Setelah memasak makan siang dan mencuci pakaian, Joanna langsung mandi sekarang. Membersihkan badan menggunakan batu apung yang didapat dari tetangga. Sandra, wanita paling cantik di sana. Karena dia pandai merawat badan dari ujung kaki hingga kepala.Setelah mandi, Joanna langsung mengeringkan badan menggunakan handuk mandi yang baru saja diambil dari lemari. Kemudian memakai handbody dan pakaian paling bagus yang dimiliki. Terusan panjang selutut polos berwarna putih. Kontraks dengan kulitnya yang berwarna kuning kecoklatan karena terpapar matahari setiap hari.
Krek...
Setelah menjemur handuk mandi, Joanna langsung mengunci pintu rumah dari dalam. Karena Jerrian sedang bermain dengan anak tetangga dan akan pulang sore sekitar jam empat.
Perlahan, Joanna memasuki kamar. Lalu memasang gorden di jendela kamar. Agar keadaan kamar tidak terlalu terang.
"Tubuhmu masih hangat. Setelah ini makan lagi dan minum obat, ya?"
Tanya Joanna sembari menyentuh dahi suaminya. Lalu duduk lesehan di samping ranjang yang hanya setinggi betisnya saja. Karena kasur yang dipakai adalah kasur kapuk yang sudah begitu tipis sekarang.
Jeffrey masih memejamkan mata sekarang. Dia pura-pura tidur karena tidak tahu ingin bereaksi seperti apa. Hingga akhirnya Joanna tiba-tiba terlelap. Dengan keadaan duduk dan mengusap rambutnya.
Sebab sejak semalam, wanita itu tidak tidur karena menunggunya.
Diam-diam Jeffrey membuka mata. Lalu menatap wanita yang telah menjadi istrinya. Wanita berkulit sawo matang dan rambut bergelombang. Tidak cantik dan biasa saja. Tipikal gadis desa yang bisa merawat badan.
Lihat saja, rambutnya tergerai rapi karena setengah basah. Aroma tubuhnya juga wangi meskipun hanya memakai handbody murah yang diberikan Sandra. Ditambah, pinggangnya ramping seperti belum pernah melahirkan.
Semoga wanita ini tidak sadar jika aku bukan suaminya.
Batin Jeffrey sembari mengusap kepala Joanna. Perlahan. Karena takut wanita itu bangun sekarang.
3. 20 PM
Surandar datang bersama bidan. Tentu saja guna memeriksa keadaan Jeffrey yang baru saja ditemukan. Membuat berita jika Jeffrey lupa ingatan mulai tersebar. Sebab pria itu mengaku tidak mengingat apapun sekarang. Namun, dia hanya ingat jika sudah memiliki istri dan anak.
Joanna tentu saja senang bercampur sedih. Senang karena suaminya ingat dia dan anaknya. Sedih karena memori indah tentang mereka di masa lalu terlupakan.
"Kamu serius tidak mengingat apapun tentangku?"
Jeffrey menggeleng pelan. Saat ini mereka hanya berdua di dalam kamar. Karena Surandar dan si bidan sudah pulang.
Joanna tampak sedih. Namun Jeffrey langsung mengusap pundaknya saat ini. Membuatnya langsung mendongak dan menatapnya bingung kali ini.
"Tapi aku akan berusaha mengingat semuanya."
Joanna tersenyum senang. Lalu memeluk suaminya. Kemudian menyiapkan baju ganti untuknya. Sebab Jeffrey mengeluh lengket di badan. Karena semalam langsung dipakaikan baju sebelum dibilas menggunkan air tawar.
"Kamu anakku? Berapa umurmu?"
Tanya Jeffrey setelah mandi. Saat ini dia sudah memakai pakaian yang serupa seperti tadi. Karena pakaian ini dipilihkan oleh Joanna lagi.
"Papa lupa ingatan sungguhan? Oke, aku akan memperkenalkan diri sekarang! Namaku Jerrian dan Papa sering memanggilku Rian. Umurku delapan tahun sekarang. Berbeda dua puluh satu tahun dengan Papa. Hehehe."
