Keping Dua Belas

4.4K 643 44
                                    

"Eh, Lio apa kabar? Kangen, ya, sama Om Mamat makanya main ke sini?"

Liora memaksakan tawa mendengar gurauan Mamat. Pura-pura bersikap santai di bawah tatapan penuh selidik dari Raka. "Kabar Lio baik, Om. Om Mamat sendiri gimana kabarnya?" balas gadis itu dengan ramah.

"Om Mamat lagi galau, nih, soalnya udah nggak ada Lio di kantor."

Tanpa terduga, satu jitakan keras mendarat di kepala Mamat.

"Naon sih maneh?" omel Mamat kepada Ares yang tadi menjitak kepalanya.

"Nggak nyadar lo pawangnya udah melototin dari tadi?"

Mamat mengikuti arah pandangan Ares dan menemukan Raka sedang menatapnya tanpa ekspresi. Namun, lirikan tajam cowok itu cukup menjadi peringatan. Seperti naluri primitif untuk menunjukkan kepemilikan.

"Woles, Ka. Woles. Gue godain ampe sedeng pun, Si Lio nggak bakalan mau sama gue."

Ares tergelak sambil geleng-geleng kepala melihat kelakukan kawannya. Ia buru-buru menarik tangan Mamat ke tempat mereka biasa merokok sebelum pria itu semakin melantur.

Alhasil, kini hanya ada Liora yang tengah berhadapan empat mata dengan Raka. Gadis itu masih belum bisa berkutik sejak Raka menanyakan tujuan dirinya datang ke kantor.

Banyak alasan yang bermunculan di kepalanya, tapi, semua kata-kata yang ia pikirkan seolah menguap ketika dirinya dihadiahi tatapan penuh kecurigaan dari manik jelaga milik Raka dengan ekspresi yang tidak terbaca.

Seakan belum cukup mengguncang Liora dengan sikap Raka yang seakan mengintimidasi, kehadiran papanya yang baru saja keluar dari lift membuat jantung Liora langsung lompat dari tempatnya.

Mampus! Mampus! Mampus! Umpat Liora dalam hati. Mulai kocar-kacir karena otaknya mendadak buntu hingga tidak bisa digunakan berpikir.

Untung saja ada seorang pegawai yang menghadang langkah Nata dan mengajaknya bicara. Nata pun tidak menyadari kehadiran Liora karena situasi lobi yang cukup ramai sehingga menutupi keberadaan anak sulungnya itu dari pandanganya.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Raka, menyadari keresahan gadis itu.

Sebelum menjawab, Liora melihat Sarah yang baru saja keluar dari kafetaria kantor. Detik itu juga otaknya yang cerdas langsung menemukan satu alasan.

"Aku mau ketemu Mbak Sarah dulu sebentar. Mas Raka tunggu di luar aja, ya?"

Tanpa menunggu jawaban Raka, Liora meninggalkan cowok itu yang masih berdiri di depan pintu lobi dengan ekspresi bingung. Keganjilan sikap Liora tidak luput dari perhatiannya. Tentu saja Raka bukan anak kemarin sore yang gampang dibodohi begitu saja. Raka sengaja mengurungkan niatnya untuk makan siang dan memilih menunggu Liora di luar sambil merokok.

~~~~


Nata mendesah lega ketika menemukan keberadaan anak sulungnya yang menghampirinya sambil membawa milimeter blog yang ia butuhkan sejak tadi.

"Akhirnya kamu datang juga, Kak. Papa udah nungguin dari tadi," ungkap Nata.

"Papa kayak nggak tahu jalanan macetnya gimana kalau lagi jam makan siang gini. Lagian Papa sekarang kok pikun, sih? Kayak kakek-kakek aja."

Sebatas Angan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang