
"Kenapa? Terkejut karena melihatku? Aku Kakakmu! Ibumu telah merebut Papaku! Mereka berselingkuh hingga melahirkanmu! Menjijikkan! Kau sama saja dengan Ibumu! Sama-sama perebut! Joanna hamil anakku! Kau koma selama dua tahun lebih! Dan aku telah pura-pura menjadi dirimu selama ini! Pasti sangat menyenangkan karena memiliki istri dan anak yang sangat menyayangimu selama ini! Untuk itu, aku ingin balas dendam saat ini! Aku akan merebut istri dan anak yang sangat kau cintai ini!"
Juan mencengkram leher Jeffrey begitu kencang. Hingga membuat Jeffrey sesak nafas dan hampir pingsan. Beruntung pintu tiba-tiba saja dibuka oleh Lucas. Sebab dia ingin memberikan info penting pada si bos besar.
Setelah Juan dan Lucas pergi, tiba-tiba saja Joanna datang sembari menangis. Dia meminta maaf pada Jeffrey karena telah menyembunyikan tentang fakta kehamilannya tadi. Membuat keduanya sama-sama menangis. Menangisi nasib buruk yang menimpa mereka saat ini.
"Aku tidak marah. Jangan menangis. Ayo kita besarkan anak ini dengan baik."
Tangis Joanna semakin kencang. Karena Jeffrey memang sebaik itu orangnya. Jangankan marah, membentaknya saja tidak pernah setelah bertahun-tahun menikah. Apalagi sampai membencinya karena hamil anak Juan.
5. 30 AM
Joanna tidur di sofa ruang rawat Jeffrey. Kemudian bangun setelah merasa lapar saat ini. Namun para asisten rumah tidak terlihat kali ini. Begitu pula dengan dua suster yang biasa menjaga Jeffrey.
"Tidak apa-apa. Aku bisa memasak sendiri."
Ucap Joanna sembari membuka kulkas. Namun dia terkejut setelah melihat banyak darah di dalam. Karena ada handuk putih penuh darah yang diletakkan di sana. Sehingga cairan berwarna merah kental itu jatuh membasahi bahan masakan di bawahnya.
Brak...
Joanna langsung menutup kulkas. Tentu saja sembari menutup mulut dan hidungnya. Menahan mual karena ingin memuntahkan isi perut tiba-tiba.
Ketika akan mendekati washtafe, tiba-tiba saja ada dua tangan yang memeluknya dari belakang. Lalu menusukkan pisau tajam pada pinggang kanannya. Membuat darah segar mulai keluar membasahi lantai marmer dapur apartemen Juan.
"BAJINGAN!!!"
BRUK...
Juan yang baru saja datang langsung menendang Lucas dari belakang Joanna. Membuat tubuh gempal si mantan orang kepercayaan ambruk saat itu juga. Lalu ditendang dan dihajar membabi buta. Karena Lucas telah menjadi pengkhianat dan telah bekerjasama dengan Rosalia untuk menguasi hartanya.
PRANG...
Juan membanting guci besar pada kepala Lucas. Membuat darah segar mulai merembes keluar dari kepalanya. Hingga mengenai betis Joanna. Karena dia sudah terduduk sembari memegangi perutnya. Apalagi pisau yang tertancap di pinggangnya telah Lucas cabut sebelumnya. Membuat darahanya keluar semakin deras hingga tubuhnya melemas.
PRANG...
Baru saja Juan akan mendekati Joanna, tiba-tiba saja ada benda keras yang menghantam kepalanya. Membuat pandangannya mengabur saat itu juga. Hingga akhirnya jatuh di depan Joanna. Dengan keadaan telinga dan mulut yang sudah mengeluarkan darah.
"K---kamu ha--rus sel---amat!"
Ucap Juan sebelum memejamkan mata. Membuat Joanna langsung memekik kencang. Bukan, bukan takut karena Rosalia yang saat ini sudah siap menghantamkan guci besar pada kepalanya juga. Namun takut jika Juan meninggalkan dia dan anaknya.
Bentar lagi klimaks. Misteri apa yang paling pengen kalian tau di cerita ini?
Tbc...