Jeffrey tertegun sejenak, namun dia berusaha biasa saja. Karena tidak menyangka jika kembaran---atau siapapun orang bernama Jeffrey yang mirip dengannya---telah berani menikah dan memiliki anak di usia yang begitu muda.
8. 10 PM
Malam ini adalah malam minggu dan seluruh warga sedang berkumpul menjadi satu. Guna menonton layar lebar yang memang hanya bisa mereka lihat di hari itu. Karena Surandar tidak ingin warganya menjadi malas bekerja karena kecanduan menonton film.
Jerrian duduk di tengah-tengah ayah dan ibunya. Karena keadaan Jeffrey sudah membaik sekarang. Membuat si anak antusias karena bisa menonton layar lebar sekeluarga. Di atas tikar lebar, sama seperti para keluarga yang lainnya.
Film yang diputar kali ini bejudul Aladdin dan Jeffrey benar-benar muak pada film ini. Karena lagu-lagunya sering diputar oleh mantan pacarnya yang kini telah mengencani pria lain.
Satu jam berlalu. Banyak orang yang sudah tertidur. Termasuk Joanna dan Jerrian yang sudah tidur saling memeluk. Berbeda dengan Jeffrey yang masih terjaga karena mengawasi orang-orang di pulau itu.
"Bapak sudah lama jadi pemimpin di sini?"
Tanya Jeffrey pada Surandar yang sedang merokok di belakang. Sembari mengawasi beberapa warga yang kini sudah terlelap di masing-masing karpet yang dibawa dari rumah.
"Kamu ini lucu sekali. Iya, aku sudah lama tinggal di sini. Buyutku yang menemukan pulau ini. Jadi, keluargaku yang turun-temurun menjadi pemimpin di sini. Mau?"
Jeffrey mengangguk singkat. Lalu menerima puntung rokok yang baru saja Surandar tawarkan. Membuat mereka lebih nyaman berbincang ringan setelahnya. Membahas pulaul
ini dan seisinya. Serta, para warganya."Kamu serius? Bukannya kamu mabuk laut?"
"Saya tidak ingat kalau pernah mabuk laut. Kalau Bapak mengizinkan, saya ingin ikut ke kota untuk belanja kebutuhan pokok."
Surandar akhirnya setuju. Karena Jeffrey memang sudah bertubuh kekar saat itu. Bahkan lebih besar dua kali lipat dari Jeffrey yang dulu bertubuh kurus.
Besok aku akan membeli banyak barang agar bisa hidup nyaman di rumah itu. Istriku, maaf karena aku harus mencuri kalungmu. Aku janji, aku akan membelikan ganti yang lebih bagus!
Batin Jeffrey sembari menatap Joanna yang masih memejamkan mata. Tidur pulas sembari memeluk anaknya.
3. 10 PM
Joanna yang baru saja pulang dari membelah ikan di rumah Surandar---kini langsung dibuat terkejut ketika melihat banyak barang-barang baru di rumah. Tentu saja Jeffrey pelakunya. Karena pria itu mengaku ingin kerja bersama Surandar untuk belanja kebutuhan pokok di kota.
"Dari mana kamu mendapat uang untuk membeli semua ini?"
Tanya Joanna pada Jeffrey yang sedang membuka plastik yang membungkus pakaian barunya sendiri. Sebab dia sengaja belanja banyak pakaian di kota tadi. Tidak hanya pakaian. Namun ada spring bed dan kipas angin berukuran besar juga. Sebab dia ingin tidur nyaman selama tinggal di sana.
Jeffrey tidak menjawab. Membuat Joanna langsung menuju kamar. Melihat kotak perhiasan yang selalu diletakkan di dalam lemari pakaian.
"Kamu menjual kalungku?"
"Iya. Nanti aku ganti. Bahkan yang lebih bagus lagi. Setelah ini akau akan mencari banyak uang untuk kamu dan Rian."
Kemarahan Joanna diurungkan setelah Jeffrey berkata demikian. Memanggil Jerrian dengan sebutan Rian. Membuatnya terharu tentu saja. Sebab mengira jika ingatan Jeffrey berangsur-angsur datang.
Masih mau lanjut?
Tbc...